Asing Borong Saham Rp2,7 Triliun, Reksadana Campuran Juara Pekan ke-4 September
Indeks Harga Saham Gabungan hanya naik tipis 0,19 persen secara mingguan ke level 6.144,81
Indeks Harga Saham Gabungan hanya naik tipis 0,19 persen secara mingguan ke level 6.144,81
Bareksa.com - Mengakhiri pekan keempat September 2021 yang berlangsung mulai dari 20 hingga 24 September 2021, kinerja pasar saham Indonesia berhasil menunjukkan pergerakan positif di tengah sentimen negatif yang ada.
Sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik tipis 0,19 persen secara mingguan ke level 6.144,81. Investor asing terpantau bersemangat memburu aset berisiko Tanah Air dengan catatan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp2,75 triliun di pasar reguler.
Pekan lalu, perhatian investor tertuju pada krisis likuiditas dari perusahaan properti terbesar kedua di China, yakni Evergrande Group.
Promo Terbaru di Bareksa
Krisis likuiditas Evergrande telah membuat investor kembali khawatir pada pekan ini, di mana kekhawatiran tersebut sempat berdampak ke pasar aset berisiko seperti saham dan kripto.
Bursa saham global, termasuk IHSG sempat berjatuhan pada awal pekan ini, karena investor menilai bahwa krisis keuangan Evergrande dapat berdampak luas ke perekonomian China, bahkan mungkin global.
Namun pada Rabu (22/9/2021) lalu, kekhawatiran investor sebenarnya sudah mulai mereda, setelah manajemen Evergrande berniat untuk menyelesaikan pembayaran bunga obligasi lokalnya pada Kamis (23/9/2021).
Selain itu, kabar positif juga sempat hadir, di mana pemerintah China telah memberikan bantuan dana hingga ratusan triliun rupiah ke sistem keuangan China. Hal ini dilakukan untuk menekan kekhawatiran pelaku pasar terhadap krisis Evergrande.
Pemerintah China melalui bank sentral China mengaku telah menyuntikkan dana 120 miliar yuan (US$8,6 miliar) atau Rp264 trilun lebih ke sistem perbankan lewat reverserepurchase agreements. Secara net, suntikan yang diberikan PBoC mencapai 90 miliar yuan.
Selain berfokus pada masalah Evergrande, investor juga merespons positif dari sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level mendekati nol (0-0,25 persen).
Meskipun The Fed masih terkesan dovish, namun program pengurangan obligasi atau tapering oleh The Fed sepertinya akan berlanjut, di mana The Fed akan memulai tapering pada November mendatang.
Di lain sisi, proyeksi ekonomi AS yang disebut dot plot menunjukkan sembilan dari 18 anggota FOMC mengharapkan kenaikan suku bunga pada tahun 2022. Angka tersebut naik dari tujuh anggota dalam proyeksi The Fed pada bulan Juni lalu.
Hal ini terjadi setelah ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan dalam pidatonya "kemajuan lebih lanjut yang substansial" dari inflasi dan lapangan kerja mulai mulai mendekati target.
Reksadana Campuran Dominasi Imbalan Tertinggi
Kondisi IHSG yang hanya mencatatkan kenaikan tipis pada pada pekan lalu, secara umum membuat kinerja reksadana bervariatif di mana reksadana berbasis ekuitas justru menjadi yang terlemah.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa, kinerja indeks reksadana saham menjadi yang paling rendah pada pekan lalu dengan koreksi -0,22 persen, disusul indeks reksadana pendapatan tetap yang juga mencatatkan kinerja negatif dengan -0,17 persen.
Adapun indeks reksadana campuran dan indeks reksadana pasar uang berhasil bertahan di zona positif dengan kenaikan sangat tipis masing-masing 0,03 persen dan 0,05 persen.
Di sisi lain, top 10 reksadana yang berhasil mencatatkan kenaikan kinerja dengan imbal hasil (return) mingguan tertinggi pada pekan lalu nyatanya mayoritas masih diraih oleh produk reksadana campuran sebanyak 6 produk dan 4 sisanya produk reksadana saham.
Sumber: Bareksa
Beberapa reksadana campuran yang berhasil melesat sepanjang pekan lalu di antaranya TRIM Syariah Berimbang, Cipta Syariah Balance, TRIM Kombinasi 2 dan Semesta Dana Maxima,
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.