Jelang Akhir Tahun, Window Dressing Mulai Terasa di Reksadana
Window dressing adalah strategi pengelola dana dalam mempercantik portofolio di akhir tahun
Window dressing adalah strategi pengelola dana dalam mempercantik portofolio di akhir tahun
Bareksa.com - Memasuki perdagangan hari terakhir di pekan ketiga bulan Desember, investor biasanya semakin berharap kemungkinan adanya window dressing, di mana beberapa harga saham "terdorong naik" sampai puncaknya di akhir tahun.
Window dressing, menurut investopedia, adalah sebuah strategi yang digunakan oleh pengelola reksadana atau portofolio mendekati akhir tahun atau kuartal, dalam rangka memperbaiki tampilan kinerja portofolio sebelum dipresentasikan kepada klien atau pemegang saham.
Beberapa pihak memang mempunyai kepentingan terhadap naiknya harga saham mulai dari Manajer Investasi, institusi pengelola dana seperti Asuransi, Dana Pensiun, TASPEN, BPJS dan Emiten. Bahkan Pemerintah pun “ikut happy” kalau indeks harga saham gabungan (IHSG) bisa tumbuh dibandingkan periode sebelumnya.
Promo Terbaru di Bareksa
Sekadar informasi, istilah window dressing diambil dari kata window atau jendela yang identik dengan bagian dari rumah yang memungkinkan orang dari luar melihat kondisi di dalam rumah, dan dressing artinya mendekorasi supaya sesuatu terlihat rapi, dan baik tanpa banyak merubah kondisi sebenarnya dari rumah tersebut.
Singkatnya jika kita terjemahkan ke bahasa Indonesia, proses window dressing adalah proses mendekorasi beberapa bagian dari rumah supaya bisa terlihat bagus jika dilihat orang luar melalui jendela.
Indikasi terjadinya fenomena window dressing tampaknya benar-benar kembali terasa pada tahun ini. Sejak awal Desember ini, pergerakan IHSG memang sudah menunjukkan kinerja yang sangat memuaskan, dengan peningkatan 3,96 persen hingga penutupan perdagangan Kamis (19/12/2019).
Grafik Perbandingan Return IHSG dengan Indeks Reksadana Saham dan Reksadana Saham Syariah
Sumber: Bareksa
Kondisi tersebut pada akhirnya turut mendorong kinerja reksadana saham yang sebagaimana diketahui mayoritas berinvestasi pada aset saham. Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham tercatat naik 2,48 persen, sementara indeks reksadana saham syariah terkoreksi tipis 0,13 persen. Padahal, pada bulan lalu, kedua kinerja indeks reksadana berbasis saham ini masih anjlok dalam.
Kenaikan harga saham terutama yang ada dalam keranjang portofolio Manajer Investasi tentu akan memoles kinerjanya yang tercermin dalam peningkatan Nilai Aktiva Bersih (NAB). Emiten juga suka jika harga saham perusahaannya naik, meski mereka tidak secara langsung menikmati aliran kas bagi perusahaan.
Namun kenaikan harga saham tersebut bisa mengangkat kinerja dan kepentingan untuk melakukan aksi korporasi lebih lanjut. Demikian pula Pemerintah akan lebih senang jika IHSG bisa tumbuh karena IHSG juga merupakan salah satu tolok ukur pertumbuhan ekonomi.
Fenomena Window dressing memang tidak terjadi pada semua saham, mungkin hanya beberapa dari jumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Mungkin yang bisa diperhatikan oleh investor untuk memilih saham-saham yang berpotensi terjadi window dressing antara lain yakni saham yang mempunyai fundamental bagus dan sepanjang tahun ini (YTD) harga sahamnya sudah turun ke level yang cukup rendah
Saham-saham tersebut bisa dari kategori blue chip baik dari BUMN maupun emiten yang dikendalikan oleh grup besar, karena saham tersebut biasanya mempunyai bobot perhitungan terhadap IHSG yang tinggi, termasuk saham perbankan papan atas. Biasanya saham blue chip tersebut juga menjadi komposisi utama portofolio reksadana sehingga Manajer Investasi memiliki kepentingan untuk ikut mendorong terjadinya window dressing atas saham.
(KA01/hm)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.