Pasar Saham Ambrol Dihantam Corona, Reksadana Pendapatan Tetap Tahan Banting
Terakhir WHO telah menetapkan virus corona COVID-19 sebagai pandemi global
Terakhir WHO telah menetapkan virus corona COVID-19 sebagai pandemi global
Bareksa.com - Bursa saham Tanah Air kembali berfluktuatif dan terperosok pada perdagangan kemarin. Menutup perdagangan Rabu (12/03/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,28 persen ke level 5.154,105.
Sejatinya, ada sentimen positif dari bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street yang melesat nyaris 5 persen pada perdagangan Selasa. Sebagai kiblat bursa saham global. Penguatan tajam bursa saham Negeri Paman Sam tentunya memberikan efek positif ke bursa Asia pagi kemarin, termasuk ke IHSG.
Wall Street berhasil menguat tajam setelah Presiden AS, Donald Trump, melakukan rapat dengan anggota Kongres dari Partai Republik dan berencana tidak mengenakan Pajak Penghasilan (PPh) alias 0 persen baik kepada pengusaha maupun karyawan hingga akhir tahun nanti.
Promo Terbaru di Bareksa
PPh 0 persen tersebut dimaksudkan untuk mengangkat daya beli masyarakat sehingga roda perekonomian bisa berputar lebih kencang di tengah wabah virus corona.
Sayangnya, efek positif dari penguatan Wall Street tidak berlangsung lama, mayoritas bursa saham utama Asia kembali terjerembab ke zona merah, begitu juga dengan IHSG.
Pelemahan bursa saham tersebut menunjukkan pelaku pasar masih dihantui kekhawatiran terhadap wabah virus corona yang berisiko menekan pertumbuhan ekonomi global cukup dalam.
Penyebaran wabah virus corona memang sudah melambat di China, tetapi lonjakan justru terjadi di luar Negeri Tirai Bambu.
Badan Kesehatan Dunia ( WHO) bahkan telah meningkatkan status virus corona menjadi pandemi global pada Rabu (11/3/2020). Penetapan virus corona sebagai pandemi global didasarkan atas meningkatnya jumlah kasus di luar China hingga 13 kali lipat serta banyaknya negara yang terinfeksi. Hingga Rabu, tercatat 118 negara mengonfirmasi kasus Covid-19.
"Dalam beberapa hari atau pekan mendatang, kita akan melihat peningkatan jumlah kasus, kematian, hingga negara terinfeksi yang jauh lebih tinggi," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dilansir Kompas.com.
Status pandemi menggambarkan suatu penyakit yang menyebar di antara orang-orang di banyak negara pada saat bersamaan. Delapan negara - termasuk AS - sekarang masing-masing melaporkan lebih dari 1.000 kasus COVID-19, yang disebabkan oleh virus corona yang telah menginfeksi hampir 120.000 orang di seluruh dunia dan membunuh lebih dari 4.000 jiwa.
Kondisi itu tentu mengakibatkan pasar modal bergejolak. Maklum saja, perekonomian China yang melambat akibat wabah virus corona membuat perekonomian global terancam melambat, begitu juga dengan perekonomian Indonesia. China merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua dan Amerika Serikat merupakan yang pertama.
Jika Negeri Paman Sam juga mengalami pelambatan ekonomi karena wabah virus corona, maka dampaknya akan buruk ke perekonomian global. Akibatnya sentimen pelaku pasar kembali memburuk, bursa saham kembali ke zona merah.
Reksadana Pendapatan Tetap Dominasi Return Harian
Kondisi bursa saham yang masih diwarnai gejolak yang cukup tinggi, membuat kinerja reksadana yang berbasiskan saham dalam portofolionya turut mengalami tekanan.
Berdasarkan data Bareksa, pada perdagangan kemarin indeks reksadana saham dan indeks reksadana campuran masing-masing merosot 1,29 persen dan 0,8 persen.
Adapun indeks reksadana pasar uang tidak berubah alias 0 persen dan hanya indeks reksadana pendapatan tetap yang mampu menguat tipis 0,06 persen.
Sumber: Bareksa
Jika dilihat lebih rinci pun, berdasarkan reksadana yang dijual di Bareksa,10 besar produk reksadana dengan imbal hasil (return) harian tertinggi pada perdagangan kemarin dihuni oleh produk reksadana yang berbasiskan surat utang tersebut.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Sementara reksadana pendapatan tetap adalah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari asetnya dalam bentuk efek utang atau obligasi. Obligasi atau surat utang ini bisa yang diterbitkan oleh perusahaan (korporasi) maupun obligasi pemerintah.
Tujuannya untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. Risikonya relatif lebih besar daripada reksadana pasar uang tetapi lebih moderat dibandingkan saham sehingga cocok untuk jangka waktu 1 sampai 3 tahun.
Sesuai dengan karakternya, reksadana pendapatan tetap ini memiliki tingkat pengembalian hasil yang stabil karena memiliki aset surat utang atau obligasi yang memberikan keuntungan berupa kupon secara rutin.
Dalam jangka pendek dan menengah, nilai aktiva bersih (NAB) dari reksa dana pendapatan tetap cenderung naik stabil dan tidak banyak berfluktuasi (naik-turun). Karena itu, reksadana ini cocok untuk investor bertipe konservatif (risk averse).
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.