CEO Trimegah AM, Antony Dirga : IHSG di 2025 Bisa Tembus 8.500, Bidik Saham dengan Jurus Ini
Bos Trimegah AM bocorkan strategi pengelolaan reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap di 2025
Bos Trimegah AM bocorkan strategi pengelolaan reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap di 2025
Bareksa.com - Pasar saham Tanah Air sangat bergejolak akhir-akhir ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan cukup dalam dengan penurunan mencapai 6,07% sepanjang bulan November 2024.
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sepanjang tahun berjalan atau 11 bulan terakhir (YTD) IHSG minus 2,18%. Dibandingkan level tertinggi sepanjang masa (ATH) pada 19 September di level 7.905, maka IHSG pada akhir November merosot 10%.
Meski begitu nilai kapitalisasi pasar (market cap) Bursa Efek Indonesia meningkat 2,8% menjadi Rp12.001 triliun pada akhir November. Level ATH market cap IHSG juga pada 19 September di Rp13.475 triliun.
Promo Terbaru di Bareksa
Kinerja IHSG
Sumber : OJK
Tingginya fluktuasi pasar akhir-akhir ini akibat beragam sentimen negatif. Salah satunya tren turun itu sejak kemenangan Donald Trump terpilih kembali jadi Presiden Amerika Serikat (AS) ke-47 dalam pemilihan umum (Pemilu) 5 November 2024 lalu.
Trump yang sebelumnya menjabat presiden ke-45 pada periode 2017-2021 itu dikenal sebagai pemimpin dengan kebijakan kontroversial dan kerap mengguncang pasar, salah satunya perang dagang.
Selain itu, ketidakpastian ekonomi dan politik global juga turut menghantui pasar. Konflik geopolitik di antaranya perang Rusia-Ukraina yang kembali memanas, hingga Perang Israel - Iran yang belum mereda turut jadi sentimen negatif pasar.
Harapan tren suku bunga rendah yang ditandai dengan pemangkasan bunga acuan The Federal Reserve (The Fed) secara agresif kini mulai tampak kurang bertenaga dalam mendongkrak pasar. Bahkan pasar pun mulai ragu, apakah pemangkasan suku bunga agresif masih akan berlanjut, seiring ancaman lonjakan inflasi akibat bea masuk tarif impor tinggi yang bakal diterapkan Trump.
Di tengah kondisi pasar yang diliputi ketidakpastian ini, CEO/Direktur Utama PT Trimegah Asset Management, Antony Dirga membocorkan strateginya dalam mengelola portofolio investasinya dalam mendongkrak kinerja reksadana yang dia kelola. Meskipun prediksinya belum final, dia meramal IHSG bisa menembus 8.500 pada 2025.
Memasuki Desember 2024, di mana kinerja IHSG masih dalam tekanan, dia membagikan strategi dalam mempercantik kinerja reksadana atau yang lebih dikenal dengan istilah window dressing. Berikut kutipan wawancara tertulis Abdul Malik, Jurnalis Bareksa, dengan Antony (3/12):
Trimegah AM menilai valuasi IHSG sedang berada di level murah dari rata-rata historisnya akibat fluktuasi akhir-akhir ini, sejak kemenangan Trump dan bobot IHSG di MSCI juga dikurangi. Kira-kira bagaimana potensi IHSG bangkit hingga akhir 2024? Ada revisi target IHSG tahun ini? Bagaimana target IHSG di 2025 dari Trimegah? Apa saja faktor penopang dan penekannya? Sektor-sektor apa yang akan dipantau?
IHSG memang berada di level valuasi yang murah pada saat ini. Price earning ratio (P/E Ratio) IHSG saat ini ada di level 1,5x standard deviasi di bawah rata-rata P/E ratio IHSG dalam 10 tahun terakhir. Negatif momentum untuk IHSG dimulai sejak terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS seharusnya sudah hampir berakhir dan kami melihat adanya potensi IHSG untuk bangkit menjelang akhir tahun 2024.
Faktor utama yang memberatkan adalah tentunya noise dari kebijakan yang dicanangkan oleh Presiden Trump tentang ancaman tarif dan implikasinya terhadap inflasi ataupun kebijakan The Fed di Amerika. Namun di sisi lain, faktor positif yang dapat menopang pasar kita adalah pembatalan kenaikan PPN ke 12%, membaiknya likuiditas domestik dan kebijakan pro-ekonomi lain yg dapat diumumkan oleh pemerintah.
