Bareksa Insight : BI Tak Agresif Naikkan Suku Bunga, Cuan Reksadana Ini Melesat
Langkah BI dianggap mendukung pertumbuhan ekonomi, serta kinerja keuangan emiten
Langkah BI dianggap mendukung pertumbuhan ekonomi, serta kinerja keuangan emiten
Bareksa,com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo pada Rabu (07/09) mengatakan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Tanah Air tak akan seagresif Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) yang sejak awal tahun telah menaikkan hingga 2,25-2,5%.
Pernyataan BI tersebut direspons positif pelaku pasar saham, sehingga mendongkrak kinerja reksadana berbasis saham, seperti reksadana saham dan reksadana indeks.
Menurut Tim Analis Bareksa, langkah BI dianggap mendukung pertumbuhan ekonomi, serta kinerja keuangan emiten. Selain itu, nilai cadangan devisa RI di bulan Agustus stabil di level US$132,2 miliar, masih sangat memadai untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.
Promo Terbaru di Bareksa
Baca juga : Bareksa Insight : Kenaikan Suku Bunga AS akan Makin Agresif, SR017 dan Reksadana Ini Bisa Dipilih
Senada, sejumlah sentimen positif tersebut juga turut menopang kinerja pasar obligasi dan reksadana pendapatan tetap. Hal ini, ditunjukkan dengan imbal hasil (yield) acuan Obligasi Pemerintah Indonesia yang saat ini cenderung bergerak mendatar di kisaran level 7,1-7,2%.
Namun menurut Tim Analis Bareksa,Smart Investor masih perlu mewaspadai risiko eksternal seperti kenaikan agresif suku bunga AS yang berpotensi mendorong kenaikan yield acuan Obligasi Pemerintah AS, serta yield obligasi Indonesia.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Kamis (8/9/2022) naik 0,63% ke level 7.232,02. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 08/09/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat naik di level 7,3%.
Lihat juga : Bareksa Insight : Harga Batu Bara Rekor All Time High, Cuan Reksadana Ini Terbang
Apa yang bisa dilakukan Investor?
Di tengah sentimen positif BI yang tak akan seagresif The Fed dalam menaikkan suku bunga acuannya, Tim Analis Bareksa menyarankan Smart Investor agar menimbang dua hal ini, agar kinerja investasinya maksimal :
1. Tim Analis Bareksa memprediksi reksadana saham dan reksadana indeks akan bergerak terbatas, mengingat IHSG sudah berada di level cukup tinggi. Smart Investor dapat melakukan aksi ambil untung, apabila sudah mencatatkan cuan di atas 5% dan kembali masuk jika IHSG berada di level 6.900 - 7.000 untuk mengoptimalkan imbal hasil portofolio investasinya.
2. Untuk menjaga stabilitas rupiah, BI diproyeksikan masih akan menaikkan suku bunga acuan tahun ini. Hal ini berpotensi mendorong pelemahan harga obligasi dalam jangka pendek. Sehingga investor dapat berinvestasi secara selektif di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi.
Simak juga : Bareksa Insight : Pasar Saham Meroket Pasca Harga BBM Naik, Cuan Reksadana Ini Melambung
Beberapa produk reksadana saham, reksadana indeks, reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko agresif, moderat dan konservatif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil 1 Tahun (per 8 September 2022)
Reksadana Indeks
Avrist IDX30 : 21,72%
BNI AM Indeks IDX30 : 18,6%
Reksadana Saham
Schroder Dana Prestasi Plus : 18,1%
BNP Paribas Pesona Syariah : 10.24%
Imbal Hasil 3 Tahun (per 8 September 2022)
Reksadana Pendapatan Tetap
TRIM Dana Tetap 2 : 18,02%
Mandiri Investa Dana Syariah : 13,83%
Reksadana Pasar Uang
Syailendra Dana Kas : 15,31%
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 17,53%
Lihat juga : Bareksa Insight : Harga BBM Naik, Apa yang Harus Dilakukan Investor?
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Baca juga : Bareksa Insight : Asing Masuk ke Obligasi Rp8 Triliun, Cuan Reksadana Ini Meroket
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.