Indeks Diprediksi Tembus 6.300 Jangka Pendek, Peluang Reksadana Saham
Potensi penguatan IHSG seiring dengan aktivitas ekonomi yang semakin membaik. Selain itu, munculnya sektor baru, yakni healthcare dan teknologi diharapkan bisa meningkatkan likuiditas di pasar saham
Potensi penguatan IHSG seiring dengan aktivitas ekonomi yang semakin membaik. Selain itu, munculnya sektor baru, yakni healthcare dan teknologi diharapkan bisa meningkatkan likuiditas di pasar saham
Bareksa.com - PT Bank OCBC NISP Tbk memprediksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam waktu dekat bisa menembus angka 6.300. Peningkatan IHSG ini tentunya bisa berdampak positif terhadap instrumen reksadana saham.
Wealth Management Head PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) Juky Mariska menjelaskan, pada kuartal II tahun ini, kondisi global mulai menunjukkan pemulihan. Data ketenagakerjaan AS menunjukkan perbaikan setiap bulannya. Begitu juga dengan tingkat inflasi AS yang mencapai 4,2 persen untuk periode April 2021.
Sementara Personal Consumption Expenditure (PCE) yang merupakan acuan inflasi oleh The Fed mencapai 3,6 persen secara tahunan.
Promo Terbaru di Bareksa
"Namun, The Fed melihat bahwa tingkat inflasi ini hanya bersifat sementara. Karena itu, tapering diperkirakan belum akan terjadi dalam waktu dekat. Hal tersebut akan tetap menjaga imbal hasil US Treasury dan mendukung aset berisiko," jelas Juky dalam keterangan resmi belum lama ini.
Sementara di tingkat domestik, beberapa sentimen turut mempengaruhi pasar keuangan Indonesia. Selain kekhawatiran inflasi AS yang meningkat, para pelaku pasar juga mencermati perkembangan Covid-19 yang meningkat di beberapa negara Asia. Di sisi lain, volatilitas pada mata uang kripto juga masih menjadi perhatian.
Memasuki Juni 2021, data perekonomian dalam negeri mulai menunjukkan perbaikan. Data PMI manufaktur meningkat menjadi 55,3 pada Mei 2021, dari 54,6 pada April 2021. Lalu, tingkat inflasi juga meningkat dari 1,42 persen pada April 2021 menjadi 1,68 persen pada Mei 2021.
Selain data tersebut, investor menantikan data pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada kuartal II 2021 hingga akhir 2021. Pasalnya, pada kuartal I 2021, pertumbuhan ekonomi masih terkoreksi 0,74 persen, meski masih lebih baik dibandingkan kuartal IV 2020 yang terkoreksi 2,19 persen.
Sedangkan sampai akhir tahun ini, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,1-5,1 persen dan untuk 2022 di rentang 5-5,5 persen.
Program vaksinasi Covid-19, menurut Juky akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini dengan target 1 juta dosis per hari diperkirakan bisa tercapai pada pertengahan Juni. Selain itu, ditopang pula oleh program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang sudah terealisasi 24,6 persen hingga pertengahan Mei 2021.
Kondisi perekonomian tersebut berpengaruh terhadap pergerakan IHSG yang pada Mei 2021 melemah 0,8 persen ke level 5.947 dan belum mampu menguat di atas 6.000. Pelemahan ini terjadi karena para pelaku pasar masih wait and see karena perkembangan kasus Covid-19 dalam negeri.
Namun demikian, Juky melihat adanya potensi penguatan IHSG seiring dengan aktivitas ekonomi yang semakin membaik. Selain itu, munculnya sektor baru, yakni healthcare dan teknologi diharapkan bisa meningkatkan likuiditas di pasar saham.
"IHSG diperkirakan berada di rentang 5.900-6.300 dalam jangka pendek ke depan," papar dia.
Peningkatan IHSG ini tentunya bisa berdampak positif bagi instrumen reksadana saham. Berdasarkan data Bareksa, dari 45 reksadana saham yang ada, sebagian besar masih mencatatkan penurunan tingkat pengembalian (return) dalam waktu satu bulan. Namun demikian, sebanyak 11 reksadana saham mulai bangkit dari keterpurukannya dan mencatatkan return yang positif.
Adapun reksadana saham yang mencatatkan imbalan tertinggi dalam sebulan terakhir adalah Manulife Saham Andalan, yakni 6,67 persen. Kemudian ada Syailendra Equity Opportunity Fund sebesar 6,53 persen, Pinnacle Strategic Equity Fund sebesar 3,91 persen dan Trim Kapital Plus 3,36 persen.
Sedangkan tujuh reksadana saham lainnya mencatatkan imbalan di rentang 0,76 hingga 3,27 persen.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.