BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : Reksadana Pendapatan Tetap Prospektif, Lelang SUN Cetak Rekor

Bareksa05 Februari 2020
Tags:
Berita Hari Ini : Reksadana Pendapatan Tetap Prospektif, Lelang SUN Cetak Rekor
Pengunjung beraktivitas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (4/2/2020)). IHSG ditutup menguat 0,70 persen atau 41,01 poin ke level 5.925,18 menjelang penutupan perdagangan kemarin. (ANTARA FOTO/Reno Esnir/hp)

OJK restui Ilham Habibie dkk jadi Investor Bank Muamalat, kepemilikan asing di SBN berkurang, Panja Jiwasraya dibentuk

Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu, 5 Februari 2020 :

Reksadana

Catatkan pertumbuhan return paling tinggi sepanjang Januari 2020, prospek reksadana pendapatan tetap diyakini masih jadi yang paling menarik tahun ini. Menurut data Infovesta Utama, per 31 Januari 2020 Infovesta 90 Fixed Income Fund Index mencatatkan pertumbuhan tertinggi yakni 1,74 persen dalam sebulan terakhir.

Promo Terbaru di Bareksa

Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana mengungkapkan ekspektasi suku bunga acuan bakal turun menjadi sentimen positif bagi kinerja reksadana pendapatan tetap. Ditambah lagi, volatilitas yang terjadi di pasar saham membuat prospek obligasi menjadikan produk reksadana pendapatan tetap jadi yang paling menarik tahun ini.

"Ini akan berlangsung lama, tahun ini saya sarankan porsi investasi saham investor 20 persen saja, sedangkan 50 persen lagi di obligasi," kata Wawan dilansir Kontan, Selasa (4/2/2020).

Meski begitu, Wawan menilai agak sulit bagi reksadana pendapatan tetap mencatatkan kinerja lebih baik dibandingkan tahun lalu. Itu karena, potensi penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI7DRR) di 2020 tidak akan sebanyak tahun lalu.

Dengan memprediksikan penurunan suku bunga acuan hanya dua kali tahun ini, maka Wawan memperkirakan yield atau imbal hasil untuk reksadana pendapatan tetap di kisaran 7 persen hingga 7,5 persen.

"Sulit untuk mengulang tahun lalu, yang bisa memberikan (yield) 10 persen lebih," jelasnya.

Sementara itu Direktur Investasi PNM Investment Management (PNM IM), Solahudin mengungkapkan peluang suku bunga acuan global berada dalam tren rendah masih akan terbuka tahun ini. Tentunya, kondisi tersebut akan membuka prospek harga di instrumen investasi Surat Berharga Negara (SBN) akan bertahan setahun ke depan.

"Dengan begitu, reksadana yang memiliki underlying aset berupa SBN masih akan tumbuh dengan baik," ungkap Solahudin.

SUN

Hasil penawaran lelang Surat Utang Negara (SUN) yang dilaksanakan kemarin (4/2) yang mencapai Rp96,9 triliun, berhasil melewati rekor tertinggi pada lelang 21 Januari 2020 di mana jumlah penawaran yang masuk kala itu Rp94,98 triliun.

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan likuiditas di pasar obligasi yang masih baik menjadi faktor utama tingginya jumlah penawaran yang masuk pada lelang kali ini.

"Pasar obligasi Indonesia masih menjadi pasar yang menjanjikan. Dengan kupon rata-rata yang berada di atas 7 persen dan imbal hasil untuk rentang 10 tahun berkisar 6,5 persen - 7 persen, ini sisi yang menarik sehingga minat untuk obligasi konvensional masih sangat besar," papar Nico ketika dilansir Kontan.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia, Ramdhan Ario Maruto menyatakan selain likuiditas faktor lain yang membuat jumlah penawaran tinggi yakni imbas kinerja saham.

"Indeks saham akhirnya hijau setelah sekian lama berdarah. Jadi kombinasi kedua hal ini buat pelaku pasar confident. Bahkan tidak hanya asing, tapi domestik juga masuk dan cukup banyak," papar Ramdhan.

Ramdhan memproyeksikan pasar obligasi Indonesia masih punya peluang yang baik untuk tumbuh sepanjang tahun ini. Hal ini tidak terlepas dari posisi pemerintah yang dinilai memiliki daya tawar yang kuat. Terlihat dari tahun lalu di mana pemerintah selalu menyerap sesuai target kendati dana yang masuk jauh melebihinya.

"Setiap awal tahun, pemerintah sudah punya target, dan penyerapannya sesuai target. Strategi ini berhasil dan menjadikan pasar kita terpandang dan buat pelaku lebih percaya untuk masuk," tambah Ramdhan.

