Bareksa.com - Apa yang terjadi dengan reksadana pendapatan tetap dalam beberapa pekan terakhir? Kinerja reksadana berbasis surat utang tersebut sempat tertekan. Ini karena pasar keuangan sangat sensitif terhadap pergerakan tingkat bunga acuan dalam negeri, yakni BI Rate dan luar negeri yakni suku bunga Amerika Serikat (AS), Fed Rate.
Jika tingkat bunga acuan naik, maka harga aset seperti obligasi turun, terutama obligasi pemerintah, begitupun sebaliknya. Saat ini volatilitas terjadi karena ada kekhawatiran Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada rapat 19-20 September ini.
Menurut Tim Analis Bareksa, suku bunga AS ini mulai terus bergerak naik pada Maret 2022 hingga Mei 2023, dari 0,25% menjadi 5,25%. Sentimen itu mengakibatkan gejolak pasar dan membuat kinerja reksadana berbasis saham dan obligasi tertekan tahun lalu.
Beli Reksadana Indeks Syailendra MSCI di Sini
Kemudian angin segar muncul, di mana harga Surat Berharga Negara (SBN) yang saat itu berada di titik terendah pada Juni 2023, mulai bergerak naik karena AS memberi sinyal akan menahan kenaikan suku bunga acuannya. Sayangnya ini hanya berlangsung sementara.
Sebab, kini pasar kembali bergejolak akibat petinggi The Fed, Jerome Powell pada akhir Agustus lalu menyatakan siap menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk mencapai target inflasi 2%. Jadi jika kinerja reksadana pendapatan tetap Kamu saat ini turun, itu terjadi karena ada portofolio Obligasi Pemerintah di dalamnya.
Contohnya reksadana pendapatan tetap Syailendra Pendapatan Tetap Premium. Menurut fund fact sheet per Agustus 2023, mayoritas atau 7 dari top 10 portofolionya berinvestasi di Obligasi Negara, yakni FR0068, FR0072, FR0075, FR0077, FR0082, FR0089 dan FR0098. Sisanya baru di obligasi korporasi.
Seiring gejolak pasar, kinerja Syailendra Pendapatan Tetap Premium memang minus 0,19% sebulan terakhir (per 18/9/2023). Namun dalam jangka lebih panjang, yakni 3 tahun imbal hasilnya mencapai 26,97%.
Beli Syailendra Pendapatan Tetap Premium di Sini
Buat investor dengan profil risiko moderat cenderung agresif, penurunan kinerja Syailendra Pendapatan Tetap Premium saat ini justru bisa jadi peluang menarik untuk berinvestasi di harga NAB rendah, atau menambah investasi (top up).
Sebab seiring kuatnya fundamental ekonomi RI, maka arus dana asing masih akan berpeluang kembali masuk ke pasar SBN dan bisa mendongkrak kembali kinerja Syailendra Pendapatan Tetap Premium di masa mendatang.
Meski begitu, bagi investor dengan profil risiko agresif, bisa mempertimbangkan untuk mengalihkan investasi (switching) di reksadana berbasis saham, seiring potensi penguatan pasar di kuartal IV. dari saat ini yang masih bergerak mendatar di kisaran 6.900-7.000.
Beli Reksadana Indeks Syailendra MSCI di Sini
Menurut Tim Analis Bareksa, dalam 5 tahun terakhir atau periode 2018-2022, umumnya IHSG naik di kuartal IV. Reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan untuk tujuan switching ialah Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund yang berhasil mencatatkan cuan 10,94% dalam 6 bulan terakhir.
Mayoritas alokasi investasi reksadana ini ada di saham-saham kapitalisasi besar dalam daftar penghuni indeks MSCI. Umumnya saham-saham big caps menguat terlebih dahulu, ketika pasar saham mulai bullish.
Reksadana Indeks | Return 6 Bulan | Return YTD | AUM Agustus 2023 |
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund | 10,94% | 11,10% | Rp717 M |
Sumber : Tim Analis Bareksa, data per 18 September 2023
Beli Reksadana Indeks Syailendra MSCI di Sini
Adapun bagi investor yang benar-benar konservatif, bisa mempertimbangkan switching ke reksadana pasar uang Syailendra Dana Kas. Sebab meskipun imbal hasilnya tak seagresif Syailendra Pendapatan Tetap Premium dan Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund, namun Syailendra Dana Kas sangat stabil di tengah gejolak pasar akibat sentimen The Fed saat ini.
Reksadana Pasar Uang | Return 6 Bulan | Return 1 Tahun | AUM Agustus 2023 |
Syailendra Dana Kas | 2,05% | 4,11% | Rp3,87 triliun |
Sumber : Tim Analis Bareksa, data per 18 September 2023
Perlu diingat, pergerakan harga reksadana berbasis saham dan SBN memang bergejolak seiring gejolak pasar. Jadi Kamu jangan panik, seperti kata Warren Buffett, di saat pasar turun, justru bisa jadi peluang menarik buat Kamu untuk berinvestasi.
(Ni Putu Kurniasari/Sigma Kinasih/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.