Harga SUN Koreksi Jelang Tapering, Bagaimana Pengaruh ke Reksadana Pendapatan Tetap?
Harga SUN kemungkinan menurun apabila terdapat pernyataan FOMC meeting tidak sesuai ekspektasi pasar
Harga SUN kemungkinan menurun apabila terdapat pernyataan FOMC meeting tidak sesuai ekspektasi pasar
Bareksa.com - Surat Utang Negara (SUN) diprediksi akan mengalami koreksi terbatas seiring dengan penentuan jadwal tapering off pada Federal Open Market Committee (FOMC) meeting yang digelar pekan ini. Koreksi pada harga SUN ini diharapkan tidak mempengaruhi kinerja reksadana pendapatan tetap secara signifikan.
Head of Fixed Income PT Sucor Asset Management Dimas Yusuf menjelaskan, harga SUN kemungkinan menurun apabila terdapat pernyataan FOMC meeting tidak sesuai ekspektasi pasar. Adapun imbal hasil (yield) SUN untuk tenor 10 tahun akan meningkat sekitar 0,01 persen.
Kendati demikian, koreksi yang terjadi pada pasar SUN ini relatif terbatas. Pasalnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) relatif kuat sehingga bisa menjaga kepercayaan investor.
Promo Terbaru di Bareksa
Di sisi lain, Senior Economist PT Samuel Sekuritas Fikry C Permana juga melihat akan terjadi koreksi terbatas pada harga SUN pekan ini. Penyebab koreksi tersebut ada dua, yakni data tingkat inflasi pekan ini yang diperkirakan akan meningkat.
Selain itu, terdapat FOMC Meeting pada 2-3 November 2021 yang menjadi penentuan waktu pelaksanaan tapering off. Kedua hal tersebut menyebabkan SUN akan bergerak di level 6-6,2 persen untuk tenor 10 tahun dan 4,7-4,9 persen untuk tenor 5 tahun.
"Investor sudah priced in tapering off akan terjadi November, terlihat dari pergerakan yield US Treasury yang mulai meningkat," papar dia di Jakarta akhir pekan lalu.
Namun sampai akhir tahun, Fikry melihat yield SUN berpeluang untuk menurun di bawah 6 persen. Pasalnya, nilai tukar rupiah yang cenderung stabil bisa menahan goncangan pasar akibat pelaksanaan tapering off.
Wealth Management Head PT Bank OCBC NISP Tbk Juky Mariska menjelaskan, pada akhir September lalu, imbal hasil SUN tenor 10 tahun meningkat ke level 6,26 persen dari 6,06 persen pada awal September 2021. Kenaikan mengikuti imbal hasil US Treasury seiring dengan kekhawatiran akan inflasi.
Untuk pasar obligasi, Juky melihat real yield yang masih tinggi dan supply risk yang semakin menurun akan terus menjadi katalis positif bagi pasar obligasi Indonesia. Faktor-faktor tersebut sangat menarik bagi investor, terutama investor asing, sehingga imbal hasil obligasi diperkirakan dapat berada di kisaran 5,8-6,3 persen hingga akhir tahun.
Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap
Potensi adanya koreksi di pasar SUN bisa mempengaruhi instrumen investasi yang memiliki portofolio obligasi negara. Salah satunya adalah reksadana pendapatan tetap, namun diharapkan sentimen tersebut tidak berpengaruh secara signifikan.
Tercatat dari 47 reksadana pendapatan tetap yang tersedia di Bareksa, 42 reksadana di antaranya berhasil mencatatkan kinerja positif setahun terakhir.
Top 10 reksadana pendapatan tetap imbalan tertinggi di Bareksa setahun terakhir (per 1 November 2021) membukukan imbalan antara 6,94 persen hingga 26,82 persen.
Top 10 Reksadana Pendapatan Tetap 1 Tahun (per 1 November 2021)
Sumber : Bareksa
ReksadanaMega Asset Mantap Plus dari Mega Asset Management berada di posisi pertama imbalan tertinggi dengan return 26,82 persen. Disusul Syailendra Pendapatan Tetap Premium dari PT Syailendra Capital dengan imbal hasil 11,09 persen, Sucorinvest Bond Fund dan Sucorinvest Stable yang keduanya dikelola Sucor Asset Management dengan imbalan masing-masing 9,91 persen dan 9,26 persen, serta Capital Fized Income Fund dengan imbalan 8,33 persen.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.