Begini Cara Melakukan Analisa Teknikal, Memahami Tren dan Pola Pergerakan Harga Saham
Dalam melakukan analisis teknikal saham, biasanya terdapat beberapa data utama yang diperlukan, yaitu perubahan harga saham dan nilai transaksi
Dalam melakukan analisis teknikal saham, biasanya terdapat beberapa data utama yang diperlukan, yaitu perubahan harga saham dan nilai transaksi
Bareksa.com - Jika Kamu pusing melihat grafik pergerakan harga saham yang bentuknya njelimet dan naik turun, maka Kamu tidak sendirian. Sebab membaca pola pergerakan saham memang tak mudah. Karena itu yang biasanya dikerjakan oleh para pialang, analis pasar modal hingga manajer investasi dalam menganalisa pergerakan saham hingga kemudian membuat keputusan beli atau jual. Cara ini biasa disebut sebagai analisa teknikal.
Analisa teknikal adalah suatu analisa terhadap pola-pola pada pergerakan harga saham. Analisa ini juga digunakan untuk memprediksi tren atau arah pergerakan harga saham di masa depan. Analis teknikal biasanya percaya bahwa pergerakan harga saham mencerminkan segala informasi yang ada di pasar dan tren yang terbentuk merupakan pengulangan dari tren yang terjadi sebelumnya.
Analis teknikal hanya memfokuskan pada grafik pergerakan harga saham, volume harga yang diperdagangkan, serta indikator-indikator yang mendukung analisanya untuk memprediksi arah pergerakan harga saham sehingga mengetahui kapan waktu yang tepat untuk merealisasikan keputusan investasinya. Dalam melakukan analisis teknikal saham biasanya terdapat beberapa data utama yang diperlukan, yaitu perubahan harga saham dan nilai transaksi.
Promo Terbaru di Bareksa
Dalam berinvestasi saham, menurut Tim Analis Bareksa, selain melakukan pemilihan (screening) berdasarkan kinerja dan prospek emiten, investor juga perlu melakukan analisa teknikal dengan cara mencermati historis pergerakan harga saham yang umumnya tercermin dalam candlestick. Mengutip sikapiuangmu.ojk.go.id, candlestick adalah salah satu jenis grafik harga saham yang digunakan dalam analisis teknikal yang menunjukkan harga tertinggi, terendah, pembukaan dan penutupan dari suatu saham di periode waktu tertentu.
Analisis teknikal berusaha membaca perilaku (behavior) investor dalam merespons suatu kejadian yang berkaitan dengan emiten. Misalnya rilis laporan keuangan emiten A yang bagus akan menjadi berita positif dan umumnya investor akan berbondong-bondong membeli sahamnya, sehingga bisa mendorong harga saham naik tinggi.
Pola-pola yang terbentuk di masa lalu karena sejumlah kejadian itu akan menjadi dasar dalam memproyeksikan pergerakan harga saham ke depannya. Karena itu analisis teknikal tidak dapat digunakan untuk saham yang baru masuk bursa / IPO (penawaran perdana). Sebab saham IPO belum memiliki historis pergerakan harga.
Untuk bisa melakukan analisa teknikal terhadap suatu saham, investor dapat mempelajari candlestick seperti pada ilustrasi berikut. Jika candlestick berwarna putih atau hijau, maka harga penutupan lebih tinggi dibandingkan pembukaan dan artinya saham naik pada hari tersebut. Sementara jika berwarna hitam atau merah, maka harga penutupan lebih rendah dari pembukaan dan artinya harga saham sedang turun.
Contoh historis pergerakan harga saham dalam pola candlestick
Sumber: Investing.com
Apa itu candlestick?
Sumber: Investopedia
Tren dan Pola Pergerakan Saham
Sebelum mengenal tren, hal dasar yang harus diketahui oleh investor untuk mengetahui waktu terbaik melakukan pembelian maupun penjualan adalah dengan menentukan level harga bawah (support) dan level harga atas (resistance) dari suatu saham.