Nico optimistis lelang-lenang berikutnya sangat mungkin akan memecahkan rekor lagi. Sebab, melihat dari minat pasar sejak awal tahun yang begitu tinggi dan pasar obligasi Indonesia yang dinilai masih menjadi primadona untuk dana asing.

Bank Muamalat

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan restu kepada calon investor baru ke PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. "Ini kan tinggal eksekusi, eksekusi itu proses-proses administrasi. Sudah ada calonnya konsorsium Al-Falah," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso usai rapat kerja Komisi XI DPR dan OJK di, Gedung DPR RI pada Selasa (4/2/2020).

Ia menyebut proses ini akan berlangsung secepat mungkin. Lantaran tinggal melengkapi informasi, dokumentasi, dan sebagainya. Asal tahu saja, Al Falah merupakan perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Singapura.

Perusahaan ini dimiliki dan didirikan bersama Ilham Akbar Habibie dan CP5 Hold Co 2 Limited yaitu perusahaan investasi yang secara tidak langsung dimiliki 100 persen oleh SSG Capital Management Limited untuk tujuan berinvestasi di Bank Muamalat. SSG adalah perusahaan pengelola aset alternatif dengan aset kelolaan US$5 miliar.

Jubir OJK, Sekar Putih Djarot menyatakan OJK akan meminta pihak bank dan investor menyampaikan ke publik segera setelah seluruh proses diselesaikan.

SBN

Aliran dana asing di obligasi Indonesia perlahan surut setelah mencetak rekor tertinggi. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) Rp1.071,38 triliun hingga Senin (3/2).

Padahal, pada 24 Januari lalu kepemilikan asing mencapai rekor tertingginya di Rp1.092,02 triliun. Artinya, sejak saat itu, kepemilikan asing sudah berkurang Rp20,64 triliun.

Kendati demikan, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia, Ramdhan Ario Maruto menilai hal itu hanya bersifat situasional dan dapat dimaklumi. Penurunan yang terjadi tidak akan terjadi dalam kurun waktu lama.

"Memang seminggu terakhir dana asing agak turun, cenderung karena risiko yang naik imbas virus corona. Selain itu rally kenaikan juga sudah panjang sejak awal tahun, Sehingga ini penurunan yang wajar lah," ujar Ramdhan dilansir Kontan.

Sebenarnya, jika dihitung secara year to date, kepemilikan asing di SBN masih tercatat naik Rp9,44 triliun.

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus juga mempercayai hal yang serupa. Menurut dia, penurunan yang terjadi karena investor asing mulai melakukan aksi profit taking di pasar obligasi tanah air.

"Turun karena ada aksi profit taking. Sebab valuasi obligasinya juga sudah mahal karena dalam dua minggu kenaikannya terlalu masif. Jika kondisinya seperti itu, penurunan bisa terjadi sewaktu-waktu dan sifatnya sementara," jelas Nico.

Jiwasraya

Susunan keanggotaan panitia kerja (Panja) Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terkait dengan kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero) resmi ditetapkan. Ketua Komisi III DPR, Herman Herry mengatakan Panja ini beranggotakan 32 orang. Rinciannya 27 orang merupakan anggota Komisi III DPR dan 5 orang pimpinan Komisi III DPR.

"Barusan kami sudah membentuk Panja, secara resmi total jumlah anggota panja 27 orang ditambah 5 pimpinan Komisi III, total 32 orang. Saya sendiri sebagai Ketua Komisi merangkap sebagai Ketua Panja," kata Herman, Selasa (4/2).

Agenda perdana yang akan dilakukan oleh Panja ini adalah mengundang Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) beserta dengan jajarannya pada Kamis (13/2) mendatang.

Menurut Herman, tujuan pemanggilan Jampidsus ini adalah untuk mendapat masukan terkait sudah sejauh mana penanganan kasus Jiwasraya ini dilakukan. Kemudian, Herman juga menegaskan di dalam rapat internal bahwa tidak semua hal dapat dibuka di dalam Panja.

"Saya juga menegaskan kepada semua anggota, bahwa nanti dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Jampidsus dan para penyidik tidak semua hal bisa dibuka. Artinya, karena kasus ini sedang dalam penyidikan, agar tidak bias kami harus menghargai jika ada hal-hal yang masih bersifat rahasia penyidikan suatu perkara," tegas dia.

Secara khusus Herman meminta, agar tidak semua hal yang masih bersifat rahasia kemudian dibuka di dalam Panja. Pasalnya, tujuan pembentukan Panja ini bukan untuk mengitervensi kasus Jiwasraya, tetapi untuk melakukan fungsi pengawasan.

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Empty Illustration

Produk Belum Tersedia

Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua