Reli Belum Berakhir, Ini 5 Alasan Prediksi Harga Emas Bisa Tembus US$4.800 di 2030
Reli itu, sebab emas masih memiliki banyak dukungan, sehingga harga logam mulia dianggap belum mencapai puncaknya
Reli itu, sebab emas masih memiliki banyak dukungan, sehingga harga logam mulia dianggap belum mencapai puncaknya
Bateksa.com - Reli harga emas dinilai belum berakhir. Harga logam kuning bahkan diprediksi bisa menembus hingga US$4.800 pada 2030, dari harga emas spot pagi ini, Senin (21/10) di level 2.724. Reli itu, sebab emas masih memiliki banyak dukungan, sehingga harga logam mulia dianggap belum mencapai puncaknya.
Dilansir Kitco News (17/10), Ronnie Stoeferle, Managing Partner di Incrementum menyatakan di berbagai mata uang dunia, harga emas mencatatkan kinerja mengesankan. “Dalam periode 9 bulan pertama tahun ini, harga emas masing-masing naik 28,1%, 27,2% dan 28,3% di mata uang dolar Amerika Serikat, euro dan franc Swiss,” dia mengungkapkan.
Dengan kinerja cemerlang ini, muncul pertanyaan, apakah harga emas sudah mencapai puncaknya? Sehingga muncul kekhawatiran apakah harga emas sudah bubble seperti pada awal 1980-an, sehingga potensi koreksi tajam akan segera terjadi? “Saya tidak percaya itu terjadi. ada alasan kuat mengapa harga emas sebenarnya tidak dinilai terlalu tinggi,” dia menjelaskan.
Promo Terbaru di Bareksa
Harga Emas Hari Ini, Senin (21/10/2024)
Emas | Harga Beli Emas Hari Ini |
Emas spot | 2.724,01 per ounce |
Emas Treasury | Rp1.401.180 per gram |
Emas Pegadaian | Rp1.406.000 per gram |
Emas Indogold | RpRp1.387.000 per gram |
Emas Antam | Rp1.514.000 per gram |
Sumber: Bareksa Emas, harga-emas.org, emas spot per pukul 13:10 WIB
Pertama, meskipun logam kuning tersebut diperdagangkan di atas US$2.675 per ons di pasar spot, namun ketika disesuaikan dengan inflasi, harga emas masih belum mencapai titik tertinggi sepanjang masa.
“Sejak Desember 2023 dalam dolar AS dan Oktober 2023 dalam euro, harga emas telah mengejar titik tertinggi sepanjang masa demi satu titik tertinggi. Sulit untuk membayangkan sekarang harga emas gagal beberapa kali menembus angka US$2.000 selama hampir empat tahun, mengingat bahwa emas sudah naik lebih dari 30% menjadi lebih dari US$2.600 dalam waktu kurang dari enam bulan. Namun, setelah disesuaikan dengan inflasi, harga emas akhir bulan masih di bawah level rekornya US$2.646 yang ditetapkan pada Januari 1980, Oleh karena itu, kekhawatiran bahwa situasi saat ini mungkin sudah tidak kondusif tidak berdasar,” dia mengatakan.
Kedua, indikasi positif lain harga emas bisa naik lebih lanjut adalah bahwa reli saat ini jauh lebih stabil dan berkelanjutan daripada yang terlihat pada akhir 1970-an. “Perlu dicatat metode penghitungan inflasi telah berubah secara signifikan selama lebih dari empat dekade. Berdasarkan metode penghitungan yang digunakan pada 1970-an, inflasi dalam 40 tahun berikutnya akan jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan sekarang, dan begitu pula dengan harga emas tertinggi sepanjang masa yang disesuaikan dengan inflasi,” catat Stoeferle.
“Biro Statistik Tenaga Kerja AS, yang bertanggung jawab untuk menghitung indeks harga konsumen (CPI), mencantumkan tiga revisi inflasi utama sejak 1980 dan penyesuaian yang lebih kecil yang tak terhitung jumlahnya. Perhitungan sekarang menunjukkan perbedaan sekitar 8 poin persentase dibandingkan 1980,” dia mengungkapkan.
Ketiga, penurunan suku bunga, yang berfungsi untuk mendongkrak harga emas. Pada 18 September lalu, di tengah spekulasi yang intens, Bank Sentral AS Federal Reserve memangkas suku bunga untuk pertama kalinya sejak akhir Juli 2019. Secara mengejutkan The Fed memangkas bunga cuan 0,5%. “Terakhir kali Federal Reserve memangkas suku bunga 0,5% adalah pada Januari 2001 dan September 2007 di tengah gejolak ekonomi,” ungkapnya.
Dia mengatakan siklus pemotongan suku bunga saat ini seharusnya dapat mendongkrak harga emas sekali lagi. “Itulah yang terjadi pada masing-masing dari tiga fase pemotongan suku bunga sejak pergantian milenium,” kata dia.
