Sektor ritel di tahun ini masih potensial
Konsumsi rumah tangga mulai kembali menguat setelah kenaikan BBM dan upah tenaga kerja
Konsumsi rumah tangga mulai kembali menguat setelah kenaikan BBM dan upah tenaga kerja
IQPlus - Adanya koreksi atas pertumbuhan ekonomi nasional yang terjadi pada tahun 2013 lalu menjadi pemicu melambatnya pertumbuhan industri ritel. Apalagi ditambah kenaikan inflasi yang cukup tinggi yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak dan upah tenaga kerja, yang berdampak pada tertekannya daya beli masyarakat.
Analis Pefindo, Guntur Tri Hariyanto mengungkapkan bahwa, hal tersebut yang akhirnya membuat omset ritel nasional di tahun 2013 hanya tumbuh sekitar 10% dengan nilai mencapai Rp150 triliun atau turun 12,5% jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun bila melihat indeks ritel Bank Indonesia periode bulan Desember 2013 dan Januari 2014, ia menambahkan kalau akan ada pertumbuhan diatas 25% dibanding tahun yang sama periode sebelumnya.
Promo Terbaru di Bareksa
"Ini mengindikasikan bahwa konsumsi rumah tangga mulai kembali menguat setelah kenaikan BBM dan upah tenaga kerja," ujarnya ketika dihubungi akhir pekan kemarin..
Lebih lanjut ia bilang, ritel nasional di tahun ini diproyeksikan akan tumbuh sekitar 10%. Yang menjadi pendorongnya adalah aktivitas pemilu dan tren penurunan inflasi. Namun perlu juga diperhatikan bahwa berdasarkan survei Nielsen, 48% total belanja fast moving consumer goods (FMCG) berasal dari kelas menengah.
"Dengan begitu, meski potensi ritel di Indonesia masih sangat besar, terlebih bila melihat populasi penduduk yang besar dan didominasi oleh populasi yang produktif, tetapi ritel yang cenderung diuntungkan oleh kondisi ini adalah yang menggarap di segmen kelas menengah atas," terangnya.
Meskipun begitu, hal yang sama tidak terjadi pada industri ritel yang yang menggarap segmen kelas menengah bawah. Hal ini disebabkan karena adanya sensitivitas kemampuan belanja dan volume yang dapat dijual karena marjin laba yang lebih tipis.
"Perusahaan ritel yang segmennya kelas menengah bawah perlu berhati-hati terhadap sensitivitas kemampuan belanja pasar," paparnya.
Ia optimis secara umum kelas menengah masih akan bertumbuh kuat dengan populasi yang lebih dari seperempat total populasi. Dan diperkirakan masih dapat tumbuh sekitar 10% per tahunnya.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.