Bareksa Insight : Jurus Cuan Investasi Reksadana Saat Optimisme Pasar Turun Jelang Akhir Tahun
Sikap The Fed yang tetap mempertahankan kebijakan moneter ketat itu membuat pelaku pasar khawatir ancaman resesi Negara Paman Sam akan semakin nyata
Sikap The Fed yang tetap mempertahankan kebijakan moneter ketat itu membuat pelaku pasar khawatir ancaman resesi Negara Paman Sam akan semakin nyata
Bareksa.com - Optimisme pelaku pasar jelang akhir tahun 2022 atau tahun baru 2023 ini menurun, akibat pernyataan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) yang akan tetap menahan suku bunga di level tinggi hingga akhir tahun depan. Sebab, menurut Tim Analis Bareksa, sikap The Fed yang tetap mempertahankan kebijakan moneter ketat itu membuat pelaku pasar khawatir ancaman resesi Negara Paman Sam akan semakin nyata.
Hal itu akan berdampak pada pelemahan permintaan global, baik di kawasan AS maupun Eropa, sehingga akhirnya akan turut menekan ekonomi dunia. Pelemahan permintaan juga berpotensi membuat harga komoditas global tertekan. Meski begitu, upaya pemulihan ekonomi di China bisa menjadi sedikit angin segar bagi pasar modal global saat ini.
Promo Terbaru di Bareksa
Untuk diketahui, The Fed pada rapat Desember 2022 menaikkan suku bunga acuan jadi 4,25%-4,5%, yang merupakan level tertingginya dalam 15 tahun terakhir. The Fed mengisyaratkan suku bunga acuannya akan naik hingga 5,1% di 2023. Ketua The Fed menyatakan tidak akan menurunkan suku bunga acuan hingga awal 2024.
Sepanjang 2022, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan 7 kali, yang secara kumulatif sepanjang Maret - Desember 2022 suku bunga The Fed telah naik 425 bps atau 4,25% dari sebelumnya di level 0-0,25%.
Di sisi lain Bank Indonesia pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) November 2022 kembali menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin jadi 5,25%. Sepanjang 2022 hingga November, BI telah menaikkan bunga acuan 4 kali beruntun sejak Agustus dengan akumulasi kenaikan 175 basis poin atau 1,75% dari sebelumnya 3,5%.
Kebijakan agresif BI dalam menaikkan bunga acuan sebagai upaya untuk meredam inflasi dan menjaga pasar keuangan dalam negeri tetap atraktif di tengah agresifnya kenaikan suku bunga The Fed.
Pasar saham Tanah yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin (19/12/2022) melemah 0,48% di level 6.779. Menurut data CNBC Indonesia, ekspektasi imbal hasil (yield) acuan Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun pada Senin (19/12) pukul 15.33 WIB di level 6,881% atau turun 0,019%.
Ingin Raih Cuan dari Investasi di Reksadana, Klik di Sini
Apa yang bisa dilakukan Smart Investor?
Mempertimbangkan optimisme pasar yang menurun jelang akhir tahun akibat sentimen kebijakan The Fed, Tim Analis Bareksa menyarankan Smart Investor menerapkan 2 jurus berikut agar investasinya tetap cuan maksimal :
1. Smart investor bisa berinvestasi di dalam reksadana saham dan reksadana indeks dengan fokus jangka menengah hingga panjang. Sebab Tim Analis Bareksa menilai IHSG di level 6.600-6.700 merupakan titik yang sangat atraktif untuk kembali masuk berinvestasi di reksadana berbasis saham.
2. Smart investor juga bisa melakukan diversifikasi investasi di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi untuk menjaga stabilitas imbal hasil portofolio ke depannya.
Raih Financial Freedom dengan Investasi di Reksadana, Klik di Sini
Beberapa produk reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko moderat dan agresif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan (YTD per 19 Desember 2022)
Reksadana Pendapatan Tetap
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 7,43%
Sucorinvest Sharia Sukuk Fund : 6,27%
Imbal Hasil 1 Tahun (per 19 Desember 2022)
Reksadana Saham
Cipta Syariah Equity : 8,52%
Mandiri Investa Atraktif Syariah : 8,58%
Reksadana Indeks
BNP Paribas Sri Kehati : 13,1%
Siapkan Dana Darurat dengan Investasi di Reksadana, Klik di Sini
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Segera Investasi di Reksadana Sekarang, Klik di Sini
(Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,95 | 0,68% | 4,36% | 7,57% | 8,62% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,82 | 0,49% | 4,53% | 7,03% | 7,48% | 2,62% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.078,57 | 0,62% | 3,98% | 6,98% | 7,76% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.843,17 | 0,53% | 3,91% | 6,58% | 7,41% | 16,98% | 40,10% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.267,95 | 0,81% | 3,86% | 6,43% | 7,17% | 20,15% | 35,62% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.