CEO Syailendra Capital Fajar Hidayat : IHSG 2025 Bisa Tembus 8.000, Prospek Saham Ini Mencorong
Syailendra Capital pertimbangkan peluang yang dihasilkan dari penawaran saham AADI dalam jangka panjang
Syailendra Capital pertimbangkan peluang yang dihasilkan dari penawaran saham AADI dalam jangka panjang
Bareksa.com - Pasar saham Tanah Air mulai sumringah di awal Desember 2024, setelah sepanjang November tertekan. Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bangkit naik 3,77% menjadi 7.382 pada pekan pertama Desember 2024, setelah di pekan terakhir November turun 1,13%.
Pergerakan IHSG Secara Mingguan
Sumber : BEI
Promo Terbaru di Bareksa
Bangkitnya IHSG merupakan angin segar, setelah sebelumnya IHSG sangat bergejolak. Sepanjang November 2024, IHSG merosot 6,8% jadi 7.114. Sepanjang 11 bulan terakhir hingga akhir November (YTD), IHSG turun 2,2%. Dibandingkan level tertingginya di 7.905 pada 19 September, pada akhir November, IHSG melorot 10%.
Sentimen negatif yang membayangi pasar di antaranya kembali terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) pada pemilihan umum 5 November. Pasar cemas dengan kebijakan kontroversial Trump yang akan mulai menjabat presiden ke-47 mulai Januari 2025, salah satunya perang dagang yang bisa memicu lonjakan inflasi.
Kemudian, kebijakan Amerika sentris Trump juga mendorong penguatan dolar AS dan aliran dana asing ke pasar Negara Paman Sam. Kondisi ini mengakibatkan pasar negara berkembang, seperti Indonesia jadi tertekan.
Selain itu, optimisme pasar atas prospek keberlanjutan pemangkasan suku bunga AS juga mulai memudar, karena perang dagang bisa mengerek inflasi, sehingga The Federal Reserve dikhawatirkan akan menahan pemangkasan, bahkan berpotensi kembali menaikkan suku bunga.
Sentimen lain, ialah dampak ketegangan geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina yang kembali memanas dan perang Israel-Iran yang belum kunjung usai semakin menambah prospek negatif pasar modal Tanah Air.
Meski begitu, seiring IHSG yang kembali bangkit awal Desember, mendorong optimisme pasar atas potensi Santa Claus rally karena dana asing mulai kembali masuk pasar saham RI. Kondisi itu bisa mendorong optimisme manajer investasi Tanah Air untuk melakukan window dressing guna mempercantik kinerja reksadana yang dikelolanya di penghujung akhir tahun.
Fajar R Hidajat, CEO/President Director PT Syailendra Capital membeberkan strategi pengelolaan investasi jelang akhir tahun 2024, serta prediksi IHSG 2025. Dia memprediksi IHSG berpotensi mencatatkan kinerja positif di Desember 2024. Tahun depan, dia meramal IHSG bisa menembus 8.000, serta memantau beberapa saham yang dinilai prospektuf.
Seperti apa strategi investasi yang dilakukan Syailendra Capital jelang akhir 2024 dan pada 2025? Berikut kutipan wawancara Abdul Malik, jurnalis Bareksa dengan Fajar Hidayat (4/12):
Bagaimana Syailendra Capital menilai valuasi IHSG saat ini, apakah sudah murah atau masih mahal? Menurut Bapak, kira-kira bagaimana potensi IHSG bangkit hingga akhir 2024? Ada revisi target IHSG tahun ini? Bagaimana target IHSG di 2025 dari Syailendra? Apa saja faktor penopang dan penekannya? Sektor-sektor apa yang akan dipantau?
Saat ini, kami menilai IHSG berada di level undervalued dengan PER (price earning ratio) di bawah rata-rata historis 5 tahun (13,9x vs. rata-rata 5 tahun 16,2x). Hingga akhir 2024, kami optimistis IHSG bisa bangkit ke level 7.400-7.800, didukung oleh pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan pemulihan aktivitas ekonomi domestik.
Secara historis, IHSG cenderung mengalami tekanan pada November, namun selama lebih dari 20 tahun terakhir, IHSG hanya sekali terkoreksi pada Desember, yakni pada 2022. Ini memberikan harapan tambahan bagi pergerakan positif di penghujung tahun.
Sumber : Syailendra Capital
Memasuki tahun 2025, ketidakpastian global masih cukup tinggi. Dari sisi eksternal, pasar masih sensitif terhadap:
- Komentar kebijakan The Fed terkait suku bunga
- Rencana kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump
- Ekspektasi inflasi AS yang dapat memengaruhi arah kebijakan moneter global
- Tensi geopolitik di Timur Tengah dan konflik Rusia-Ukraina yang terus berlanjut.