Contoh garis support dan resistance
Sumber: Investing.com
Idealnya, investor bisa melakukan pembelian (buy) jika harga saham berada di level support dan melakukan penjualan (sell) ketika mencapai level resistance. Dari pola historisnya, pergerakan harga saham akan membentuk sebuah tren teknikal, yang biasanya dikategorikan dalam 3 tren. Yakni kenaikan (uptrend), penurunan (downtrend) dan mendatar (sideways).
Investor harus mengenali ketiga tren ini untuk mendapatkan peluang terbaik dalam berinvestasi saham. Ini penjelasannya:
1. Tren kenaikan (uptrend)
Sumber: Investing.com
Tren kenaikan diawali dengan volume beli yang kuat dan harga saham konstan mengalami kenaikan dalam jangka waktu tertentu. Terlihat pada grafik, tren kenaikan selalu membentuk level support yang lebih tinggi dibandingkan level sebelumnya, serta selalu mampu menembus level resistance sebelumnya.
2. Tren penurunan (downtrend)
Sumber: Investing.com
Kebalikan dari uptrend, jika suatu saham mengalami fase downtrend akan ditandai dengan pola pergerakan candlestick yang terus menembus level support dalam jangka waktu tertentu, serta level resistance yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya.
3. Tren mendatar (sideways)
Sumber: Investing.com
Terakhir adalah tren sideways (mendatar). Saham dalam grafik tersebut sedang berada di tren mendatar, karena memiliki level support dan resistance yang stabil dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, meski sempat menembus level resistance, namun akhirnya saham tersebut kembali bergerak di level harga yang sama seperti sebelumnya.
Jika investor memahami ketiga tren pergerakan harga saham tersebut, maka dia berpotensi mampu mengelola risiko kerugian, serta berpotensi meraih keuntungan optimal dari investasi sahamnya.
Pola Bentuk Candlestick
Lebih jauh soal candlestick, terdapat pola tertentu yang dapat menentukan apakah suatu saham akan mengalami pembalikan arah (rebound) naik atau turun. Terdapat beberapa pola yang dapat diperhatikan oleh investor:
1. Hanging man (bearish)
Sumber: Investing.com
Pola candle hitam dalam grafik menunjukkan jika harga penutupan (closing) saham lebih rendah dibandingkan harga ketika pembukaan (opening). Jika suatu saham sedang mengalami tren kenaikan lalu muncul pola hanging man, biasanya jadi indikator pembalikan arah untuk turun di hari berikutnya.
2. Shooting star (bearish)
Sumber: Investing.com
Ketika harga saham dalam jangka waktu tertentu selalu ditutup di level harga tertinggi baru, maka hari berikutnya akan muncul pola shooting star seperti candle hitam dalam grafik. Biasanya setelah itu, harga saham akan mengalami penurunan.
3. Harami (bullish)
Sumber: Investing.com
Pola harami biasanya menunjukkan tren rebound kenaikan ditandai dengan pola candle hitam yang range pergerakan harganya lebih tinggi, lalu diikuti dengan candle putih yang lebih kecil di hari berikutnya. Candle putih menunjukkan harga closing lebih tinggi dibandingkan harga opening saham.
4. Doji (bullish)
Sumber: Investing.com
Pola candle doji sebetulnya dapat menjadi indikator pembalikan arah menjadi naik ataupun turun, menyesuaikan posisinya. Doji muncul ketika harga pembukaan dan penutupan suatu saham berada di level yang sama, sehingga membentuk tanda cross seperti dalam grafik. Jika doji muncul setelah harga saham turun cukup dalam, maka biasanya harga akan berbalik naik. Begitu juga sebaliknya.
Beberapa pola tersebut dapat membantu investor untuk menentukan kapan waktu terbaik untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking) ataupun pembelian. Perlu dicatat juga, warna candle yang biasanya digunakan selain hitam dan putih adalah merah dan hijau. Hitam dan merah menandakan penurunan harga, sementara putih dan hijau menandakan kenaikan harga.
Pola Pergerakan (Tren) Candlestick
Selanjutnya, pola candle dalam jangka waktu tertentu juga dapat mengindikasikan bagaimana tren pergerakan harga kedepannya, apakah akan memasuki fase pelemahan (bearish) atau penguatan (bullish). Seperti pola bentuk candle sebelumnya, pola ini juga sering muncul dan bisa dipelajari.
