BeritaArrow iconBelajar InvestasiArrow iconArtikel

Investasi Reksadana Ambyar Karena Covid-19? Ini Tips Rebalance Portofolio

Bareksa26 Mei 2020
Tags:
Investasi Reksadana Ambyar Karena Covid-19? Ini Tips Rebalance Portofolio
ilustrasi diversifikasi portofolio yang digambarkan dengan kotak-kotak jenis investasi reksadana saham obligasi komoditas reits etf di dalam keranjang belanja di atas komputer laptop.

Investor dengan horison jangka panjang bisa manfaatkan momentum masuk pasar saham

Bareksa.com - Sepanjang tahun berjalan, pasar keuangan mengalami tekanan akibat sentimen pandemi virus corona Covid-19. Sebagian investor di pasar modal mengalami penurunan nilai investasi, tetapi bisa menggunakan momen ini untuk kembali mengatur posisi.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang menjadi acuan pasar modal Indonesia, secara year to date hingga 20 Mei 2020 tercatat turun 27,84 persen. Akibatnya, investasi berbasis saham seperti reksadana saham dan campuran juga ikut ambyar.

Indeks reksadana saham Bareksa anjlok 28,17 persen dan indeks reksadana campuran Bareksa juga turun 15,78 persen sejak awal tahun hingga 20 Mei 2020. Indeks reksadana pendapatan tetap Bareksa turun tipis 0,32 persen YTD.

Promo Terbaru di Bareksa

Hanya indeks reksadana pasar uang yang masih mencatat kinerja positif, yaitu naik 0,43 persen per 20 Mei 2020.

Grafik Perbandingan IHSG dan Indeks Reksadana Bareksa

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Melihat kinerja reksadana secara umum tersebut, investor yang memiliki portofolio dengan bobot berat di saham kemungkinan besar mengalami penurunan nilai investasi. Bahkan, ada yang portofolionya justru tumbuh negatif (minus).

Bagi investor yang mengalami hal ini, Direktur Utama Trimegah Asset Management Antony Dirga menjelaskan bahwa momen ini bisa dijadikan kesempatan untuk kembali mengatur portofolio, yang biasa disebut dengan portfolio rebalancing.

Pengaturan portofolio ini, menurut Antony, bergantung pada tujuan dan profil risiko masing-masing investor. Selain itu, khusus di kala pandemi ini, setiap orang disarankan untuk memiliki dana darurat karena kondisi ini tidak bisa diprediksi akan berlangsung berapa lama.

Bila sudah memiliki dana darurat, yang disimpan di instrumen likuid seperti reksadana pasar uang, investor bisa membagi portofolio berdasarkan profil risikonya. Misal, investor dengan risiko rendah hingga menengah bisa menaruh 10-20 persen di tunai atau reksadana pasar uang, 50 persen di reksadana pendapatan tetap dan 30-40 di reksadana saham.

"Namun, jika risk apetite tinggi seperti saya, saya kira ini saatnya rebalance portofolio," kata Antony dalam video conference bersama Bareksa (11/05/2020)

Dia mencontohkan, seorang investor berprofil risiko tinggi biasa menaruh 60 persen portofolionya di reksadana saham dan 40 persen di reksadana pasar uang atau pendapatan tetap.

Dengan kondisi pasar saham yang tertekan, ada kemungkinan porsi reksadana saham dalam portofolio investor itu berkurang menjadi tinggal 50 persen dari portofolio. Maka, ini adalah momentum untuk menambah porsi reksadana saham menjadi 60 persen lagi dari portofolio sehingga posisinya kembali seperti semula (sebelum pandemi).

Dalam rebalancing ini, investor agresif bisa menjual portofolio reksadana pasar uang atau pendapatan tetapnya dan mengalihkannya ke reksadana saham. Sehingga dari porsinya saham yang misalnya menyusut jadi 40 persen, setelah rebalancing bisa kembali 50 atau bahkan 60 persen.

"Setelah Covid-19 meruntuhkan valuasi saham, tidak ada salahnya masuk di saham yang dalam 2-3 tahun return-nya bisa tinggi. Investor bisa shifting 60 persen di saham dan 40 persen di aset lainnya," Jelas Antony.

Reksadana saham, yang memiliki risiko tinggi, hanya disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi. Selain itu, reksadana jenis ini juga cocok untuk investor yang memiliki tujuan jangka panjang sekitar 5 tahun.

"Kalau investor punya time horizon panjang, 4 sampai 5 tahun, kita yakin reksadana saham ini bisa memberikan return menarik."

Berkaitan dengan cara investasinya, Antony menyarankan investor untuk membeli reksadana secara bertahap, atau dengan metode dollar cost averaging (DCA). Cara investasi ini adalah membeli reksadana secara rutin dengan nilai mata uang yang sama.

Contoh cara investasi dengan metode DCA adalah, setiap bulan kita membeli reksadana senilai Rp1 juta. Dengan jumlah uang itu, kita bisa saja mendapatkan jumlah unit yang berbeda-beda setiap bulan, tetapi secara akumulasi kita mendapatkan harga rata-rata.

Khusus di saat pandemi ini, kita bisa melihat harga reksadana per unit menjadi lebih rendah, yang bisa kita manfaatkan untuk membeli lebih banyak unit reksadana. Ibarat melihat diskon di toko, kita tentu ingin membeli lebih banyak ketika harga lebih murah.

Sebagai informasi, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua