SBN Diburu Investor, Reksadana Pendapatan Tetap Juara Cuan Tertinggi
Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan kemarin
Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan kemarin
Bareksa.com -Mengakhiri perdagangan Selasa (18/1/2022), pasar saham Indonesia mengalami gejolak cukup hebat hingga nyaris turun 2 persen, meskipun akhirnya mampu dipangkas di akhir perdagangan.
Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir dengan koreksi 0,47 persen ke level 6.614,06. Aktivitas perdagangan tergolong normal dengan nilai transaksi Rp11,54 triliun, namun investor asing terlihat masih memborong saham dengan catatan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp169,96 miliar di pasar reguler.
Di sisi lain, kinerja pasar obligasi justru menunjukkan hasil yang positif. Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan kemarin.
Promo Terbaru di Bareksa
Mayoritas investor memburu obligasi pemerintah yang ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 10 tahun, 15 tahun, dan 30 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan yield dan pelemahan harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 15 tahun naik sebesar 1,7 basis poin (bp) ke level 6,388 persen, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 30 tahun naik tipis 0,1 bp ke level 6,86 persen, dan yield SBN berjangka waktu 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara juga naik 0,7 bp ke level 6,396 persen.
Sebagai informasi, yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya.
Dari dalam negeri, sentimen negatif datang dari kasus Covid-19 yang terus memburuk. Jika hingga akhir tahun lalu kasus infeksi harian Covid-19 masih konsisten di bawah 500, kini jumlah kasus sudah kembali tembus 1.000 per hari.
Kenaikan kasus infeksi Covid-19 juga dikaitkan dengan penyebaran varian baru jenis Omicron yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan akhir tahun lalu.
Kasus pertama Omicron di Indonesia dilaporkan pada pertengahan bulan Desember lalu. Jumlah kasus Covid-19 varian Omicron di Tanah Air setiap harinya bertambah semakin banyak.
Para ahli termasuk pemerintah memperkirakan puncak kasus Covid-19 Omicron di dalam negeri akan terjadi pada awal bulan Februari 2022.
Reksadana Pendapatan Tetap Dominasi Return Harian
Kondisi pasar saham yang terkoreksi serta pasar obligasi yang menguat, secara umum turut membuat kinerja reksadana berbasis kedua aset tersebut mengalami pergerakan yang serupa dengan acuannya.
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana sahamharus mengalami koreksi -0,65 persen, sementara indeks reksadana pendapatan tetap mampu menguat tipis 0,01 persen.
Sumber: Bareksa
Kemudian secara lebih rinci, produk reksadana pendapatan tetap memang terlihat mampu mendominasi kinerja positif pada perdagangan kemarin, meskipun beberapa diantaranya juga ditempati oleh produk reksadana saham.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan top 10 imbal hasil (return) harian pada perdagangan kemarin, 6 diantaranya ditempati oleh produk reksadana pendapatan tetap, sementara 4 lainnya merupakan produk reksadana saham.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksadana pendapatan tetap adalah suatu portofolio investasi yang berisi surat utang (obligasi) dan produk pasar uang. Portofolio reksadana pendapatan tetap harus terdiri dari surat utang minimal 80 persen dari portofolionya dan sisanya adalah produk pasar uang.
Pergerakan reksadana jenis inicenderung lebih stabil dengan risiko yang lebih tinggi dari reksadana pasar uang namun lebih rendah dari reksadana saham. Karena itu, reksadana pendapatan tetap ini cocok untuk investor dengan profil risiko rendah - moderat dan untuk investasi jangka menengah (1-3 tahun). Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.