Kami belum memfinalkan target IHSG kami untuk tahun depan. Namun berdasarkan salah satu skenario yang kami buat, IHSG dapat mencapai level 8500 di tahun 2025.
Seiring gejolak pasar akhir-akhir ini, turunnya pasar saham turut menekan kinerja reksadana berbasis saham. Apakah hal ini juga dialami oleh Trimegah AM? Bagaimana strategi mempercantik kinerja reksadana tersebut jelang akhir 2024? Apa ada peluang window dressing?
Secara keseluruhan kinerja reksadana berbasis saham memang mengalami penekanan sejalan dengan gejolak pasar saham kita. Hal ini tentunya normal mengingat secara aturan, reksadana berbasis saham harus memiliki exposure di pasar saham minimum sebesar 80%.
Reksadana saham Trimegah AM pun mengalami tantangan yang sama, namun secara year to date kinerja reksadana saham kami berada pada posisi kuartil pertama dan kedua, masih baik dibandingkan dengan kinerja rata-rata reksa dana saham tahun ini.
Kami tidak memiliki strategi yang terlalu khusus untuk window dressing akhir tahun. Kami tetap konsisten pada approach kami yang fokus pada saham-saham yang murah dan memiliki katalis positif untuk re-rating.
Saat ini pasar kembali diguncang sentimen konflik geopolitik yakni perang Rusia - Ukraina yang kembali memanas, bahkan ada anggapan bisa memicu perang dunia III, ditambah konflik Timur Tengah yang belum mereda. Bagaimana sikap Trimegah AM dalam menghadapi situasi yang tidak pasti ini?
Kami percaya bahwa konflik geopolitik dan keadaan di Timur Tengah yang belum mereda sudah hampir fully priced-in pada pasar saham dan obligasi kita. Kami malah memiliki pandangan yang sedikit contrarian dengan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.
Kami percaya bahwa kembalinya Presiden Trump ke panggung politik tidak akan memperburuk kondisi geopolitik di tahun 2025, sebaliknya ada potensi upside di mana konflik geopolitik mungkin bisa mereda.
Januari 2025, Trump mulai menjabat Presiden ke-47 AS, di mana kebijakan-kebijakannya dikenal sangat kontroversial, salah satunya perang dagang yang bisa mengguncang pasar. Apakah saat ini pasar sudah mengantisipasi kebijakan-kebijakan Trump atau bagaimana pasar mengantisipasi kebijakan-kebijakan Trump di masa mendatang?
Saat ini pasar jelas meng-ekstrapolasi kebijakan Trump yang cukup ekstrem dan sesuai dengan jargon-jargon yang dia gembar-gemborkan selama kampanye politiknya. Itulah sebabnya infleksi negative pasar Indonesia dimulai ketika Trump memenangkan pemilu AS. Malah IHSG sudah mendahului ketika probabilitas kemenangan Trump meningkat dan bergerak negative 2 minggu sebelum Pemilu dilangsungkan.
Yang ditakuti oleh pasar sekarang ini dan sudah well priced-in adalah kondisi di mana perang dagang akan memburuk, tarif akan naik, pertumbuhan global akan memburuk, inflasi di AS akan meningkat karena tarif dan akhirnya The Fed akan menahan, atau yang terburuk, malah kembali menaikkan suku bunga.
Soal tren suku bunga rendah seiring proyeksi berlanjutnya pemangkasan suku bunga oleh bank sentral, utamanya The Federal Reserve, apakah menurut pandangan Trimegah AM akan benar-benar terjadi? Sebab perang dagang bisa kembali mengerek inflasi yang justru The Fed berpeluang untuk menahan penurunan suku bunga untuk meredam laju inflasi? Bagaimana dampaknya ke pasar saham dan obligasi Tanah Air?
Resiko perang dagang yang memburuk dan dampak negatifnya pada proyeksi pemangkasan suku bunga the Fed jelas ada. Itulah yang sedang dihadapi oleh pasar kita dan di mana IHSG sudah turun hampir 10% dalam waktu yang singkat sejak akhir Oktober. Namun menurut pandangan kami, resiko ini sebagian besar sudah hampir fully priced-in pada pasar saham dan obligasi kita.
