Jaga Stabilitas Jasa Keuangan di Tengah Ketidakpastian Global, Ini Arah Kebijakan OJK
Per 25 Oktober tercatat nilai aktiva bersih atau dana kelolaan reksadana turun 1,14% (MTD) jadi Rp524,61 triliun
Per 25 Oktober tercatat nilai aktiva bersih atau dana kelolaan reksadana turun 1,14% (MTD) jadi Rp524,61 triliun
Bareksa.com - Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan yang telah dilaksanakan pada 26 Oktober 2022, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan terjaga dan kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan (LJK) konsisten tumbuh, seiring dengan kinerja perekonomian domestik.
“Performa ini turut berkontribusi terhadap berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional di tengah tingginya ketidakpastian global, sejalan dengan tekanan di pasar keuangan akibat pengetatan kebijakan moneter global, berlanjutnya konflik geopolitik yang berkepanjangan, dan penurunan pertumbuhan ekonomi global,” ungkap Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar dalam Konferensi Pers RDK Bulanan Oktober 2022 secara virtual (3/11/2022).
Menurut Mahendra, tingginya downside risk atas pertumbuhan ekonomi global mendorong Dana Monter Internasional (IMF) memperkirakan lebih dari sepertiga negara akan mengalami kontraksi pertumbuhan pada tahun ini atau tahun depan. Kondisi itu membuat prospek perekonomian global dengan profil pertumbuhan terlemah sejak 2001, di luar periode krisis.
Promo Terbaru di Bareksa
“Kekhawatiran terhadap resesi global meningkat dan berada di level yang sangat tinggi, tercermin dari tingkat kepercayaan CEO turun ke level terendah sejak krisis keuangan global,” kata Mahendra.
Sejalan dengan pengetatan kebijakan moneter global, kata Mahendra, Bank Indonesia juga kembali meningkatkan suku bunga acuan untuk menurunkan ekspektasi inflasi ke depan. Di tengah revisi ke bawah pertumbuhan global tahun 2023, outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia juga turun namun proyeksi pertumbuhan 2022 masih dipertahankan.
“Indikator perekonomian terkini juga menunjukkan kinerja ekonomi nasional masih cukup baik, terlihat dari neraca perdagangan yang terus mencatatkan surplus, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur yang berada di zona ekspansi, dan indikator pertumbuhan konsumsi masyarakat yang masih solid,” dia menjelaskan.
Perkembangan Pasar Modal
Anggota Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi mengatakan di tengah pengetatan likuiditas global, hingga 25 Oktober 2022, pasar saham Tanah Air yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,1 persen sepanjang bulan berjalan (MTD) ke level 7.048,38. Investor asing (non residen) masih mencatatkan inflow (dana masuk) Rp7,74 triliun MTD.
“Sepanjang tahun berjalan (YTD), IHSG tercatat menguat 7,09% dengan investor non-resident membukukan net buy (beli bersih) Rp77,22 triliun,” ujarnya.
Sumber : OJK
Menurut Inarno, di pasar SBN, investor non residen mencatatkan outflow (dana keluar) Rp16,04 triliun (MTD), sehingga mendorong rerata yield (imbal hasil) Surat Berharga Negara (SBN) naik 23,27 bps MTD di seluruh tenor. Secara YTD, rerata yield SBN telah meningkat 103 bps dengan investor non residen mencatatkan net sell (jual bersih) Rp177,13 triliun.
Kinerja reksadana per 25 Oktober tercatat menurun, yang tercermin dari penurunan nilai aktiva bersih (NAB) atau dana kelolaan 1,14% (MTD) jadi Rp524,61 triliun. Inarno menyatakan secara MTD net redemption (jual bersih) reksadana tercatat Rp7,67 triliun. Secara YTD, NAB turun 9,31% dan net redemption mencapai Rp61,66 triliun.
“Namun minat masyarakat untuk membeli reksadana masih tinggi ditandai dengan nilai subscription yang mencapai Rp777,86 triliun,” dia mengungkapkan.
Minat untuk menghimpun dana dari pasar modal juga masih tinggi yakni mencapai Rp190,9 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 48 emiten. Di pipeline, masih terdapat 99 rencana Penawaran Umum dengan nilai Rp83,32 triliun dengan rencana Penawaran Umum oleh emiten baru sebanyak 61 perusahaan.
