Suku Bunga Acuan Turun Jadi 4,75 Persen, Reksadana Pasar Uang Tertekan
turunnya suku bunga acuan BI ke level 4,75 persen bisa memberikan sentimen negatif terhadap reksadana pasar uang
turunnya suku bunga acuan BI ke level 4,75 persen bisa memberikan sentimen negatif terhadap reksadana pasar uang
Bareksa.com - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Februari 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 25 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen, suku bunga deposit facility 25 bps menjadi 4 persen dan suku bunga lending facility 25 bps menjadi 5,5 persen.
Menurut BI, kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran, stabilitas eksternal yang aman, serta sebagai langkah pre-emptive untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah tertahannya prospek pemulihan ekonomi global sehubungan dengan terjadinya wabah virus corona atau Covid-19.
Menurut analisis Bareksa, turunnya suku bunga acuan BI dari 5 persen ke level 4,75 persen bisa memberikan sentimen negatif terhadap kinerja salah satu jenis reksadana, yakni reksadana pasar uang.
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber: Bareksa
Hal tersebut setidaknya sudah terlihat dari kinerja rata-rata reksadana pasar uang yang tercermin dari indeks reksadana pasar uang yang mencatatkan kinerja negatif 0,14 persen sepanjang pekan lalu.
Penurunan suku bunga tersebut mendorong perbankan turut menurunkan suku bunga depositonya untuk menyesuaikan dengan suku bunga acuan BI. Perbankan terlebih dahulu menurunkan suku bunga depositonya sebelum suku bunga kredit.
Hal itu memberikan sentimen negatif bagi kinerja reksadana pasar uang dikarenakan dalam portofolio reksadana ini mayoritas menempatkan dana kelolaannya ke dalam instrumen deposito. Penurunan pada suku bunga deposito dapat menekan imbal hasil yang dihasilkan dari reksadana pasar uang tersebut.
Namun, penurunan imbal hasil tersebut tidak akan secara instan, melainkan secara perlahan. Hal ini dikarenakan tidak semua perbankan langsung merespons penurunan suku bunga acuan dengan menurunkan suku bunga depositonya. Keputusan tersebut juga tergantung dari tingkat likuiditas perbankan yang bersangkutan.
Selain itu, reksadana pasar uang akan tetap lebih menarik dikarenakan return yang didapatkan oleh investor akan lebih tinggi dibandingkan jika hanya menempatkan dananya secara langsung pada instrumen deposito perbankan.
Perusahaan manajer investasi selaku pengelola reksadana khususnya reksadana pasar uang dapat mengambil langkah antisipasi seperti mencari deposito dengan suku bunga yang tinggi demi menarik minat investor.
Adapun strategi lainnya dalam menyiasati hal ini adalah dengan mengubah komponen instrumen investasi dalam reksadana pasar uang tersebut. Mengingat penempatan pada deposito tidaklah bersifat permanen, perusahaan dapat menyesuaikannya dengan mengubah komposisi instrumen investasi yang dikombinasikan dengan obligasi jatuh tempo kurang dari 1 tahun.
Sebagai informasi, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Sementara reksadana pasar uang adalah jenis reksadana yang melakukan investasi pada jenis instrumen investasi pasar uang dangan masa jatuh tempo kurang dari satu tahun.
Selain itu, reksadana pasar uang bisa berinvestasi di efek surat utang atau obligasi. Biasanya, kupon atau imbal hasil obligasi ini juga bisa lebih tinggi daripada bunga deposito. Alhasil, ini bisa juga mendorong keuntungan reksadana pasar uang.
Reksadana pasar uang cocok untuk investor pemula yang baru mengenal investasi karena risikonya rendah. Selain itu, kinerjanya cukup stabil sehingga cocok untuk investasi jangka pendek (sekitar setahun).
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.