Ini Alasan Bahana Sekuritas Simpulkan Daya Beli Masyarakat Mulai Membaik
Saham sektor konsumer potensial dilirik
Saham sektor konsumer potensial dilirik
Bareksa.com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga semester I 2017 belum menunjukkan geliat yang optimal. Lemahnya daya beli masyarakat membuat konsumsi rumah tangga sebagai pendorong utama perekonomian tidak mampu menggerakkan roda pertumbuhan ekonomi.
Ada beberapa faktor yang membuat konsumsi masyarakat cukup rendah meskipun ada faktor musiman Lebaran pada semester lalu, di antaranya reformasi subsidi khususnya di sektor energi serta kericuhan politik menjelang dan setelah Pilkada DKI Jakarta.
Pada awal tahun ini pemerintah telah memangkas subsidi listrik dengan menaikkan tarif untuk sebagian kelas masyarakat, sehingga saat ini masyarakat bawah mengeluarkan sekitar dua kali lipat untuk biaya listrik dibanding sebelumnya.
Promo Terbaru di Bareksa
Dalam hal mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) pemerintah tengah berupaya mengurangi ketergantungan masyarakat menggunakan RON88 atau BBM subsidi, menjadi pengguna Pertalite (non-subsidi) yang harganya saat ini sekitar 10 – 15 persen lebih tinggi dari harga BBM subsidi. Sehingga secara tidak langsung, hal ini juga turut mempengaruhi daya beli masyarakat kelas bawah.
Menurut Plt Kepala Riset dan Strategis Bahana Sekuritas, Henry Wibowo, kebijakan pemerintah mengurangi subsidi dalam jangka pendek mengurangi daya beli masyarakat. Namun untuk kepentingan jangka panjang, pengurangan subsidi akan berdampak positif bagi kesehatan fiskal Indonesia, karena dana tersebut dapat dialokasikan lebih baik untuk biaya pengembangan infrastruktur negara.
''Di sisa tahun ini, hingga tahun depan, kami optimistis daya beli masyarakat secara perlahan akan pulih kembali, '' ungkap Henry, Senin, 11 September 2017.
Penjualan Sepeda Motor
Data peningkatan penjualan sepeda motor nasional pada Juni hingga Juli 2017 yang tumbuh 11 persen dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi salah satu bukti bahwa daya beli masyarakat sudah mulai membaik.
Sebab dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018, pemerintah mengalokasikan sekitar Rp 103 triliun untuk subsidi energi atau naik sekitar 14 persen dibanding alokasi subsidi energi pada tahun ini sekitar Rp 90 triliun. Artinya pemerintah belum memiliki rencana untuk menaikkan harga BBM subsidi maupun listrik untuk tahun depan.
Hal lainnya yang bakal membantu kenaikan daya beli masyarakat adalah semakin stabilnya pemulihan harga batu bara di pasar internasional. Pasar menilai kenaikan harga batu bara yang tengah terjadi saat ini sudah semakin stabil, sehingga perusahaan-perusahaan yang terkait dengan batu bara sudah akan mulai ekspansi target produksi dalam waktu dekat.
Kenaikan Harga Batu Bara dan Sektor Konsumsi
Bahana memperkirakan acuan harga batu bara Newcastle akan berada di kisaran US$70 - 75 per ton hingga tahun depan. Kenaikan harga batu bara yang merangkak naik di atas US$ 50 per ton sudah mulai terjadi secara konsisten sejak kuartal ketiga 2016.
Dengan ekspektasi time lag satu tahun, dampak dari kenaikan harga batu bara terhadap konsumsi akan mulai terlihat pada kuartal tiga tahun ini.
Bahana merekomendasi beli untuk saham yang berhubungan dengan sektor konsumen seperti perusahaan ritel PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dengan target harga Rp 8.300 dan PT Ramayana Lestari Tbk (RALS) dengan target harga Rp 1.430 per saham.
Kemudian produsen rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dengan target harga Rp 79.000, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dengan target harga Rp 3.030, serta PT Astra International Tbk (ASII) dengan target harga Rp 10.000 per saham.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.