Defisit Transaksi Berjalan Terus Meningkat, Dua Faktor Ini Penyebabnya
Defisit transaksi berjalan naik 101 persen dari US$6,8 miliar di semester I 2017 jadi US$13,7 miliar di semester I 2018
Defisit transaksi berjalan naik 101 persen dari US$6,8 miliar di semester I 2017 jadi US$13,7 miliar di semester I 2018
Bareksa.com – Dalam setahun terakhir, pelemahan rupiah telah mencapai 10,88 persen dari Rp13.464 menjadi Rp14.929 per dolar AS pada 28 September 2018.
Banyak faktor yang mempengaruhi pelemahan mata uang rupiah. Secara umum faktor yang mempengaruhi terbagi atas faktor eksternal (luar negeri) dan internal (dalam negeri).
Bank Indonesia (BI) mencatat neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal II 2018 kembali mengalami defisit. Pada periode ini, defisit neraca pembayaran Indonesia mencapai US$4,3 miliar.
Promo Terbaru di Bareksa
Direktur eksekutif Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia (BI) Yati Kurniawati mengatakan, defisit NPI pada kuartal II seiring meningkatnya transaksi berjalan dan masih rendahnya transaksi perdagangan RI.
Adapun defisit transaksi berjalan kuartal II 2018 tercatat US$8 miliar atau 3 persen dari PDB. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pada kuartal II 2018 yang hanya US$5,5 miliar atau 2,2 persen dari PDB.
Current Account (CA) Defisit Naik 101 Persen Sejak 2017
Sejak 2012 Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan. Bahkan dalam dua tahun terakhir defisit transaksi berjalan naik hingga 101% dari defisit US$6,8 miliar pada semester I 2017 menjadi defisit US$13,7 miliar pada semester I 2018.
Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan Current Account :
1. Trade Account
Sejak 2017, surplus trade account Indonesia terus menurun, baik dalam periode per semester maupun per tahun. Hal ini disebabkan oleh perdagangan non minyak dan gas yang sudah turun 80 persen dari US$13,7 miliar menjadi US$7,6 miliar, diikuti oleh defisit perdagangan minyak yang naik 33 persen dari US$6,3 miliar pada semester I 2017 menjadi US$8,4 miliar.
Sumber : Mandiri Sekuritas
2. Primary Income
Pos yang paling mempengaruhi defisit akun lancar adalah primary income. Pos ini mencatatkan defisit US$32,8 miliar pada 2017.
Penyumbang terbesar dan dominan terhadap defisit primary income adalah investment income, yang terdiri dari pendapatan penanaman modal asing, pendapatan investasi portofolio, dan pendapatan investasi lainnya, serta repatriasi laba perusahaan asing yang melakukan investasi langsung di Indonesia juga hampir dua pertiga dari investment income.
Defisit pendapatan investasi portofolio terutama berupa pembayaran bunga utang luar negeri seiring naiknya utang pemerintah.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.