IHSG Tutup di Bawah 5.000, Rupiah 12.180/$ Terlemah Sejak Jokowi Dilantik
Investor khawatir pemerintah akan kembali menunda kenaikan harga BBM bersubsidi.
Investor khawatir pemerintah akan kembali menunda kenaikan harga BBM bersubsidi.
Bareksa.com - Indeks saham merosot di bawah level 5.000 dan nilai tukar rupiah melemah hingga Rp12.180 per dolar -- level terendah setelah pelantikan Presiden Joko Widodo. Fenomena mengkhawatirkan ini terjadi akibat kekhawatiran investor soal penundaan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak bersubsidi. Ditambah lagi, Bank Sentral Eropa akan kembali menambah stimulus ekonomi sehingga mendorong penguatan dolar Amerika.
Sejumlah demonstrasi menolak rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi mewarnai pemberitaan hari ini, Jumat 7 November 2014. Dikutip Tempo, Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Solo F.X. Hadi Rudyatmo bahkan terang-terangan meminta Presiden Jokowi menunda rencana pengurangan dana subsidi BBM itu.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta melihat kekhawatiran investor lebih dikarenakan pelemahan nilai tukar rupiah akibat menguatnya dollar index. Kenaikan dollar index itu dipicu kebijakan Bank Sentral Eropa (European Central Bank, ECB) yang bersiap secara lebih agresif menggelontorkan lebih banyak dana stimulus untuk mendorong pemulihan ekonomi di kawasan itu.
Promo Terbaru di Bareksa
Pelemahan rupiah dikhawatirkan bakal semakin memperparah defisit anggaran akibat volume impor minyak mentah masih tinggi. Jadi, walaupun harga minyak dunia turun, tetap tidak sanggup mengimbangi efek pelemahan rupiah.
Lana Soelistianingsih, ekonom senior Samuel Asset Management, menilai saat harga minyak dunia turun ke level $80 per barel, dana subsidi BBM hanya akan berkurang sebesar Rp5 triliun. Di sisi lain, setiap pelemahan rupiah sebesar Rp100 per dolar maka terjadi pembengkakan anggaran sebesar Rp3 triliun. Dengan asumsi nilai tukar rupiah di APBN 2014 dipatok Rp11.600 per dolar, maka jika rupiah melemah hingga Rp12.180 per dolar, defisit anggaran menggelembung sebesar Rp18 triliun.
"Jika dijumlahkan kita masih mengalami tambahan defisit Rp13 triliun," ujar Lana kepada Bareksa.com.
Tekanan pada rupiah itu tak pelak memelorotkan harga saham maupun obligasi.
IHSG anjlok 0,93 persen menjadi 4.987,42 dengan nilai penjualan bersih investor asing mencapai Rp183 miliar. Keanjlokan ini dipimpin saham-saham blue chip seperti TLKM, INTP dan BBCA yang masing-masing drop 3,51 persen, 2,87 persen dan 2,12 persen. Investor asing paling banyak melakukan penjualan bersih pada saham TLKM, mencapai Rp248 miliar.
Harga obligasi juga merosot terutama untuk obligasi jangka panjang. Menurut data IBPA, yield obligasi tenor 20 tahun (FR0068) naik 6,43 basis poin menjadi 8,46 persen. (kd)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.