BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Investor Domestik Panik saat Yield Surat Utang AS Naik, Kenapa?

31 Januari 2018
Tags:
Investor Domestik Panik saat Yield Surat Utang AS Naik, Kenapa?
eorang karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Senin (29/1). IHSG pada perdagangan Senin ditutup menguat 20 poin atau 0,3 persen dibanding penutupan kemarin dan kembali mencetak rekor baru di level 6.680, kendati investor asing mencatatkan jual bersih. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Penurunan IHSG membuka peluang investor untuk memperoleh saham bagus pada harga murah

Bareksa.com – Kenaikan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun hingga sempat menyentuh 2,7 persen memicu kekhawatiran investor saham di pasar domestik. Meningkatnya yield surat utang AS juga dikhawatirkan membuat investor asing di pasar surat utang emerging market mengalihkan dananya ke surat utang AS.

Pada penutupan perdagangan hari ini, IHSG melemah 1,58 persen menjadi 6.575 dari 6.680 pada penutupan kemarin. Pelemahan ini seiring penantian pelaku pasar terkait keputusan dan rapat terakhir yang akan dilakukan oleh Gubernur The Fed Janet Yellen pada 30-31 Januari menjelang pengambilalihan kekuasaan oleh Jerome Powell pada Februari nanti.

Analis Lotus Andalan Sekuritas, Krishna Dwi Setiawan mengungkapkan, sejak akhir November 2017 hingga Januari 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah tumbuh hampir 700 poin. Secara teknis, pertumbuhan yang cepat tersebut membuat investor saham mudah panik.

Promo Terbaru di Bareksa

“Investor ingin segera merealisasikan profit-nya,” kata dia di Jakarta, Senin, 30 Januari 2018.

Hal tersebut membuat IHSG cenderung rawan terkoreksi. Di samping itu, kenaikan yield AS menjadi pemicu pelemahan indeks. (Baca Pasca Tembus Rekor Baru 6.680, IHSG Dibayangi Aksi Profit Taking)

Setelah yield obligasi AS 10 tahun mencapai level tertingginya sejak 2014, pelaku pasar percaya hal ini dapat membuat keuntungan korporasi AS bakal turun. Selama ini, obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun menjadi acuan (benchmark) untuk pinjaman dana korporasi di AS.

“Sehingga cost untuk meminjam akan lebih mahal. Apabila cost lebih mahal maka profit korporasi bisa turun,” terangnya.

Peningkatan yield surat utang AS juga membuat pelaku pasar domestik khawatir kondisi itu akan membuat investor asing di surat utang Indonesia mengalihkan dananya ke AS. Sejauh ini, hal tersebut masih menjadi kekhawatiran, belum tampak terealisasi. (Baca 5 Faktor Pendongkrak Yield Obligasi Membaik Jadi 6,14 Persen)

Dia mengatakan, apabila hal tersebut terjadi, maka IHSG bisa turun lebih dalam. Karena apabila asing sampai keluar dari instrumen investasi paling aman di Indonesia, yakni surat utang pemerintah, maka pasar saham akan lebih terguncang.

“Saya lebih takut kalo asing sampai keluar dari obligasi,” kata dia. (Baca Yield Obligasi Mulai Premium, Waktu Tepat untuk Profit Taking?)

Kepemilikan asing di surat utang pemerintah Indonesia cenderung stabil. Sesuatu yang selama ini stabil kemudian berubah akan membuat kondisi mengerikan.

Menurut dia, selama ini investor sudah menyadari bahwa IHSG sudah tumbuh sangat cepat. Indeks beberapa kali menguat hingga 100 poin, jadi saat IHSG akhirnya mengalami penurunan hingga sekitar 100 poin, dia menilai hal tersebut wajar.

Kemudian, investor juga harus mulai berani move on dari kondisi sekarang. Jangan sampai pelaku pasar terpaku pada indeks saham yang terus naik.

Untuk bulan depan, investor perlu melihat perkembangan arah dana asing di surat utang. Apabila investor asing masih nyaman menyimpan dananya di surat utang negara (SUN), maka investor tidak perlu khawatir.

Sementara itu, saat terjadi pelemahan indeks saham, investor harus mulai menjaga arus kasnya. Penurunan indeks saham membuka peluang investor untuk memperoleh saham bagus pada harga murah.

Katalis Positif

Krishna mengatakan, ekonomi makro Indonesia tahun ini diproyeksikan lebih baik dari tahun lalu. Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2018 dapat mencapai 5,25-5,3 persen, lebih baik dari tahun lalu sebesar 5,1 persen. (Lihat Schroders : Banyak Katalis Positif, Investor Asing Akan Kembali Ramaikan IHSG)

Sementara itu, pandapangan positif juga datang dari institusi global. Perusahaan pemeringkat global, Fitch Ratings sudah menaikkan peringkat utang Indonesia akhir tahun lalu. Hal tersebut diharapkan dapat diikuti oleh perusahaan pemeringkat lainnya.

Ekonomi Indonesia juga sangat terbantu oleh kenaikan harga komoditas yang menjadi andalan ekspor komoditas Indonesia. Hal itu membuat penerimaan pajak dari sektor komoditas meningkat.

Dalam waktu dekat, ada pula event internasional besar, seperti pagelaran Asian Games. Kegiatan tersebut akan membuat pemerintah akan menjaga stabilitas negara di berbagai sisi dengan berbagai cara.

IHSG pada Februari diperkirakan akan berada pada kisaran 6.300-6.600. “Berada pada level sekarang sudah cukup bagus,” katanya.

Sektor yang menarik diperhatikan oleh investor adalah perbankan, komoditas dan konstruksi. Untuk sektor perbankan, dia menilai sektor tersebut merupakan cerminan dari ekonomi Indoneisa. Sehingga, apabila perekonomian Indonesia bagus maka kinerja perbankan juga akan bagus. (hm)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua