BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Implementasi Auto Reject Simetris Sudah Telan Korban, Ini Daftarnya

03 Januari 2017
Tags:
Implementasi Auto Reject Simetris Sudah Telan Korban, Ini Daftarnya
Seorang karyawan melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Setidaknya ada enam saham yang penurunannya lebih dari 10 persen

Bareksa.com ­– Hari pertama perdagangan saham tahun 2017 bersamaan dengan berlakunya aturan baru auto rejection, yakni penolakan otomatis oleh sistem apabila harga melebihi persentase harian tertentu. Aturan baru berdasarkan keputusan direksi BEI dengan Nomor Kep-00113/BEI/12-2016 perihal peraturan nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas ini pun langsung berdampak negatif bagi sejumlah saham yang mengalami penurunan signifikan.

Batasan auto rejection yang baru menggunakan skema simetris, artinya batasan terbesar persentase peningkatan sama dengan persentase penurunan sesuai dengan fraksi harganya. Hal itu berbeda dengan yang sebelumnya berlaku, di mana penurunan saham emiten paling besar hanya 10 persen untuk fraksi harga manapun. Aturan baru ini memungkinkan pergerakan harga saham lebih fluktuatif, karena batas penurunan lebih besar dari yang sebelumnya berlaku.

Setidaknya, ada enam saham yang mulai merasakan auto rejection simetris hingga penutupan perdagangan sesi I hari ini. Saham-saham tersebut antara lain, PT Atlas Resources Tbk (ARII), PT Duta Putra Utama Makmur Tbk (DPUM), PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK), PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ), PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA), dan PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB).

Saham ARII jadi top loser sejak perdagangan awal tahun dibuka. Berada pada level Rp520 di akhir tahun 2016, saham ARII langsung merosot 25 persen ke level Rp390 atau turun 130 poin. Sementara saham DPUM turun 22,9 persen atau 150 poin dari penutupan perdagangan akhir tahun Rp655 menjadi Rp505.

Korban auto rejection simetris selanjutnya adalah SRAJ. Saham SRAJ mengalami penurunan 14,75 persen dalam setengah hari perdagangan awal tahun. Pada akhir tahun 2016, saham SRAJ berada pada posisi Rp224 dan hingga penutupan perdagangan sesi I awal tahun ini berada pada Rp208 atau turun 36 poin.

Lihat juga saham RMBA. Saham perusahaan rokok ini mengalami penurunan 13,22 persen atau 64 poin dari Rp484 menjadi Rp420 per saham. Dan korban terakhir auto rejection simetris sampai perdagangan sesi I awal tahun adalah BBYB yang turun 11,87 persen atau 52 pon ke level Rp386 dari sebelumnya Rp438.

Sebagai informasi, keputusan direksi BEI mengenai auto rejection baru dikeluarkan pada 13 Desember 2016 dan telah dilakukan pengujian sistem (mock trading) pada 17 Desember 2016. Berdasarkan keputusan baru ini, maka saham dalam fraksi harga Rp50-Rp200 bisa naik dan turun hingga 35 persen, harga saham Rp200-Rp5.000 bisa naik dan turun 25 persen, adapun fraksi harga terbesar, yakni di atas Rp5.000 bisa naik atau turun 20 persen. (hm)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.385,6

Up0,21%
Up4,12%
Up7,77%
Up8,02%
Up19,27%
Up38,33%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,56

Up0,20%
Up4,14%
Up7,20%
Up7,44%
Up2,99%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.085,51

Up0,57%
Up4,03%
Up7,67%
Up7,80%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.854,58

Up0,55%
Up3,90%
Up7,24%
Up7,38%
Up17,49%
Up40,84%

Insight Renewable Energy Fund

2.288,82

Up0,81%
Up4,14%
Up7,41%
Up7,53%
Up19,89%
Up35,81%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua