BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Usai Turun Tajam, Bagaimana Prospek IHSG Pasca Libur Panjang Lebaran?

20 Juni 2018
Tags:
Usai Turun Tajam, Bagaimana Prospek IHSG Pasca Libur Panjang Lebaran?
Pekerja mengepel lantai di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (24/5). Perdagangan IHSG ditutup menguat 2,67 persen atau 154,54 poin ke level 5.946,54. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Sebelum libur panjang Lebaran kemarin, IHSG ditutup turun tajam 1,85 persen pada perdagangan Jumat 8 Juni 2018

Bareksa.com - Setelah masa libur panjang Lebaran, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kembali aktif secara normal menyelenggarakan perdagangan saham pada hari ini, Rabu 20 Juni 2018. Pada perdagangan hari pertama ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan menguat terbatas dengan berbagai sentimen eksternal yang berpotensi mempengaruhi pergerakan IHSG.

Sedikit meninjau ulang, sebelum libur panjang Lebaran kemarin, IHSG ditutup turun cukup tajam 1,85 persen pada penutupan perdagangan Jumat 8 Juni 2018.

Keputusan pelaku pasar untuk mengamankan aset dalam portofolionya jelang libur panjang Lebaran memicu aksi jual yang cukup tinggi sehingga membuat IHSG tak berdaya kala itu. Selain itu, investor asing juga terpantau melakukan penjualan bersih (net sell) signifikan sebesar Rp 2,45 triliun.

Promo Terbaru di Bareksa

Seluruh sektor kompak berakhir di zona merah pada 8 Juni 2018, di mana penurunan terdalam terjadi pada sektor keuangan (-3,03 persen), disusul sektor infrastruktur (-2,44 persen), dan konsumer (-1,61 persen).

Untuk perdagangan hari ini, 20 Juni 2018, meskipun ada gap yang disebabkan libur Lebaran, tetapi ada sejumlah sentimen dari eksternal dan internal yang bisa menjadi katalis positif yang bisa mendorong bursa saham Tanah Air.

Meski demikian, ada kemungkinan IHSG bergerak ke zona merah lebih kuat diakibatkan beberapa sentimen negatif dari global.

Beberapa Sentimen Positif terhadap IHSG

Sentimen positif yang bisa mendukung IHSG ke arah positif adalah tingkat konsumsi masyarakat selama Ramadan dan Idul Fitri. Selain terjadi peningkatan daya beli untuk konsumsi, ada juga belanja untuk pariwisata, belanja infrastruktur, dan kebutuhan lain yang tidak dilakukan secara reguler.

Selain itu, pelaku pasar juga menunggu rilis neraca perdagangan dalam negeri, yang tentunya diharapkan menunjukkan hasil yang positif. Dua skenario tersebut menggambarkan pelaku pasar, baik global maupun domestik masih melihat fundamental makroekonomi Indonesia yang positif.

Adapun sejumlah sentimen negatif yang dapat membayangi pergerakan IHSG pada perdagangan hari ini antara lain:

• Hasil rapat Bank Sentral AS (The Fed) pada Kamis 14 Juni 2018 waktu Indonesia yang memutuskan untuk menaikkan suku bunga 25 basis poin (0,25 persen) ke level 1,75-2 persen.

Tidak hanya itu, The Fed pun memberi sedikit kejutan dengan menaikkan kadar pengetatan moneter yang kian terbuka. Kondisi tersebut terlihat dari dot plot (proyeksi suku bunga dari The Fed negara bagian) yang semakin bergerak ke atas.

• Penguatan dolar AS terhadap mata uang utama dunia yang disebabkan potensi kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh The Fed telah berhasil membawa dolar AS ke posisi yang sangat kuat.

Sepanjang libur Lebaran, dolar AS terpantau menguat 1,82 persen terhadap euro. Sebelum pertemuannya pada pekan lalu, The Fed hanya memproyeksikan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun ini, ditunjukkan oleh median dari dot plot yang berada di level 2-2,25 persen.

• Hasil rapat European Central Bank (ECB) pada Jumat 15 Juni 2018 waktu Indonesia yang memutuskan untuk mengakhiri program stimulus moneter pada akhir 2018, dan mulai mengurangi dosisnya pada September tahun ini.

Pengurangan stimulus atau tapering adalah pintu masuk menuju pengetatan moneter melalui kenaikan suku bunga. ECB memberi sinyal bahwa kenaikan suku bunga sepertinya baru ditempuh pada pertengahan tahun depan. Kondisi tersebut turut mendorong dolar AS yang semakin menunjukkan tajinya terhadap euro.

• Isu perang dagang yang kembali memanas antara Amerika Serikat (AS) dan China setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan negaranya akan mengenakan bea impor 25 persen terhadap barang-barang China senilai US$ 50 miliar.

Kondisi tersebut memicu China untuk melakukan hal yang sama kepada AS dengan mengenakan tarif impor serupa terhadap produk-produk AS. Aksi saling berbalas tarif antar dua negara dengan ekonomi terbesar dunia membuat ketegangan kedua negara memuncak serta menimbulkan kekhawatiran yang semakin tinggi di kalangan industri dan pelaku pasar.

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,56%
Up4,26%
Up7,54%
Up8,69%
Up19,21%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,43%
Up4,43%
Up6,99%
Up7,44%
Up2,54%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,98%
Up7,06%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,45

Up0,53%
Up3,89%
Up6,66%
Up7,38%
Up17,02%
Up40,39%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,88%
Up6,54%
Up7,20%
Up20,19%
Up35,64%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua