BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Bunga Acuan BI 7DRRR Turun Jadi 5,5 Persen, Ini Dampaknya ke Reksadana

Bareksa22 Agustus 2019
Tags:
Bunga Acuan BI 7DRRR Turun Jadi 5,5 Persen, Ini Dampaknya ke Reksadana
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo melambaikan tangan ke arah media usai memberikan keterangan terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di kantor Bank Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Penurunan bunga acuan positif bagi reksadana saham dan obligasi, sementara reksadana pasar uang lebih baik dari deposito

Bareksa.com – Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Agustus 2019 memutuskan untuk kembali menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 25 basis poin (bps) menjadi 5,5 persen. Bersamaan dengan itu, suku bunga Deposit Facility juga turun 25 bps menjadi 4,75 persen, dan suku bunga Lending Facility turun 25 bps menjadi 6,25 persen.

Bank Indonesia menyampaikan, kebijakan tersebut konsisten dengan rendahnya prakiraan inflasi yang berada di bawah titik tengah sasaran, tetap menariknya imbal hasil investasi aset keuangan domestik sehingga mendukung stabilitas eksternal, serta sebagai langkah pre-emptive untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi ke depan dari dampak perlambatan ekonomi global.

Bagi industri reksadana, keputusan BI menurunkan suku bunga acuan tentu saja akan cukup memberikan dampak. Namun kali ini, dampak tersebut justru positif, khususnya bagi reksadana berbasis saham dan obligasi.

Promo Terbaru di Bareksa

Seperti disampaikan Senior Vice President Intermediary Business PT Schroder Investment Management Indonesia Adrian Maulana dan Head of Investment Avrist Asset Management Tubagus Farash Akbar Farich kepada Bareksa, hari ini (Kamis, 22 Agustus 2019).

Menurut Adrian, penurunan suku bunga memberikan ‘angin segar’ buat hampir semua sektor, terutama perbankan, properti, konstruksi, barang konsumsi. Bila kinerja perusahaan pada sektor-sektor tersebut membaik, umumnya akan diikuti kenaikan harga-harga sahamnya.

“Sehingga akan berdampak positif pada return reksadana saham ke depannya,” tutur Adrian.

Sementara, lanjut Adrian, investasi pendapatan tetap umumnya akan mendapat benefit terlebih dulu dari penurunan suku bunga, baru kemudian yang berbasis saham. Adrian menjelaskan, harga obligasi berbanding terbalik dengan suku bunga. Suku bunga turun, harga obligasi naik. Suku bunga naik, harga obligasi cenderung turun.

“Investor akan mengalihkan aset di tabungan atau deposito ke investasi yang berpotensi memberikan imbal hasil lebih menarik di tren penurunan suku bunga,” jelas Adrian.

Farash juga punya pendapat serupa. Meskipun secara umum positif, keputusan Bank Indonesia menurunkan bunga acuan memang di luar ekspektasi.

Farash berpendapat, keputusan itu dapat membantu mendorong pertumbuhan laba emiten antara lain dari efek biaya bunga yang lebih rendah setelah pemangkasan suku bunga.

“Jadi, positif ke harga saham dan obligasi. Sehingga kinerja reksadana saham dan obligasi dan campuran harusnya lebih baik hingga akhir tahun,” kata Farash.

Reksadana Pasar Uang

Berbeda dengan reksadan saham dan obligasi, reksadana pasar uang juga akan berdampak. Terutama bisa berpotensi mencatat penurunan return. “Karena mayoritas portofolio ada di deposito,” ujar Farash.

Meski begitu, Farash bilang, return reksadana pasar uang lebih dari ketimbang bunga deposito karena pasar uang antar bank akan turun lebih cepat.

Adapun Adrian mengatakan, obligasi tenor panjang yang sangat berpengaruh terhadap suku bunga. Sementara, Adrian menerangkan, reksadana pasar uang berisi deposito dan obligasi dengan jatuh tempo kurang dari 1 tahun.

“Jadi, reksadana pasar uang tidak mendapat benefit sebesar reksadana pendapatan tetap saat tren penurunan suku bunga,” imbuh dia.

Perlu diketahui, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.337,76

Up0,50%
Up3,71%
Up0,04%
Up4,77%
Up18,50%
-

Capital Fixed Income Fund

1.793,05

Up0,58%
Up3,35%
Up0,04%
Up6,97%
Up16,56%
Up39,91%

I-Hajj Syariah Fund

4.872,25

Up0,61%
Up3,20%
Up0,04%
Up6,18%
Up22,01%
Up40,68%

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.047,87

Up0,54%
Up3,63%
Up0,04%
---

Reksa Dana Syariah Syailendra OVO Bareksa Tunai Likuid

1.147,05

Up0,31%
Up2,62%
Up0,03%
Up4,98%
Up14,26%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua