Ini 10 Reksadana Cuan Tertinggi Sepekan, Saat Pasar Dibayangi Potensi Kenaikan Suku Bunga AS
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 basis poin jadi 3-3,25% adalah 80%
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 basis poin jadi 3-3,25% adalah 80%
Bareksa.com - Kinerja bursa saham Tanah Air pada pekan lalu cukup disayangkan, di mana setelah sempat memecahkan rekor tertingginya namun akhirnya harus ditutup pada zona merah.
Dalam perdagangan yang berlangsung mulai dari 12 - 16 September 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebenarnya lebih dominan berakhir di zona hijau sebanyak tiga hari, namun dua hari lainnya khususnya pada hari Jumat nilai penurunannya jauh lebih besar.
Alhasil secara mingguan IHSG mencatatkan koreksi 1,02 % dengan berakhir di level 7.168,87. Namun di sisi lain, sepanjang pekan lalu investor asing terlihat cenderung masih bersemangat memburu saham-saham Tanah Air dengan catatan aksi beli bersih (net buy) yang mencapai Rp3,87 triliun di pasar reguler.
Promo Terbaru di Bareksa
IHSG gagal mempertahankan posisinya di level All Time High (ATH) 7.377,46 yang disentuh pada hari Kamis (15/9). Kendati demikian, IHSG sempat mendapat sentimen positif dari dalam negeri pada pekan lalu di mana Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca dagang Indonesia yang surplus selama 28 bulan beruntun sebagai sinyal bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih solid.
Neraca perdagangan Indonesia surplus US$5,76 miliar pada Agustus 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor Indonesia pada periode Agustus 2022 berhasil tumbuh 30,15% secara tahunan (YOY) mencapai US$27,91 miliar.
Sementara impor pada periode yang sama US$22,15 miliar, naik 32,81% YOY. Capaian ini juga sekaligus mencatatkan surplus sebanyak 28 kali berturut-turut.
Pencapaian ini lebih tinggi dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga yang memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Agustus US$4,12 miliar. Surplus menurun tipis dibandingkan Juli 2022 yang mencapai US$4,23 miliar.
Namun nyatanya kabar baik dari dalam negeri ini belum mampu menjadi katalis positif bagi IHSG. Gerak IHSG pada pekan lalu masih dipengaruhi oleh sentimen luar negeri. Fokus utama tertuju kepada Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed.
Inflasi yang sangat tinggi telah membuat investor khawatir bahwa The Federal Reserve akan lebih agresif dengan kenaikan suku bunganya, meningkatkan kemungkinan resesi di AS.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 basis poin (bps) menjadi 3-3,25% adalah 80%. Sementara peluang kenaikan suku bunga acuan 100 bps menjadi 3,25-3,5% adalah 20%.
Kenaikan suku bunga berkorelasi negatif terhadap harga saham karena dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi bahkan resesi pada saat ini.
Saat suku bunga meningkat, bunga kredit pun turut naik sehingga akan membebani ekspansi korporasi dan konsumsi rumah tangga. Akibatnya roda ekonomi tidak berputar sehingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut kemudian menciptakan pesimisme di pasar.
Kinerja Mayoritas Jenis Reksadana Tertekan
Kinerja IHSG yang mengalami penurunan pada pekan lalu, secara umum membuat mayoritas jenis reksadana ikut mencatatkan pelemahan, di mana jenis yang berisiko tinggi yakni reksadana saham mengalami koreksi paling dalam.
Sumber : Bareksa
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham menorehkan kinerja paling lemah pada pekan lalu dengan koreksi 0,26%, disusul oleh indeks reksadana campuran dan indeks reksadana pendapatan tetap yang masing-masing juga turun tipis 0,05% dan 0,08%
Alhasil hanya indeks reksadana pasar uang yang masih mampu menorehkan kinerja positif pada pekan lalu dengan kenaikan 0,03%.
Sementara itu jika dilihat lebih rinci, berikut top 10 produk reksadana di Bareksa dengan imbal hasil (return) tertinggi pada pekan lalu.
Sumber : Bareksa
Berdasarkan tabel di atas, ternyata mayoritas reksadana yang menduduki daftar tersebut masih diraih oleh reksadana saham sebanyak 8 produk, dan reksadana campuran sebanyak 2 produk.
10 reksadana tersebut yakni Semesta Dana Maxima, Schroder Dana Istimewa, Semesta Dana Saham, BNP Paribas Solaris, Jarvis Balanced Fund, Schroder Dana Prestasi, Manulife Saham Andalan, Manulife Saham SMC Plus, Manulife Syariah Sektoral Amanah Kelas A dan Manulife Greater Indonesia Fund.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.