Bareksa Insight : Inflasi RI Melandai Tanda Ekonomi Baik, Cuan Reksadana Ini Ciamik
Optimisme pelaku pasar terhadap kuatnya fundamental ekonomi Indonesia meningkat
Optimisme pelaku pasar terhadap kuatnya fundamental ekonomi Indonesia meningkat
Bareksa.com - Inflasi Indonesia pada Oktober 2022 tercatat di level 5,71% secara tahunan (YOY). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar 5,8%. Inflasi inti Indonesia juga masih terjaga baik, meskipun ada peningkatan dari 3,21% menjadi 3,31% pada Oktober 2022. Secara bulanan Indonesia mencatatkan deflasi 0,11%.
Menurut Tim Analis Bareksa, dengan inflasi yang masih terjaga dengan baik hingga Oktober ini, maka optimisme pelaku pasar terhadap terjaganya fundamental ekonomi Indonesia sedikit meningkat.
Baca juga : Bareksa Insight : Ekonomi RI Bisa Tumbuh Positif di Tengah Potensi Resesi, Ini Jurus Cuan Investasi
Promo Terbaru di Bareksa
Di sisi lain, pelaku pasar masih cukup yakin kebijakan moneter BI akan cenderung moderat seiring terjaganya angka inflasi bulan Oktober. Bi diproyeksikan akan kembali menaikkan suku bunga acuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Yield (imbal hasil) acuan Obligasi Pemerintah RI sepekan terakhir juga bergerak di rentang terbatas, mengingat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) masih memberikan sinyal akan menaikkan suku bunga acuan lebih tinggi, hingga Maret 2023.
Pasar saham Tanah Air yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa (1/11/2022) turun 0,66% ke level 7.052,3. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 01/11/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat naik ke level 7,5%.
Lihat juga : Bareksa Insight : Jelang Rilis Inflasi RI dan Suku Bunga AS, Cermati Reksadana Ini dan Emas
Apa yang bisa dilakukan Smart Investor?
Mempertimbangkan masih kuatnya fundamental ekonomi Tanah Air dan potensi kenaikan suku bunga acuan The Fed yang masih agresif, Tim Analis Bareksa menyarankan Smart Investor menerapkan 3 jurus ini agar investasinya tetap membukukan cuan ciamik :
1. Kinerja reksadana saham dan reksadana indeks diperkirakan akan kembali bergerak terbatas saat ini, akibat masih ada aksi jual sesaat di pasar saham. Aksi jual tersebut menyusul kenaikan harga saham seiring positifnya kinerja keuangan sebagian besar emiten di kuartal III 2022.
2. Smart Investor direkomendasikan untuk mengakumulasi investasi secara bertahap di reksadana berbasis indeks, untuk mencegah fluktuasi pasar yang terlalu tinggi, terutama bagi Smart Investor yang ingin dapat memanfaatkan peluang cuan dari moment window dressing menjelang akhir tahun.
3. Yield acuan Obligasi Negara RI diprediksi masih akan bergerak terbatas hingga akhir pekan ini, dengan rentang 7,5 - 7,6%. Smart Investor disarankan masuk berinvestasi secara bertahap di reksadana pendapatan tetap berbasis Obligasi Negara, saat yield mengalami koreksi kembali ke level 7,6 - 7,7%.
Simak juga : Bareksa Insight : Ekonomi AS di Kuartal III Membaik, Ini Dampak ke IHSG, SBN dan Reksadana
Beberapa reksadana pendapatan tetap, reksadana pasar uang dan reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko moderat, konservatif dan agresif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil 3 Tahun (per 1 November 2022)
Reksadana Pendapatan Tetap
Manulife Obligasi Negara Unggulan II Kelas A: 14,57%
Sucorinvest Bond Fund : 22,23%
Reksadana Pasar Uang
Capital Money Market Fund : 16,88%
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 16,74%
Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan (YTD per 1 November 2022)
Reksadana Indeks
BNP Paribas IDX Growth30 : 12,5%
Avrist Indeks LQ45 : 10,05%
Baca juga : Bareksa Insight : Investor Menanti Rilis Data Inflasi, Terapkan Jurus Cuan Investasi Ini
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Lihat juga : Bareksa Insight : Suku Bunga BI Bisa Naik Jadi 4,5%, Ini Jurus Cuan Buat Investor Reksadana
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.