Arah Kebijakan OJK
Meskipun stabilitas sektor jasa keuangan saat ini terjaga, menurut Mahendra, meningkatnya risiko pemburukan ekonomi global perlu diwaspadai dampaknya. Pengetatan kebijakan moneter global yang agresif, tekanan inflasi, serta fenomena “strong dollar” berpotensi menaikkan cost of fund, serta mempengaruhi ketersediaan likuiditas yang pada gilirannya akan mempengaruhi pertumbuhan konsumsi dan investasi nasional.
“Pergerakan suku bunga dan pelemahan nilai tukar berpotensi meningkatkan risiko pasar yang berpengaruh pada portofolio lembaga jasa keuangan. Selain itu, risiko kredit juga berpotensi meningkat seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi,” dia menjelaskan.
Dalam upaya memitigasi risiko penurunan tersebut, kata Mahendra, OJK menerapkan empat langkah proaktif untuk memastikan terjaganya stabilitas sektor jasa keuangan, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, yakni :
1. OJK mempertimbangkan untuk melakukan normalisasi beberapa kebijakan relaksasi secara bertahap
Khususnya kebijakan yang bersifat administratif yang dikeluarkan pada masa pandemi Covid-19, seperti pencabutan relaksasi batas waktu penyampaian pelaporan LJK. Hal ini mencermati perkembangan pandemi dan aktivitas ekonomi di mana LJK dinilai telah dapat beradaptasi dengan kondisi “new normal”.
2. OJK mendukung keberlanjutan pemulihan ekonomi dalam rangka mengatasi scarring effect akibat pandemi serta menjaga kinerja fungsi intermediasi
Dalam waktu dekat, OJK menyiapkan respons kebijakan yang bersifat targeted dan sectoral. Meski begitu, OJK akan terus melakukan penyelarasan kebijakan dengan mempertimbangkan dinamika perekonomian global dan domestik yang diperkirakan akan masih terus berubah terutama di 2023.
“Dibutuhkan dukungan kolaborasi kebijakan baik fiskal dan moneter, untuk mengatasi scarring effect pada sektor tertentu tersebut agar tidak berlangsung berkepanjangan,” kata Mahendra.
3. Sebagai upaya untuk memitigasi kondisi pasar yang berfluktuasi signifikan :
‐ OJK mempertahankan beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan untuk menjaga volatilitas pasar, di antaranya pelarangan transaksi short selling dan pelaksanaan trading halt untuk penurunan IHSG 5%.
‐ OJK melakukan pemantauan berkelanjutan terhadap kinerja industri reksadana untuk memastikan redemption di industri reksadana dapat tetap berjalan teratur di tengah gejolak suku bunga pasar dan meningkatnya risiko likuiditas di pasar keuangan.
- OJK mengevaluasi eksposur valuta asing termasuk pinjaman komersial luar negeri di tengah tren penguatan dolar AS dan mendorong LJK melakukan langkah-langkah yang dapat memitigasi risiko nilai tukar yang diperkirakan masih akan meningkat.
4. OJK memperkuat ketahanan LJK dengan :
‐ Meminta LJK untuk meningkatkan ketahanan permodalan serta menyesuaikan pencadangan ke level yang lebih memadai, guna bersiap menghadapi skenario pemburukan akibat kenaikan risiko kredit/pembiayaan dan risiko likuiditas.
‐ Meminta LJK melakukan asesmen secara berkala terhadap kualitas aset kredit/pembiayaan yang direstrukturisasi, menyalurkan kredit/pembiayaan secara prudent termasuk penyaluran ke sektor komoditas serta sektor ekonomi yang memiliki konsumsi energi yang tinggi ditengah kenaikan harga energi domestik.
‐ Mendorong Perusahaan Pembiayaan agar mendiversifikasi sumber pendanaan untuk mengantisipasi keterkaitan antara ruang likuiditas di sektor perbankan dengan terakselerasinya laju pertumbuhan kredit.
- Meminta industri perbankan dan industri asuransi untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit/pembiayaan serta pemberian pertanggungan asuransi kredit/pembiayaan.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.