CEO Trimegah AM, Antony Dirga : Industri Reksadana Bisa Tumbuh Positif di 2020
Tinggal hanya masalah waktu sebelum likuiditas dimaksud juga akan masuk ke aset-aset lainnya termasuk reksadana
Tinggal hanya masalah waktu sebelum likuiditas dimaksud juga akan masuk ke aset-aset lainnya termasuk reksadana
Bareksa.com - Direktur Utama PT Trimegah Asset Management (Trimegah AM), Antony Dirga mengatakan ekonomi Indonesia memang cukup terpukul akibat pandemi Covid-19. Namun ekonomi RI relatif masih bertahan dibandingkan dengan negara-negara tetangga, maupun ekonomi global di mana pelemahan ekonomi bisa sampai dua digit.
Antony mengatakan respons pemerintah Indonesia khususnya dan juga pemerintah di negara-negara lainnya sangat proaktif dan cekatan. Respons fiskal dan stimulus moneter dari pemerintah menyebabkan lonjakan likuiditas yang belum semua terserap ke sektor riil. Lonjakan likuiditas yang ada ini kemudian mengejar aset-aset yang dianggap berpotensi menghasilkan kinerja yang baik. Aset-aset pertama yang dikejar adalah yang dianggap blue chip seperti pasar saham di Amerika.
"Baru saja kita melihat Indeks S&P dan Nasdaq mencapai dan melewati titik tertinggi yang dicapai pada Februari tahun ini. Kalau kita lihat sepintas gerakan pasar, ini ironis seolah-olah krisis ini tidak pernah ada. Padahal menurut saya krisis yang disebabkan oleh Covid-19 ini unprecedented untuk generasi yang hidup di masa ini," kata Antony kepada Bareksa, Kamis (13/8/2020).
Setelah likuiditas yang masif masuk di aset yang dianggap blue chip, ia melanjutkan, hanya tinggal masalah waktu sebelum likuiditas tersebut juga akan masuk ke aset-aset lainnya termasuk saham, obligasi dan reksadana di Indonesia.
"Sejalan dengan likuiditas yang akan terus mencari asset-asset yang masih underperform secara year to date (YtD), industri reksadana kita yang per akhir Juli turun kurang lebih 7 persen dibandingkan dengan akhir 2019, menurut saya akan mengalami rebound," kata Antony.
Dia mengatakan, bukan tidak mungkin AUM (asset under management) atau dana kelolaan industri reksadana nasional akan berakhir flat pada akhir tahun nanti.
"Atau malah bisa positif jika ada insentif fiskal tambahan dari pemerintah, misalnya jika ada perpanjangan relaksasi pajak untuk reksadana," imbuh Antony.
Laporan Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report July 2020 menyebutkan dana kelolaan reksadana nasional secara year to date (YtD) minus 7,18 persen. Sementara secara year on year (YoY), tercatat minus 6 persen. Meski begitu, secara bulanan (MoM) dana kelolaan industri reksadana nasional tumbuh 4 persen atau bertambah Rp20,8 triliun dari Rp482,5 triliun pada Juni 2020, menjadi Rp503,3 triliun pada Juli 2020.
Dana Kelolaan Industri Reksadana per Juli 2020
Sumber : Laporan Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report July 2020
Kenaikan dana kelolaan industri reksadana nasional pada Juli 2020, merupakan lanjutan dari bulan sebelumnya. Bareksa mencatat, dana kelolaan industri reksadana bertambah sekitar Rp8 triliun dari Rp474,2 triliun pada Mei 2020 menjadi Rp482,5 triliun pada Juni 2020.
Sebagian isi artikel ini merupakan cuplikan dari laporan bulanan Industri reksadana Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report July 2020. Untuk berlangganan laporan ini silakan hubungi [email protected] (cc: [email protected])
(AM)
***
Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.