Bunga Acuan BI Naik Lagi Jadi 5,25%, Ini Dampaknya ke Cuan Reksadana
Total akumulasi kenaikan bunga acuan BI sebesar 1,75% dari sebelumnya di level 3,5% pada Juli
Total akumulasi kenaikan bunga acuan BI sebesar 1,75% dari sebelumnya di level 3,5% pada Juli
Bareksa.com - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 November 2022 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) atau 0,5% jadi 5,25%. Suku bunga Deposit Facility juga meningkat 50 bps jadi 4,5%, dan suku bunga Lending Facility bertambah 50 bps jadi 6%.
Suku bunga BI sudah naik dalam empat bulan berturut-turut sejak Agustus 2022. Total akumulasi kenaikan bunga acuan BI sebesar 1,75% dari sebelumnya di level 3,5% pada Juli. Level suku bunga BI 5,25% juga merupakan yang tertinggi sejak September 2019 atau dalam lebih dari 3 tahun terakhir.
“Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3±1% lebih awal yaitu ke paruh pertama 2023,” demikian disampaikan dalam pernyataan BI (17/11/2022).
Promo Terbaru di Bareksa
BI menyatakan akan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya, akibat kuatnya mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.
Potensi Kinerja Cuan Reksadana
Menurut Tim Analis Bareksa, kenaikan suku bunga ini merupakan upaya dari BI sebagai langkah forward looking dan pencegahan penurunan nilai tukar rupiah ke depannya, mengingat rupiah sudah melemah 2,4% selama kuartal ketiga hingga sekarang. Upaya ini juga karena BI melihat Bank Sentral AS masih akan agresif menaikkan suku bunga acuan, meskipun sudah ada tanda penurunan inflasi baik di sisi konsumen dan produsen.
Tim Analis Bareksa memprediksi BI juga masih mempunyai ruang untuk menaikkan kembali suku bunga acuan 25 bps atau 0,25% hingga akhir 2022 dan 75 bps atau 0,75% pada kuartal I 2023. Pasar obligasi berpotensi melemah terbatas menyusul kenaikan suku bunga acuan BI untuk beberapa waktu ke depan.
Mengingat ada potensi pelemahan terbatas di pasar obligasi, pasca kenaikan suku bunga acuan, maka Smart Investor juga dapat mendiversifikasi investasinya di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi dan reksadana pasar uang.
Langkah ini hingga yield (imbal hasil) acuan Obligasi Negara kembali naik di level yang lebih atraktif untuk berinvestasi di reksadana pendapatan tetap berbasis SBN (Surat Berharga Negara).
Adapun jika Smart Investor ingin berinvestasi di reksadana berbasis saham, Tim Analis Bareksa menilai jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa melemah di bawah level 7.000, merupakan titik yang cukup baik untuk akumulasi investasi di reksadana saham dan reksadana indeks.
Beberapa produk reksadana pendapatan tetap, reksadana pasar uang, reksadana saham dan reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko moderat, konservatif dan agresif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil 3 Tahun (per 16 November 2022)
Reksadana Pendapatan Tetap
Sucorinvest Bond Fund : 23,7%
TRIM Dana Tetap 2 : 15,91%
Reksadana Pasar Uang
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 16,6%
Syailendra Dana Kas : 14,74%
Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan (YTD per 16 November 2022)
Reksadana Indeks
Danareksa Indeks Syariah : 9,45%
Avrist Indeks LQ45 : 9,27%
Reksadana Saham
Avrist Ada Saham Blue Safir : 12,08%
Sucorinvest Maxi Fund : 10,07%
Baca juga : Bareksa Insight : Inflasi AS Rendah, Ini 2 Jurus Investasi Agar Cuan Maksimal
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Lihat juga : Bareksa Insight : Suku Bunga BI Bisa Naik Jadi 4,5%, Ini Jurus Cuan Buat Investor Reksadana
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.