Bareksa.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 sebesar 3,31 persen secara kuartalan, dan 7,07 persen secara tahunan. Ekonomi Indonesia tumbuh cukup melesat dibanding kuartal I 2021. Hasil tersebut berada di atas konsensus Reuters yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2,94 persen QoQ dan 6,57 persen YoY.
"Maka pada kuartal II 2021, perekonomian Indonesia dari besaran produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp4.175,8 triliun. Sedangkan kalau kita nilai berdasarkan harga konstan PDB Q2 2021 Rp2.772,8 triliun. Dengan demikian, kalau dihitung pertumbuhan Q2 2021, Q to Q atau kuartal II kalau dibanding kuartal I 2021 perekonomian Indonesia tumbuh 3,31 persen. Sedangkan kalau dibandingkan Q2 2020 atau yoy pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 7,07 persen," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual, Kamis (5/8/2021).
Dia menjelaskan pertumbuhan yang positif tersebut didorong oleh dua faktor, yaitu pemulihan ekonomi dan efek dari basis yang rendah, khususnya pada kuartal II 2021, di mana pertumbuhan ekonomi saat itu terkontraksi -5,32 persen.
Kondisi ekonomi yang mulai menorehkan pertumbuhan positif bisa menjadi sentimen positif bagi pasar saham dan pasar obligasi Indonesia. Pada akhirnya, investasi reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap, serta Surat Berharga Negara (SBN) juga bisa ikut mendapatkan keuntungan.
Sebab dengan semakin pulihnya kegiatan ekonomi, diharapakan bisnis emiten yang mencatatkan sahamnya di bursa ikut membaik sehingga dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi dan pada akhirnya diharapkan bisa memberikan dividen yang lebih besar kepada para investornya.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang solid juga diharapkan mendorong kepercayaan investor untuk kembali masuk ke dalam aset berisiko Tanah Air yakni pasar saham, yang pada akhirnya bisa membawa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih tinggi lagi.
Sumber: Bareksa
Sekadar informasi, sepanjang kuartal II 2021 pergerakan IHSG terlihat cenderung tidak berubah yakni 0 persen. Angka yang tentu terbilang cukup mengecewakan untuk instrumen yang high risk namun belum mampu memberikan high return.
Meski begitu, memasuki bulan kedua di kuartal III ini dengan kinerja IHSG yang mulai menunjukkan tren penguatan dan sudah kembali bergerak di atas 6.200, tentu memberikan harapan bagi pelaku pasar bahwa pasar saham akan mampu bergerak positif.
Terlebih dengan adanya rilis ekonomi domestik pada Q2 2021 yang mulai menunjukkan pertumbuhan positif, setelah sebelumnya mengalami pertumbuhan negatif selama empat kuartal beruntun juga bisa menjadi katalis positif yang mendorong laju IHSG.
Kemudian sentimen positif juga datang dari perkembangan kasus Covid-19, di mana dalam sepekan terakhir rata-rata pasien positif Covid-19 di Indonesia bertambah 33.900 orang per hari. Angka tersebut turun cukup tajam dibandingkan rata-rata sepekan sebelumnya yakni 41.411 orang setiap harinya.
Di sisi lain, jumlah pasien sembuh terus meningkat, bahkan belakangan ini sering kali menungguli tambahan kasus positif baru. Dalam sepekan terakhir, rata-rata pasien sembuh bertambah 39.550 orang per hari. Lebih banyak dibandingkan rata-rata sepekan sebelumnya yaitu 39.022 orang saban harinya).
Dengan berbagai pertimbangan tersebut dan kondisi IHSG yang mulai menunjukkan kenaikan beberapa waktu terakhir, tentu bisa menjadi pertimbangan bagi investor untuk masuk ke dalam reksadana saham, yang memang secara umum memiliki korelasi positif terhadap pergerakan IHSG.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.