Pasar Saham Turbulensi Hebat Sepekan, Ini Top 10 Reksadana yang Bertahan Cuan
Investor asing mencatatkan aksi jual bersih sepanjang pekan lalu yang mencapai Rp8,41 triliun di pasar reguler
Investor asing mencatatkan aksi jual bersih sepanjang pekan lalu yang mencapai Rp8,41 triliun di pasar reguler
Bareksa.com - Mayday mayday mayday.. Baru kembali menjalani aktivitas perdagangan di pekan kedua Mei 2022 pasca libur panjang Idul Fitri 1443 H, bursa saham Tanah Air harus mengalami turbulensi hebat.
Dalam perdagangan yang berlangsung mulai dari 9 hingga 13 Mei 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak sekalipun mampu menghijau, yang berarti selama lima hari perdagangan beruntun IHSG mengalami pelemahan.
Parahnya, hanya dalam sepekan tersebut IHSG harus mengakumulasi pelemahan hingga minus 8,73 persen ke level 6.597,99. Kondisi tersebut menyebabkan reli IHSG yang sudah berlangsung setidaknya dalam empat bulan ini tinggal menyisakan kenaikan 0,25 persen saja.
Promo Terbaru di Bareksa
Anjloknya indeks saham kebanggaan Indonesia tersebut juga didukung oleh kaburnya sebagian besar investor asing, yang tercermin dari catatan aksi jual bersih (net sell) sepanjang pekan lalu yang mencapai Rp8,41 triliun di pasar reguler.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) alias Wall Street yang menjadi kiblat dunia juga terkena tekanan jual dalam sepekan. Dow Jones turun 2,14 persen, S&P 500 melemah 2,41 persen dan Nasdaq anjlok 2,80 persen.
Hanya saja, ketiga indeks acuan tersebut kompak rebound pada perdagangan Jumat (13/5) waktu AS, dengan Nasdaq menjadi yang tertinggi sebesar 3,82 persen.
Dari sisi eksternal, sentimen yang dominan masih seputar inflasi dan kenaikan suku bunga acuan. Inflasi yang tinggi di AS memang menimbulkan kekhawatiran bahwa ekonomi akan kembali jatuh ke dalam jurang resesi. Beberapa leading indicator seperti pembalikan kurva imbal hasil treasury AS semakin membuat pasar panik.
Bank sentral AS alias The Fed yang agresif dalam mengetatkan kebijakan moneternya membuat pasar panik. Aset berisiko seperti saham dan kripto pun dilanda tekanan jual yang tinggi.
Sebagai informasi, awal bulan ini The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 bps, paling agresif sejak tahun 2000, dengan Bank Indonesia diperkirakan akan segera menaikkan suku bunga acuannya.
Selain itu juga ada konflik Rusia dan Ukraina yang belum mencapai titik temu.
Pasar komoditas juga bergerak dengan volatilitas tinggi. Pergerakan harga minyak dengan fluktuasi yang tinggi mencerminkan risiko bagi ekonomi dan pasar keuangan.
Mayoritas Jenis Reksadana Melemah
Kondisi pasar saham yang mengalami tekanan hebat pada pada pekan lalu, secara umum urut membuat kinerja berbagai jenis reksadana ikut melemah, di mana yang berbasis saham mencatatkan kinerja terburuk.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham menjadi yang paling parah pada pekan lalu dengan anjlok 5,87 persen, disusul oleh indeks reksadana campuran yang juga punya alokasi pada saham ikut terpangkas 3,37 persen.
Selanjutnya indeks reksadana pendapatan tetap juga mengalami penurunan dengan kinerja -1,67 persen. Alhasil, hanya indeks reksadana pasar uang yang mampu tumbuh positif dengan kenaikan 0,12 persen.
Sumber: Bareksa
Kemudian di sisi lain, top 10 produk reksadana yang berhasil mencatatkan imbal hasil (return) mingguan tertinggi pada pekan lalu ternyata memang didominasi oleh jenis reksadana yang konservatif, di mana reksadana pasar uang mendominasi dengan 5 produk, disusul reksadana pendapatan tetap dengan 4 produk, dan 1 produk reksadana saham.
Uniknya 1 produk reksadana saham tersebut meraih cuan tertinggi dalam daftar top 10, yakni Sucorinvest Sharia Equity Fund dengan cuan 0,88 persen. Kemudian disusul reksadana pendapatan tetap MNC Dana Likuid, Syailendra Pendapatan Tetap Premium dan Sucorinvest Stable Fund dengan imbalan masing-masing 0,34 persen, 0,28 persen dan 0,27 persen sepekan.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.