Asing Borong SBN Rp12,7 Triliun Sepekan, Reksadana Pendapatan Tetap Juara
Imbal hasil SBN seri acuan tenor 10 tahun turun tipis 0,6 basis poin
Imbal hasil SBN seri acuan tenor 10 tahun turun tipis 0,6 basis poin
Bareksa.com - Mengakhiri pekan kedua Juni 2021, tak hanya bursa saham Tanah Air saja yang menorehkan kinerja positif dengan kenaikan 0,5 persen, namun angin segar juga turut dirasakan pasar obligasi domestik.
Dalam sepekan perdagangan mulai dari 7 hingga 11 Juni, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun turun tipis 0,6 basis poin (bps). Penurunan yield menandakan harga obligasi sedang naik. Penguatan pasar obligasi Tanah Air juga tercermin dari Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang sepanjang pekan lalu terapresiasi 0,68 persen.
Di sisi lain, sepanjang pekan lalu investor asing juga terlihat bernafsu memborong aset defensif Tanah Air yang tercermin dari meningkatnya kepemilikan asing atas SBN senilai Rp12,73 triliun ke level Rp981,34 triliun per 11 Juni 2021, dibandingkan pekan sebelumnya yang sebesar Rp968,61 triliun.
Promo Terbaru di Bareksa
Pada pekan lalu, dari dalam negeri ada tiga rilis data ekonomi penting yaitu cadangan devisa bulan Mei, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei dan penjualan ritel April. Untuk cadangan devisa bulan Mei mengalami penurunan dan tidak sesuai dengan perkiraan konsensus. Sementara IKK dan penjualan ritel terpantau naik.
Cadangan devisa Indonesia tercatat mengalami penurunan US$2,4 miliar dari level tertingginya sepanjang masa ke US$136,4 miliar. Bank Indonesia (BI) menyebut penurunan cadangan devisa diakibatkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Beralih ke IKK, konsumen mulai optimis dalam memandang perekonomian domestik. Angka IKK naik 2,9 poin ke level 104,4 dan menjadi yang tertinggi sejak Maret tahun lalu.
Peningkatan sentimen konsumen juga didukung dengan data penjualan ritel yang meningkat. Setelah 16 bulan tiarap, penjualan ritel Indonesia mengalami pertumbuhan tahunan 15,6 persen pada April setelah terkontraksi 14,6 persen di bulan sebelumnya.
Data-data tersebut semakin mengukuhkan bahwa perekonomian Indonesia berada dalam jalur pemulihannya. Tak berlebihan pula jika pada kuartal kedua PDB Indonesia diramal tumbuh positif. Ini menjadi katalis positif untuk aset-aset berisiko seperti saham.
Namun di sisi lain, investor saat ini juga terus mencermati dua faktor yang menjadi ancaman bagi pasar keuangan domestik. Pertama adalah kenaikan kasus Covid-19. Kasus infeksi harian terus naik sejak minggu ketiga bulan lalu. Beberapa hari terakhir kasus baru yang dilaporkan mencapai angka 8.000 per hari. Peningkatan kasus Covid-19 dapat menjadi ancaman bagi pemulihan ekonomi Indonesia yang belakangan ini mulai bangkit.
Faktor kedua yang juga patut dicermati adalah sentimen terkait pengurangan stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang dikenal dengan sebutan tapering. Adanya tapering berpotensi membuat capital outflow terjadi dari negara emerging market. Akibatnya pasar keuangan bisa goyang.
Reksadana Pendapatan Tetap Return Tertinggi Mingguan
Kondisi pasar obligasi Indonesia yang menguat pada pekan lalu, secara umum ikut mendorong kinerja reksadana yang berbasis surat utang. Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana pendapatan tetap dan indeks reksadana pendapatan tetap syariah kompak menorehkan kenaikan masing-masing 0,45 persen dan 0,5 persen.
Sumber: Bareksa
Sementara itu jika dilihat lebih rinci, berikut top 10 reksadana pendapatan tetap yang berhasil mencatatkan kenaikan kinerja dengan imbal hasil (return) tertinggi pada pekan lalu.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat top 10 reksadana pendapatan tetap dengan return tertinggi di Bareksa pada pekan lalu menorehkan kenaikan yang bervariatif mulai dai 0,67 hingga 1,42 persen, di mana keseluruhannya berada di atas kinerja benchmark.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.