Sementara itu, dari dalam negeri, tantangan juga terlihat dari data PMI Manufaktur November 2024 yang berada di level 49,6, mencerminkan kontraksi selama lima bulan berturut-turut.
Meski begitu, ada peluang dari pemulihan ekonomi global, terutama didukung oleh rilis data PMI Manufaktur China yang lebih baik dari perkiraan. Hal ini dapat mendorong permintaan atas produk Indonesia, serta tren penurunan suku bunga yang diharapkan berlanjut, memberikan stimulus tambahan bagi pasar saham.
Dengan pertimbangan tersebut, kami menetapkan target IHSG di tahun 2025 pada level 7.800-8.000, dengan fokus pada sektor perbankan, infrastruktur dan consumer goods, khususnya sektor yang bersinggungan dengan program kerja pemerintah.
Seiring gejolak pasar akhir-akhir ini, turunnya pasar saham turut menekan kinerja reksadana saham. Apakah hal ini juga dialami oleh Syailendra? Bagaimana strategi mempercantik kinerja reksadana tersebut jelang akhir 2024? Kapan window dressing akan dilakukan?
Selama November 2024, kinerja reksadana saham tertekan akibat pelemahan pasar saham domestik. Berdasarkan data Infovesta, indeks reksadana saham mencatat penurunan -4,95% MoM, seiring dengan koreksi IHSG hingga -6,11% dalam sebulan terakhir. Hal ini juga dirasakan oleh portofolio Syailendra, meskipun dampaknya relatif terkendali berkat diversifikasi yang efektif.
Untuk menghadapi tantangan ini, kami melakukan beberapa hal:
- Mengoptimalkan portofolio dengan fokus pada sektor-sektor defensif yang lebih stabil di tengah gejolak pasar
- Melakukan rotasi ke saham-saham undervalued yang memiliki potensi rebound
- Tetap selektif dalam stockpicking, dengan prioritas pada saham berprospek pertumbuhan kuat.
Ke depan, performa IHSG akan sangat bergantung pada hasil pertemuan The Fed di Desember. Jika terjadi pemangkasan suku bunga, hal ini dapat memberikan sentimen positif bagi para pelaku pasar yang ingin memanfaatkan momentum window dressing.
Kami optimistis, strategi ini dapat membantu mendukung kinerja pasar saham dan, pada akhirnya, memberikan dampak positif pada performa reksadana saham kami di penghujung tahun.
Saat ini pasar kembali diguncang sentimen konflik geopolitik yakni perang Rusia - Ukraina yang kembali memanas, bahkan ada anggapan bisa memicu perang dunia III, ditambah konflik Timur Tengah yang belum mereda. Bagaimana sikap Syailendra dalam menghadapi situasi yang tidak pasti ini? Window dressing bakal batal dilakukan?
Dalam menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian, seperti konflik Rusia-Ukraina yang memanas dan ketegangan di Timur Tengah, kami akan tetap fokus dan disiplin pada strategi investasi berbasis fundamental dan alokasi defensif untuk mengurangi risiko volatilitas, dan kami cenderung akan lebih selektif pada sektor yang minim dampak dari konflik global.
Januari 2025, Trump mulai menjabat Presiden ke-47 AS, di mana kebijakan-kebijakannya dikenal sangat kontroversial, salah satunya perang dagang yang bisa mengguncang pasar. Apakah saat ini pasar sudah mengantisipasi kebijakan-kebijakan Trump atau bagaimana pasar mengantisipasi kebijakan-kebijakan Trump di masa mendatang?
Berdasarkan data historis, pada periode pertama pemerintahan Trump, satu hingga enam bulan pertama pasca pelantikan biasanya diwarnai volatilitas signifikan, khususnya di pasar mata uang. Hal ini sebetulnya sudah terlihat sejak pengumuman terpilihnya Trump di awal November lalu, di mana indeks dolar AS menguat hingga mencapai level tertingginya di 107, yang memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah dan mata uang negara berkembang lainnya.
Bersamaan dengan ketidakpastian global, para pelaku pasar mulai menarik dana investasi mereka, terutama dari pasar berkembang termasuk Indonesia, dan mengalihkan ke safe-haven assets seperti emas dan dolar AS. Situasi ini menunjukkan bahwa sebagian besar risiko terkait kebijakan Trump, seperti perang dagang, telah mulai dihargai pasar (priced in). Namun, kebijakan lanjutan terkait tarif impor dan perdagangan global masih perlu untuk terus diperhatikan.
