Manulife Aset : Investor Jangan Panik, Segera Rebalancing Aset!
Kondisi ekonomi yang terjadi pada saat ini dipicu oleh peristiwa yang sering disebut black swan event
Kondisi ekonomi yang terjadi pada saat ini dipicu oleh peristiwa yang sering disebut black swan event
Bareksa.com - Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Katarina Setiawan, mengimbau investor untuk jangan panik menghadapi gejolak dan volatilitas yang terjadi saat ini. Ia menilai, kondisi ekonomi yang terjadi pada saat ini dipicu oleh peristiwa yang sering disebut black swan event.
Black swan event, Katarina menjelaskan, adalah suatu peristiwa tidak terduga, sangat jarang terjadi dan membawa dampak yang ekstrim. Sebenarnya, wajar bagi investor untuk menjadi panik dan mengambil keputusan yang tidak rasional di masa-masa ini.
Namun, dia mengatakan, belajar dari pengalaman yang lalu, volatilitas dan koreksi ekstrim biasanya selalu diikuti dengan kenaikan bahkan kenaikannya tajam setelahnya. Menurutnya, sesudah kepanikan berlalu, yang didukung dengan lebih stabilnya jumlah kasus COVID-19, investor akan dapat lebih tenang menganalisa dampak riil terhadap perekonomian, laba korporasi serta pasar finansial.
Promo Terbaru di Bareksa
Ia menilai sayang sekali untuk menjual saham saat ini, dalam kondisi harga turun 31 persen sementara penurunan laba korporasi tidak akan turun setajam 31 persen bahkan mungkin tidak turun hingga 10 persen.
"Kaji ulang posisi portofolio dan ingat tujuan investasi. Lakukan rebalancing jika perlu. Sesuaikan selalu dengan tujuan investasi serta profil risiko yang dimiliki. Jangan lupa untuk mengambil peluang yang ada," ucap Katarina dalam keterangannya.
Dia menyarankan kepada investor untuk memastikan investasi pada mitra terpercaya. "Dalam situasi yang tidak menentu ini, pastikan kita menempatkan investasi kita pada mitra yang terpercaya," imbuhnya.
Beberapa kriteria yang dicermati adalah mitra yang memiliki proses investasi yang prudent, memiliki rekam jejak baik, serta dipercaya oleh sejumlah besar nasabah dan kapital yang besar.
Makro Ekonomi
Katarina menyampaikan penyebaran wabah COVID-19 ke berbagai negara di dunia dan penurunan drastis harga minyak dunia menyebabkan koreksi tajam terjadi di pasar finansial global. Ia mencatat, sejak awal tahun sampai penutupan tanggal 18 Maret, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah turun 31 persen, sementara S&P500 dan MSCI Asia Pacific ex Japan terkoreksi 26 persen. Di sisi lain mata uang dolar AS menguat terhadap semua mata uang lain dan rupiah tergerus 9 persen dari awal tahun.
"Ini adalah black swan event. Kepanikan pasar terlihat jelas pada nilai tukar rupiah, yang mencapai all time - low, lebih rendah dari pada waktu krisis-krisis terjadi di masa lalu. Ini tentu bukan merupakan nilai wajar rupiah, dan setelah kondisi menjadi lebih stabil, rupiah akan berangsur menguat," paparnya.
Sumber : BI
Kebijakan Mitigasi
Ia menyampaikan wabah COVID-19 dan turunnya harga minyak dunia menyebabkan ekspektasi terjadi resesi global. Untuk itu, bank sentral dan pemerintah di berbagai negara meluncurkan stimulus moneter dan fiskal dalam jumlah sangat besar.
The Fed melakukan emergency cut 50 basis points pada tanggal 4 Maret, dilanjutkan dengan pemotongan 100 basis points pada tanggal 16 Maret, sehingga suku bunga acuan menjadi 0 persen hingga 0,25 persen.
Selain itu The Fed juga melakukan quantitative easing minimum US$700 miliar. "Ini adalah stimulus yang sangat besar dari The Fed dan kami yakin akan dilanjutkan dengan langkah-langka lain seperti yield curve steepening dan pembelian commercial papers untuk mendukung likuiditas," kata Katarina.
Ia menilai langkah ini diambil, karena tampaknya The Fed memperkirakan akan terjadi perlambatan pertumbuhan yang dalam, tetapi dalam waktu singkat. Saat ini, The Fed belum mempertimbangkan kebijakan suku bunga negatif.
Di sisi lain Bank Indonesia (BI) juga baru saja memangkas lagi suku bunga 25 basis points. "Kami perkirakan pemangkasan suku bunga masih akan dilakukan lagi ke depannya," ujarnya.
BI juga memotong giro wajib minimum untuk meningkatkan likuiditas. Stimulus fiskal juga dilakukan oleh pemerintah, termasuk pembebasan pajak penghasilan (PPh21) untuk karyawan di 19 industri, penangguhan pembayaran pajak penghasilan bagi perusahaan umum (PPh 25) dan bagi perusahaan bergerak di kegiatan impor (PPh 22).
"Stimulus terakhir lebih ditargetkan ke populasi masyarakat berpendapatan menengah, menambah kategori masyarakat yang dibantu dari yang sebelumnya kebanyakan berfokus pada populasi berpendapatan rendah," kata Katarina.
Sedangkan penangguhan PPh22 dan PPh25 akan membantu arus kas dari perusahaan di sektor-sektor yang paling terkena dampak negatif dari wabah COVID-19, seperti tekstil, farmasi, furnitur, otomotif, produk elektronik serta makanan dan minuman. "Dengan melakukan penambahan stimulus, maka defisit anggaran diperkirakan melebar menjadi sekitar 2,5 persen dari PDB. Pendanaan untuk defisit tersebut masih terkendali," imbuhnya.
Dampak
Berapa lama anomali harga minyak dan wabah COVID-19 akan berlangsung? "Saat ini kami melihat bahwa rendahnya harga minyak tidak akan berlangsung berkelanjutan," katanya.
Katarina mengatakan perang harga minyak yang diinisiasi oleh Saudi Arabia diperkirakan akan mengakibatkan Rusia untuk kembali berunding. "Kami terus memantau perkembangan terhadap harga minyak serta dampaknya terhadap ekonomi," imbuhnya.
Dampak wabah virus COVID-19 terhadap perekonomian tergantung dari seberapa cepat dan efektif penanganan penyebaran virus ini. Saat ini semakin banyak negara di dunia, termasuk Indonesia, menerapkan kebijakan social distancing untuk mengurangi penyebaran virus.
"Dengan kesadaran tinggi dari seluruh dunia dan tindakan tegas untuk meredam penyebaran virus ini, maka diharapkan wabah dapat ditangani dan jumlah kasus mulai stabil serta menurun sebelum akhir kuartal dua," ucap Katarina.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.