1. Head and shoulder (bullish to bearish)
Sumber: Investing.com
Pola ini biasanya muncul ketika suatu saham telah mengalami fase bullish yang cukup lama, lalu mencapai titik jenuh dan perlahan akan beralih ke fase bearish. Pola H&S ditandai dengan kedua peak shoulder yang levelnya hampir sama, lalu memiliki peak head tertinggi.
2. Cup and handle (bullish signal)
Sumber: Investopedia
Pola C&H ditandai dengan pergerakan harga yang membentuk pola cup (cangkir) setengah lingkaran seperti dalam grafik, diikuti dengan pola handle. Biasanya, investor dapat melakukan buying opportunity ketika terjadi penurunan dalam pembentukan pola handle, untuk mendapatkan keuntungan yang optimal dalam jangka pendek hingga menengah.
11 Istilah yang sering digunakan dalam analisa teknikal
Dalam memahami analisa teknikal, terdapat beberapa kosakata yang mungkin kurang familiar buat masyarakat awam dan investor pemula. Berikut beberapa istilah yang sering digunakan dalam analisa teknikal:
1. Bullish adalah kondisi pasar atau efek tertentu yang mengalami keyakinan, dimana harga efek meningkat dan diekspektasikan akan terus meningkat
2. Bearish adalah kondisi pasar atau efek tertentu yang mengalami kepesimisan pasar, dimana harga efek menurun atau di perkirakan akan terus menurun
3. Rebound adalah kondisi dimana harga saham kembali naik setelah mengalami penurunan (bearish)
4. Reversal adalah kondisi dimana harga saham bergerak arah dibandingkan sebelumnya. Dikatakan kondisi reversal apabila suatu harga saham berbalik naik setelah mengalami tren penurunan harga (bearish) ataupun berbalik turun setelah harga saham mengalami tren naik (bullish)
5. Tren naik (uptrend) adalah kondisi dimana suatu efek membentuk garis tren yang menunjukan arah market sedang dalam kondisi baik dan kecenderungan yang ke area positif
6. Tren turun (downtrend) adalah kondisi dimana suatu efek membentuk garis tren yang menunjukan arah market sedang dalam kondisi tidak baik dan kecenderungan yang ke area negatif
7. Bullish mood adalah kondisi dimana pasar atau efek tertentu yang sedang membentuk tren baru (naik) dalam waktu yang cukup lama
8. Bearish mood adalah kondisi dimana pasar atau efek tertentu yang sedang membentuk tren baru (turun) dalam waktu yang cukup lama
9. Overbought adalah kondisi pasar atau efek yang mengalami kekuatan beli lebih besar dari kekuatan jual (kondisi jenuh beli), sehingga bisa terjadi koreksi harga
10. Oversold adalah kondisi pasar atau efek yang mengalami kekuatan beli lebih kecil dari kekuatan jual (kondisi jenuh jual), sehingga bisa terjadi kenaikan harga
11. Relative Strenght Index (RSI) adalah indikator momentum yang membandingkan besaran kenaikan dan penurunan harga saham dalam rentang nilai 0 sampai 100. Harga saham cenderung turun apabila telah memasuki area overbought dan cenderung naik apabila telah memasuki area oversold.
Jadi semakin paham bukan, bagaimana cara
memilih saham dengan menggunakan analisis teknikal dan apa hal-hal
penting yang perlu Kamu perhatikan. Ayo segera berburu saham idaman
dan capai target finansialmu melalui super app investasi Bareksa.
(Ariyanto Dipo Sucahyo/Sigma Kinasih/Christian Halim/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,92 | 0,45% | 4,28% | 7,56% | 8,65% | 19,15% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,59 | 0,42% | 4,45% | 7,00% | 7,43% | 2,51% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.080,08 | 0,60% | 4,04% | 7,13% | 7,77% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.845,41 | 0,53% | 3,95% | 6,71% | 7,40% | 16,95% | 40,32% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.272,15 | 0,82% | 3,96% | 6,62% | 7,24% | 20,21% | 35,65% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.