Kami percaya bahwa pada dasarnya, Presiden Trump adalah seorang pebisnis, di mana tarif yang tinggi adalah modal/ancaman untuk bernegosiasi dengan Negara-negara Adidaya lainnya.
Menurut hemat kami, pasar agak berlebihan dalam mengasumsikan bahwa Trump akan begitu sembrononya mengenakan tarif yang kemudian akan memicu laju inflasi di AS dan lalu memaksa The Fed untuk malah menaikkan suku bunga yang berpotensi melemahkan ekonomi. Tingkat inflasi yang tinggi dan pelemahan ekonomi adalah musuh para politikus manapun.
Partai Republik (partai pengusung Trump) pada Pemilu kali ini berhasil menguasai kedua kursi House dan Senate. Mengingat cycle Pemilu kongres adalah setiap dua tahun, apapun yang Trump lakukan akan sangat berdampak pada posisi politik partai Republican dua tahun lagi. Mengingat hal ini, tentunya dia juga akan berhati-hati.
Investasi bukanlah ilmu pasti, seperti ilmu teknik sipil ataupun teknik mesin di mana kita bisa menghitung gaya ataupun kecepatan secara pasti. Investasi adalah mempertimbangkan upside dan downside dan probabilitasnya.
Dalam hal ini, karena kami percaya bahwa kondisi pasar sudah hampir fully priced-in kemungkinan terburuk yang Trump akan lakukan, kami percaya bahwa valuasi pasar saham yang murah pantas menjadi faktor yang lebih dominan untuk dipertimbangkan dibandingkan. negative momentum yang terbentuk sejak akhir Oktober.
Untuk pasar obligasi, kami lebih cautious dan tactical untuk obligasi berdurasi panjang. Kami percaya bahwa tingkat inflasi Indonesia akan kembali normalized ke level yang lebih tinggi di tahun 2025.
Selain itu, nominal spread antara obligasi Pemerintah Indonesia dan AS, contohnya untuk maturity 10 tahun masih berada di sekitar 2,6-2,7%, level yang tidak murah secara historis.
Indonesia butuh katalis yang sangat positif supaya yield jangka panjang kita bisa re-rating ke level yang jauh lebih rendah. Kami belum dapat melihat katalis yang terlalu posistif dalam jangka pendek. Oleh karena itu, kami lebih fokus berinvestasi pada obligasi pemerintah dan korporasi berdurasi pendek.
Bagaimana strategi pengelolaan reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap Trimegah pada 2025 dengan mempertimbangkan beberapa sentimen tersebut?
Berdasarkan view kami di atas, kami positif untuk pasar saham di tahun 2025, terutama dengan valuasi yang menarik saat ini. Strategi pengolahan reksadana saham kamipun sejalan dengan view ini, di mana kami fokus pada saham-saham dengan valuasi yang menarik dan pada saham-saham yang memiliki katalis yang positif.
Secara umum kami juga percaya bahwa pemerintahan Pak Prabowo memiliki tema pro-growth, ini seharusnya positif untuk pasar saham dan juga reksadana saham dan campuran.
Kami lebih tactical pada pasar obligasi jangka panjang, memanjangkan durasi ketika level yieldnya menarik dan mengurangi durasi ketika yield turun. Secara umum, kami lebih menyukai obligasi pemerintah dan korpirasi berdurasi pendek.
Sejalan dengan view ini, reksadana pendapatan tetap kami akan lebih fokus pada obligasi berdurasi pendek di tahun 2025. Kami lebih bullish pada obligasi korporasi sejalan dengan tema pro-growth pemerintahan kita sekarang.
(AM)
**
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,03 | 0,23% | 3,93% | 7,65% | 8,47% | 19,26% | 38,62% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,99 | 0,21% | 4,04% | 7,14% | 7,66% | 2,91% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.083,65 | 0,56% | 3,99% | 7,48% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.851,29 | 0,53% | 3,86% | 7,05% | 7,37% | 17,67% | 41,38% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.283,33 | 0,82% | 4,05% | 7,15% | 7,44% | 20,36% | 35,78% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.