Soal tren suku bunga rendah seiring proyeksi berlanjutnya pemangkasan suku bunga oleh bank sentral, utamanya The Federal Reserve, apakah menurut pandangan Syailendra, akan benar-benar terjadi? Sebab perang dagang bisa kembali mengerek inflasi yang justru The Fed berpeluang untuk menahan penurunan suku bunga untuk meredam laju inflasi? Bagaimana dampaknya ke pasar saham dan obligasi Tanah Air?
Hingga Rabu (4/12), probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan Desember berada di 74%, berdasarkan data CME FedWatch Tools. Proyeksi ini sejalan dengan pandangan kami bahwa tren penurunan suku bunga The Fed kemungkinan akan terus berlanjut hingga 2025, meskipun dengan laju yang lebih lambat dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Kami optimistis tren penurunan suku bunga The Fed, meskipun gradual, akan menjadi katalis positif bagi pasar finansial di Indonesia. Dengan stabilitas suku bunga domestik yang lebih rendah, pasar saham dan obligasi dapat mendapatkan momentum pemulihan.
Penurunan suku bunga memberikan sentimen positif pada:
- Pasar saham: Terutama untuk sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga, seperti perbankan dan properti
- Pasar obligasi: Mendukung penguatan harga obligasi melalui penurunan yield, yang pada gilirannya memberikan imbal hasil lebih baik bagi investor.
Hal ini menjadi peluang besar, terutama bagi reksadana pendapatan tetap yang berfokus pada obligasi tenor panjang.
Sumber : www.cmegroup.com per 10/12/2024
Bagaimana strategi pengelolaan reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap Syailendra pada 2025 dengan mempertimbangkan beberapa sentimen tersebut?
Kami melihat bahwa pasar saham saat ini berada pada valuasi yang sangat menarik, dan tekanan pasar diprediksi akan mereda secara bertahap. Strategi kami adalah mulai melakukan aksi buy pada saham-saham big-cap yang undervalued dengan fundamental kuat.
Untuk pasar obligasi, kami sepakat dengan pandangan banyak pelaku pasar bahwa obligasi menjadi salah satu instrumen yang cukup prospektif di tahun 2025. Dukungan utama berasal dari ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia, yang diproyeksikan akan menekan yield obligasi lebih rendah, sehingga mendorong kenaikan harga obligasi. Dengan harga obligasi pemerintah (SUN) saat ini yang masih undervalued, ini menjadi momentum ideal untuk mengakumulasi obligasi, khususnya seri-seri dengan tenor menengah dan panjang.
Di tengah risiko global dan domestik yang masih tinggi, kami mengadopsi strategi balanced allocation untuk menjaga stabilitas portofolio. Kami menyeimbangkan bobot antara:
- Obligasi jangka pendek, yang lebih defensif terhadap volatilitas
- Obligasi jangka panjang, yang menawarkan potensi capital gain lebih besar, baik dari SUN maupun obligasi korporasi.
Beberapa reksadana basis saham di Syailendra memiliki alokasi di saham ADRO, bagaimana strategi MI menjelang PUPS? Apakah tetap menahan ADRO atau tebus AADI? Alasannya?
Mengenai corporate action Penawaran Umum Perdana Saham (PUPS) dari ADRO, kami melihat adanya potensi alpha dari transaksi ini, terutama jika mempertimbangkan peluang yang dihasilkan dari penawaran saham AADI dalam jangka panjang.
Hal ini didasarkan pada penilaian bahwa harga IPO AADI relatif undervalued, dengan valuasi yang berada di kisaran 3x PE 2025F. Bahkan, harga saham AADI berpotensi mengalami re–rating ke level 5x PE, yang kami anggap sebagai level yang lebih wajar dan konservatif. Level 5x PE tersebut masih berada di bawah mean historis 5 tahun ADRO di level 6,9x PE, serta valuasi emiten batu bara lainnya seperti PTBA (7,7x PE FY24F annualized) dan ITMG (6,87x PE FY24F annualized).
(Sigma Kinasih/AM)
**
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,03 | 0,23% | 3,93% | 7,65% | 8,47% | 19,26% | 38,62% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,99 | 0,21% | 4,04% | 7,14% | 7,66% | 2,91% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.083,65 | 0,56% | 3,99% | 7,48% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.851,29 | 0,53% | 3,86% | 7,05% | 7,37% | 17,67% | 41,38% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.283,33 | 0,82% | 4,05% | 7,15% | 7,44% | 20,36% | 35,78% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.