Harga SUN Diprediksi Menguat, Sentimen Positif Bagi Reksadana Pendapatan Tetap
Harga SUN pekan ini diproyeksikan meningkat, seiring masih berlanjutnya penurunan imbal hasil
Harga SUN pekan ini diproyeksikan meningkat, seiring masih berlanjutnya penurunan imbal hasil
Bareksa.com - Harga Surat Utang Negara (SUN) pekan ini diproyeksikan meningkat, seiring masih berlanjutnya penurunan imbal hasil (yield). Peningkatan harga SUN ini bisa berpengaruh positif terhadap reksadana pendapatan tetap yang memiliki underlying obligasi negara.
Associate Director of Research and Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan, imbal hasil SUN masih berpotensi menurun pekan ini. SUN dengan tenor 5 tahun akan berada di rentang 5,3-5,35 persen, 10 tahun di 6,3-6,4 persen, 15 tahun di 6,35-6,4 persen dan 20 tahun di 7,05-7,1 persen.
Menurut Nico, pertemuan Bank Indonesia akan menjadi perhatian utama karena investor akan melihat sikap Bank Indonesia terhadap Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat. Sikap BI akan menjadi perhatian dan tolok ukur sejauh mana kebijakan moneter mampu mengakomodir kebutuhan stimulus perekonomian.
Promo Terbaru di Bareksa
Sentimen lain yang akan diperhatikan dari dalam negeri adalah perkembangan Covid-19, terutama kebijakan pemerintah dalam mengendalikan wabah tersebut. Sentimen ini yang akan menggerakkan arus modal asing yang sejauh ini masih stabil, meskipun sudah mulai terbatas.
"Apabila pemerintah Indonesia tidak bisa secepatnya mengendalikan Covid-19, sejauh itu pula pelaku pasar dan investor akan semakin pesimistis bahwa perekonomian akan pulih karena telah kehilangan momentum pemulihan," kata dia di Jakarta akhir pekan lalu.
Nico melihat, penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) saat ini hanya dilakukan di Jakarta. Sementara daerah lain belum menerapkan kebijakan serupa sehingga kebijakan ini dinilai tidak akan berjalan optimal. Pasalnya, kasus Covid-19 di Jakarta berpotensi menurun, sedangkan daerah sekitarnya tidak menurun.
"Ini yang harus diperhatikan, karena akan menjadi batu sandungan ke depannya apabila penegakan PPKM darurat hanya terfokus di daerah saja," terang dia.
Sementara dari Amerika Serikat (AS), pelaku pasar pun masih akan memperhatikan pertemuan The Fed. Meskipun Jerome Powell sudah mengatakan The Fed belum akan melakukan pengurangan pembelian obligasi atau menaikkan tingkat suku bunga, namun pelaku pasar dan investor masih diliputi kecemasan, karena data inflasi AS semakin menggeliat.
Cenderung Menurun
Head of Fixed Income PT Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf melihat yield obligasi akan cenderung menurun, setelah mengalami kenaikan yield yang cukup tinggi pada pekan lalu. Kenaikan yield pekan lalu mempersempit selisih (spread) antara SUN tenor 10 tahun dan US Treasury 10 years ke level 500 bps, setelah sebelumnya meningkat di atas 510 bps.
"Dalam waktu dekat, spread antara US Treasury 10 years dan SUN bisa kembali mendekat ke level 480 bps sehingga perbaikan fundamental Indonesia lebih terefleksikan pada yield obligasi," terang dia.
Beberapa risiko yang bersifat sementara dinilai masih akan mempengaruhi perkembangan SUN, seperti perpanjangan PPKM darurat yang bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Namun Dimas berharap dampak tersebut tidak terlalu besar dan bersifat jangka pendek, apabila pemerintah memiliki arahan yang jelas dan lebih tanggap terhadap perubahan.
Dengan peningkatan harga SUN tersebut, instrumen berbasis surat utang seperti reksadana pendapatan tetap bisa kedapatan untung.
Berdasarkan daftar reksadana yang tersedia di Bareksa, dari 29 produk reksadana pendapatan tetap yang ada, hampir seluruhnya membukukan tingkat pengembalian (return) yang positif. Hanya Manulife Syariah Sukuk Indonesia yang mencetak return -0,21 persen dalam setahun.
Sementara Syailendra Pendapatan Tetap Premium dan Sucorinvest Bond Fund bisa membukukan kenaikan imbal hasil cukup signifikan dalam setahun terakhir. Kedua reksadana tersebut bisa membukukan imbalan 14,4 persen dan 13,9 persen dalam setahun.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.