OJK : Kekhawatiran Ancaman Resesi Global Meningkat, Ini 4 Langkah Antisipasinya
Masih relatif solidnya kinerja perekonomian domestik turut menjaga kinerja pasar saham
Masih relatif solidnya kinerja perekonomian domestik turut menjaga kinerja pasar saham
Bareksa.com - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, menilai stabilitas sistem keuangan terjaga dan kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan membaik. Hal ini berkontribusi terhadap berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional di tengah pelemahan ekonomi dan inflasi global yang tinggi, pengetatan kebijakan moneter yang agresif, dan peningkatan tensi geopolitik yang berkepanjangan.
“Sebagai respon dari peningkatan tekanan inflasi, Bank Sentral utama di dunia menaikkan suku bunga kebijakan (policy rate) dan berencana mempercepat laju pengetatan kebijakannya meski kebijakan tersebut dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ekonomi,” ujar Mahendra dalam konferensi pers hasil rapat dewan komisioner (RDK) bulanan September 2022 secara virtual, Senin (3/10).
Menurut Mahendra, stance kebijakan moneter ini dilakukan oleh mayoritas bank sentral global termasuk Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga acuan (BI7DRR) 50 basis poin (bps) atau 0,5% jadi 4,25% pada September.
Promo Terbaru di Bareksa
“Hal ini mendorong kekhawatiran resesi global meningkat, sehingga lembaga internasional seperti Bank Dunia, ADB, dan OECD menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi global,” kata dia.
Di tengah revisi ke bawah outlook pertumbuhan global, Mahendra menyatakan outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dinaikkan di tahun 2022 seiring dengan masih tingginya harga komoditas dan terkendalinya pandemi.
Indikator perekonomian terkini juga mengkonfirmasi berlanjutnya kinerja positif perekonomian Indonesia, antara lain terlihat dari neraca perdagangan yang melanjutkan surplus, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur di zona ekspansi, dan indeks kepercayaan konsumen yang tetap optimistis.
Soal ancaman resesi global ini, Mahendra menyatakan hampir dipastikan akan terjadi. "Setidaknya di tahun 2023. Kalau tidak, lebih cepat dari itu," kata dia.
Meski begitu, Mahendra menyebutkan, resesi global tersebut belum dapat diprediksi durasi dan besar pengaruhnya terhadap ekonomi Indonesia. Di sisi lain, dia menuturkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini dan tahun 2023 masih berada di kisaran 5%.
"Karena itu, kita harus lihat dua kondisi ini dalam perspektif lengkap," imbuh dia.
Perkembangan Pasar Modal
Anggota DK OJK sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Inarno Djajadi menambahkan masih relatif solidnya kinerja perekonomian domestik turut menjaga kinerja pasar saham (Indeks Harga Saham Gabungan/IHSG) relatif lebih baik dibandingkan negara kawasan di tengah koreksi signifikan pasar keuangan global.
“Hingga 30 September 2022, IHSG terkoreksi 1,92% sepanjang bulan berjalan (MTD) ke level 7.040,8 dengan nonresiden (investor asing) mencatatkan inflow Rp3,055 triliun. Sepanjang tahun berjalan (YTD), IHSG tercatat menguat 6,98% dengan non-resident membukukan net buy Rp69,47 triliun,” ungkapnya.
Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), non-resident mencatatkan outflow Rp18,84 triliun MTD sehingga mendorong rerata yield SBN naik 30,1 bps MTD di seluruh tenor. Rerata yield SBN telah meningkat 79,73 bps dengan non-resident mencatatkan net sell Rp150,67 triliun.
Hingga 30 September 2022, penghimpunan dana di pasar modal masih tinggi yaitu Rp175,34 triliun, dengan emiten baru tercatat 48 emiten. “Di pipeline, masih terdapat 90 rencana penawaran umum dengan nilai Rp61,31 triliun,” Inarno memaparkan.
Dia menjelaskan kinerja IHSG yang stabil juga ditopang oleh kinerja emiten yang meningkat. Dari 722 emiten listing saham yang telah menyampaikan laporan keuangan tengah tahunan 2022, sebanyak 479 emiten (66,34%) menunjukkan peningkatan kinerja dengan pertumbuhan pendapatan 22,97% secara tahunan (YOY) dan peningkatan laba 74% YOY.
“Sebagai upaya pendalaman pasar, Bursa Efek Indonesia mencatatkan produk baru berupa Waran Terstruktur pada 19 September 2022 dengan tiga seri Waran Terstruktur yang diterbitkan dan masing-masing ditawarkan sebanyak 30 juta unit. Hingga 30 September 2022, nilai transaksi Waran Terstruktur mencapai Rp38,44 miliar,” ujar Inarno.
Sumber : OJK
Langkah OJK
Mahendra menyatakan di tengah ancaman resesi global, OJK mengambil langkah-langkah proaktif untuk memastikan terjaganya stabilitas sektor jasa keuangan, antara lain melalui :
1. OJK senantiasa memantau dan memastikan ketersediaan likuiditas, baik untuk mengantisipasi potensi risiko maupun dalam kaitannya dengan pelaksanaan fungsi intermediasi Lembaga Jasa Keuangan. Di sisi lain, OJK juga mencermati perkembangan kenaikan biaya dana Lembaga Jasa Keuangan sehubungan dengan respon atas peningkatan suku bunga.
2. OJK meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk terus mencermati risiko pasar, termasuk eksposur dalam surat-surat berharga dan valuta asing di tengah tren penguatan dolar AS serta peningkatan volatilitas di pasar keuangan global. Dalam kaitan ini, OJK meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk secara intensif melakukan scenario analysis dalam rangka memitigasi risiko yang mungkin timbul.
3. OJK meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk mencermati perkembangan risiko kredit di sektor-sektor ekonomi yang memiliki konsumsi energi yang tinggi di tengah kenaikan harga energi dan yang kinerjanya berhubungan erat dengan siklus harga komoditas. Selanjutnya, Bank diminta untuk melakukan scenario analysis untuk memitigasi risiko dimaksud.
4. OJK akan mempertahankan beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan untuk mengelola volatilitas dan menghadapi tantangan yang terjadi di pasar modal domestik dalam beberapa waktu ke depan, antara lain asymmetric auto-rejection, pelarangan transaksi short selling, dan pelaksanaan trading halt untuk penurunan IHSG 5%, seiring masih tingginya volatilitas pasar dan potensi meningkatnya tekanan ke depan.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.