Pada awal 2000-an, harga emas naik dari US$270 menjadi sekitar US$420, atau hampir 60%, selama siklus pemotongan suku bunga menyusul pecahnya gelembung dot-com. Pada tahun-tahun pemotongan suku bunga menyusul krisis keuangan global 2007/2008, harga emas melonjak dari sekitar US$660 menjadi sekitar US$1.600, atau lebih dari 140%. Kemudian, pada fase pemangkasan suku bunga di 2019-2020 akibat perlambatan ekonomi AS, sengketa dagang antara AS dan Tiongkok dan pandemi Covid-19 yang terjadi segera setelahnya, mengakibatkan emas naik lebih dari sepertiga dari US$1.400 menjadi sekitar US$1.900.
Keempat, yang mendukung reli emas yang berkelanjutan adalah secara paradoks, permintaan yang lemah, khususnya dari investor swasta dan profesional. “Permintaan emas tetap sangat lemah di kalangan investor swasta dan profesional, khususnya di Amerika Utara dan Eropa,” tulis Stoeferle.
Survei Bank of America pada 2023 menemukan 71% investor telah menginvestasikan tidak lebih dari 1% dari portofolio mereka dalam bentuk emas. Sebanyak 27% lainnya memegang antara 1% dan 5%. Penurunan bobot emas yang signifikan juga tercermin dalam perkembangan kepemilikan exchange traded fund (ETF) global, khususnya di Amerika Utara dan Eropa.
Stoeferle menambahkan ETF global hanya mengalami arus masuk selama beberapa bulan dan dengan total 3.200 ton, kira-kira berada di level yang sama seperti sebelum merebaknya pandemi Covid-19, tetapi jauh di bawah puncaknya yang hampir 4.000 ton pada Oktober 2020 selama pandemi dan pada Maret 2022, tepat setelah perang di Ukraina dimulai.
“Sementara permintaan ETF dari Asia sedikit positif setiap bulan dalam beberapa kuartal terakhir, kepemilikan ETF Eropa hanya mampu membalikkan kerugian jangka panjang mereka kembali ke wilayah positif pada bulan Mei. Namun, pada September, arus keluar kembali mendominasi. Di AS, kepemilikan ETF meningkat untuk bulan ketiga berturut-turut pada bulan September, setelah naik turun pada kuartal sebelumnya di mana bulan-bulan dengan arus keluar bersih mendominasi. Karena itu, kepemilikan ETF harus mengejar ketertinggalan yang sangat besar,” ungkapnya.
Kelima, harga emas memiliki ruang untuk bergerak adalah lingkungan geopolitik saat ini, yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda dalam waktu dekat. “Perang di Ukraina kini telah berkecamuk selama lebih dari 2,5 tahun, dan situasi di Timur Tengah juga semakin memanas pada akhir September sebagai akibat dari serangan besar-besaran Israel terhadap kader-kader terkemuka Hizbullah dan invasi pasukan darat ke Lebanon. Bahaya terjadinya konflik besar terus mengancam seperti pedang Damocles di kedua wilayah konflik ini,” kata dia.
Memburuknya situasi geopolitik tercermin dalam neraca bank-bank sentral, Pembelian emas besar-besaran oleh bank-bank sentral sejak 2009 dan kenaikan harga emas telah menyebabkan pangsa logam mulia dalam cadangan internasional global meningkat sehingga merugikan mata uang. “Ini berarti bahwa emas sekarang berada di peringkat kedua di antara aset cadangan bank-bank sentral,” dia menyatakan.
Investasi Emas di Bareksa Emas
Untuk diketahui, saat ini negara-negara melalui bank sentralnya sedang ramai-ramai memborong emas guna mengantisipasi risiko ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global. Kamu juga ingin mengoleksi emas batangan? Salah satu cara mudah investasi emas adalah dengan memanfaatkan fitur Bareksa Emas yang tersedia di Bareksa.
Kamu bisa berinvestasi emas dari manapun dan kapanpun. Dalam menyediakan fitur Bareksa Emas, Bareksa bekerja sama dengan Pegadaian, Treasury, dan Indogold. Bareksa Emas sebagai alternatif pilihan investor untuk memiliki emas fisik yang bisa dibeli secara digital atau emas online.
Mitra pengelolaan emas di Bareksa Emas yaitu Treasury berlisensi sebagai pedagang emas digital dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka dan Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan. Sementara Pegadaian dan Indogold juga memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Investasi emas secara online bukan berarti tidak ada wujudnya. Sekarang, setelah membeli emas digital di Bareksa Emas, Smart Investor juga bisa memiliki wujud fisiknya yang diantar langsung ke rumah dengan fitur Cetak Fisik.
Emas batangan yang tersedia di Bareksa Emas adalah emas murni dengan kadar 99,99%. Smart Investor dapat memilih emas Antam ataupun emas UBS untuk Tarik Fisik di Bareksa Emas. Jangan tunda lagi, terus tingkatkan investasi emas kamu dan raih potensi keuntungannya.
(AM)
***
Ingin investasi emas dan reksadana di Bareksa?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Fitur Bareksa Emas dikelola oleh PT Bareksa Inovasi Digital, berkerja sama dengan Mitra Emas berizin.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.