Bareksa Insight : Pasar Saham Mendatar, Reksadana Ini Masih Cuan hingga 16%
Meskipun BI sudah menaikkan suku bunga acuan, namun masih belum mampu mendorong penguatan rupiah
Meskipun BI sudah menaikkan suku bunga acuan, namun masih belum mampu mendorong penguatan rupiah
Bareksa.com - Sepanjang bulan berjalan (MTD) hingga 18 November 2022, pasar saham nasional cenderung mendatar, meskipun terdapat sejumlah rilis data penting dari dalam dan luar negeri. Data tersebut seperti kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), serta suku bunga acuan Bank Indonesia.
Di sisi lain, meskipun BI sudah kembali menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin (bps) jadi 5,25% pekan lalu (17/11), namun belum mampu mendorong penguatan nilai tukar rupiah secara signifikan. Menurut Tim Analis Bareksa, hal ini jadi salah satu penyebab pelaku pasar masih cenderung wait and see untuk masuk ke pasar saham. Pada perdagangan Jumat lalu, rupiah melemah 0,14 persen ke level 15.684 per dolar AS.
Alasan lainnya, pelaku pasar juga khawatir atas dampak pengetatan ekonomi dan sosial China yang masih berlanjut, akibat kembali meningkatnya kasus Covid-19 di Negara Panda. China merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia, sehingga kinerja ekonomi Negeri Tirai Bambu akan berdampak terhadap perekonomian Indonesia.
Promo Terbaru di Bareksa
Baca juga : Bareksa Insight : BI Kembali Naikkan Suku Bunga Acuan, Reksadana Ini Semakin Cuan
Dari pasar obligasi, saat ini yield (imbal hasil) acuan Surat Berharga Negara (SBN) juga masih bergerak terbatas di kisaran 7-7,1%. Sejak awal November, investor asing kembali menambah porsi kepemilikan di SBN sekitar Rp7,5 triliun. Perbaikan sejumlah data ekonomi dalam negeri, serta melandainya inflasi AS mendorong aksi beli tersebut, sehingga mendorong penguatan yield serta kinerja mayoritas reksadana pendapatan tetap.
Pasar saham Tanah Air yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Jumat (18/11/2022) naik 0,53% ke level 7.082,18. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 18/11/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat tetap di level 7,1%.
Lihat juga : Bareksa Insight : Perbaikan Data Ekonomi RI Berlanjut, Cuan Reksadana Ini Terbang hingga 17%
Apa yang bisa dilakukan Smart Investor?
Mempertimbangkan potensi pasar saham mendatar akibat pelemahan rupiah, Tim Analis Bareksa menyarankan Smart Investor menerapkan 2 jurus ini agar kinerja investasinya maksimal :
1. Pekan ini, pelaku pasar mencermati sejumlah rilis data ekonomi AS yang akan kembali menentukan kebijakan suku bunga acuan Negara Paman pada bulan Desember. Smart Investor bisa melakukan akumulasi investasi secara bertahap di reksadana saham dan reksadana indeks, jika IHSG kembali turun di kisaran level 7.000.
2. Selain itu, Smart investor juga tetap bisa mendiversifikasi investasinya di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi atau reksadana pasar uang, untuk mengoptimalkan kinerja portofolio investasinya.
Simak juga : Bareksa Insight : Harga SBN Menguat Sepekan Terakhir, Reksadana Ini Cuan Hingga 16%
Beberapa produk reksadana pendapatan tetap, reksadana pasar uang, reksadana saham dan reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko moderat, konservatif dan agresif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil 3 Tahun (per 18 November 2022)
Reksadana Pendapatan Tetap
TRIM Dana Tetap 2 : 15,83%
Eastspring Syariah Fixed Income Amanah Kelas A : 17,17%
Reksadana Pasar Uang
Capital Money Market Fund : 16,7%
Syailendra Sharia Money Market Fund : 15,22%
Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan (YTD per 18 November 2022)
Reksadana Indeks
BNP Paribas Sri Kehati : 16,14%
Avrist IDX30 : 8,84%
Reksadana Saham
Avrist Ada Saham Blue Safir : 12,61%
TRIM Kapital : 7,91%
Baca juga : Bareksa Insight : Imbal Hasil Green Sukuk Ritel ST009 Berpotensi Naik Hingga Tahun Depan
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Lihat juga : Bareksa Insight : Suku Bunga BI Bisa Naik Jadi 4,5%, Ini Jurus Cuan Buat Investor Reksadana
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.