BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Bisa Leverage Dana Rp180 Triliun, Holding BUMN Tambang Sanggup Akuisisi Freeport

24 November 2017
Tags:
Bisa Leverage Dana Rp180 Triliun, Holding BUMN Tambang Sanggup Akuisisi Freeport
Sejumlah Haul Truck dioperasikan di area tambang terbuka PT Freeport Indonesia di Timika, Papua, Sabtu (19/9). PT Freeport Indonesia kini mendapat izin ekspor untuk Juli 2015 - Januari 2016 dengan kuota ekspor mencapai 775.000 ton konsentrat tembaga. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Inalum akan memiliki aset sebesar Rp84 triliun dengan ekuitas Rp64 triliun

Bareksa.com – Kemampuan keuangan holding badan usaha milik negara (BUMN) sektor tambang diklaim cukup untuk mengakuisisi mayoritas saham PT Freeport Indonesia, unit usaha perusahaan tambang asal Amerika Serikat, Freeport-McMoRan Inc yang beroperasi di Papua.

Setelah pembentukan holding tuntas, PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), sebagai induk usaha BUMN tambang dapat me-leverage keuangannya hingga mencapai Rp180 triliun.

Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno, mengatakan, setelah menjadi holding perusahaan-perusahaan tambang negara dapat meleverage keuangannya jadi lebih besar lagi. (Baca : Divestasi Freeport Indonesia : Wacana IPO Hingga Pajak Atraktif)

Promo Terbaru di Bareksa

Setelah holding terbentuk, Inalum akan memiliki aset Rp84 triliun dengan porsi ekuitas Rp64 triliun. Dengan jumlah ekuitas itu, perseroan bisa meleverage keuangannya 2-3 kali sehingga bisa menggalang dana sekitar Rp180 triliun.

Saat ini Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih memproses pembelian saham Freeport Indonesia.

“Kalau ekuitas dileverage dua kali saja sudah dapat Rp120 triliun. Kita meleverage tiga kali masih aman. Tinggal kebutuhan untuk membeli Freeport berapa,” tuturnya di Jakarta, Jumat, 24 November 2017. (Lihat : Mampukah Holding BUMN Tambang Biayai Akuisisi Freeport? Ini Analisanya)

Ilustrasi Rasio Utang Terhadap Aset dan Rasio Utang Terhadap Ekuitas BUMN Tambang (per 2016)
Illustration
Sumber : Laporan keuangan perusahaan, diolah Bareksa.com

Dukungan Bank-Bank BUMN

Fajar mengatakan bahwa untuk meleverage keuangannya, Inalum akan dibantu oleh instiusi keuangan milik pemerintah. Dia yakin bank-bank BUMN akan ikut mensupport transaksi tersebut.

Dia melanjutkan, pembentukan holding BUMN sektor tambang dilakukan juga untuk mendorong penguasaan sumber daya batu bara dan mineral Indonesia oleh negara dan hilirisasi.

Harry mengatakan sumber daya alam yang dikuasai oleh negara melalui BUMN masih sangat kecil. Untuk batu bara, BUMN baru menguasai sekitar 10-12 persen dari total cadangan nasional, emas dan tembaga bahkan di bawah satu persen sedangkan nikel 9 persen dari total cadangan nasional.

Sementara timah sebagian besar cadangan sudah dikuasai negara. “Tetapi timah nilainya kecil,” terangnya. (Baca : Freeport Setuju Divestasi 51 Persen Saham, Ini Analisis Keuangan PT Inalum)

Tingakatkan Efisiensi

Pembentukan holding BUMN sektor tambang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi investasi bagi perusahaan-perusahaan pelat merah. Holding juga akan mengonsolidasikan bisnis serupa yang dimiliki masing-masing perusahaan.

Akhir bulan ini, tiga perusahaan sektor tambang BUMN, yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Timah Tbk (TINS) akan resmi bernaung di bawah PT Indonesia Asahan Aluminum (Inalum).

Peresmian pembentukan holding BUMN sektor tambang akan melalui proses rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) terlebih dahulu pada 29 November 2017.(Lihat : Bursa: ANTM, PTBA, TINS Harus Tender Offer Demi Investor Publik)

Direktur Utama Bukit Asam, Arviyan Arifin, menjelaskan konsolidasi BUMN melalui holding akan membuat perusahaan dapat mengefisiensi belanja modal (capital expenditure/capex).

Sebagai gambaran, apabila Inalum dan Antam membutuhkan listrik untuk kebutuhan smelternya, Bukit Asam dapat membangun pembangkit listrik untuk mereka. “Karena Bukit Asam memang sudah bertransformasi menjadi perusahaan energi,” kata dia.

Menurut dia, pembangunan pembangkit listrik oleh perusahaan yang lebih berpengalaman di bidang energi, seperti Bukit Asam, akan membuat investasi lebih murah. (Baca : Ini Alasan Inalum Tidak Perlu Tender Offer untuk Bentuk Holding BUMN Tambang)

Peluang Spin Off Divisi Pembangkit Listrik

Direktur Utama Aneka Tambang, Arie Prabowo Ariotedjo, mengungkapkan hal senada. Dia menuturkan saat ini Antam memiliki pembangkit listrik di Pomalaa. Perseroan sudah berinvestasi Rp3 triliun untuk pembangkit listrik tersebut. (Baca : Antam Akan Gelar RUPSLB 29 November, Apa Agendanya?)

Arie tidak menutup kemungkinan nantinya power plant yang dimiliki perseroan akan dispin off kepada perusahaan di bawah holding lainnya yang menangani energi, yaitu Bukit Asam. Dia yakin, pengelolaan power plant jika dilakukan oleh yang lebih berkompeten akan lebih efisien.

Selain terkait power plant, dengan holdingisasi, perusahaan-perusahaan tambang bisa membagi jasa seperti yang dibutuhkan, seperti jasa IT. Nanti bisa saja tiga perusahaan di bawah Inalum hanya memiliki satu server yang costnya dibagi tiga.

Arie melanjutkan, perseroan juga berkongsi dengan Inalum untuk membangun smleter grade alumina (SGA). Dia mengatakan bahwa apabila sendirian, kemampuan finansial Antam tidak sanggup mengerjakan proyek tersebut karena sudah mengalami overleverage. (Lihat : Jelang Pembentukan Holding, Saham Tambang BUMN Kompak Menguat)

Kondisi Antam yang tengah overleverage dapat dibantu oleh induknya, Inalum. Saat ini Inalum memiliki kas internal hingga US$560 juta. “Makanya dibantu Inalum penyertaan saham oleh Inalum. Tetapi nanti saat keuangan Antam sudah kuat, Antam akan menjadi mayoritas,” terangnya. (AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,58%
Up4,31%
Up7,57%
Up8,73%
Up19,20%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,44%
Up4,48%
Up7,05%
Up7,51%
Up2,61%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,97%
Up7,04%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,13

Up0,53%
Up3,89%
Up6,64%
Up7,38%
Up16,99%
Up40,43%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,87%
Up6,51%
Up7,19%
Up20,23%
Up35,64%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua