Emas Salah Satu Penyebab Popularitas Dolar AS Mulai Memudar, Kamu Sudah Koleksi?
Pangsa pasar dolar AS dalam cadangan mata uang dunia turun 14%, dari sebelumnya 72% di 2022 menjadi 58% di 2024
Pangsa pasar dolar AS dalam cadangan mata uang dunia turun 14%, dari sebelumnya 72% di 2022 menjadi 58% di 2024
Bareksa.com - Emas jadi salah satu penyebab popularitas dolar Amerika Serikat (AS) sebagai cadangan mata uang dunia mulai memudar, selain kebijakan negara-negara anggota BRICS. Karena itulah, bank sentral negara-negara di dunia beramai-ramai memborong emas dalam beberapa tahun terakhir. Mampukah emas menghadapi hegemoni dolar AS?
Dilansir Kitco News (13/8), data Atlantic Council menyebut pangsa pasar dolar AS dalam cadangan mata uang dunia turun 14%, dari sebelumnya 72% di 2022 menjadi 58% di 2024. “Dolar AS telah menjadi mata uang cadangan terkemuka dunia sejak Perang Dunia II. Saat ini, dolar mewakili 58% dari nilai kepemilikan cadangan devisa di seluruh dunia. Euro, di posisi kedua mencakup 20% dari kepemilikan cadangan devisa dunia,” ungkap laporan itu.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak invasi Rusia ke Ukraina dan eskalasi penggunaan sanksi keuangan oleh Kelompok Tujuh (G7), beberapa negara telah mengisyaratkan niat mereka untuk melakukan diversifikasi dari dolar AS. Gerakan dedolarisasi telah meningkat beberapa tahun terakhir, dan tren ini dipercepat dengan pertumbuhan BRICS.
Promo Terbaru di Bareksa
Harga Emas Hari Ini, Kamis (15/8/2024)
Emas | Harga Beli Emas Hari Ini |
Emas spot | US$2.454,16 per ounce |
Emas Treasury | Rp1.262.235 per gram |
Emas Pegadaian | Rp1.318.000 per gram |
Emas Indogold | RpRp1.70.000 per gram |
Emas Antam | Rp1.414.000 per gram |
Sumber: Bareksa Emas, harga-emas.org, emas spot per pukul 11.44 WIB
Dalam 24 bulan terakhir, negara-negara anggota BRICS yang meliputi Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan yang baru-baru ini menambahkan Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab, serta Arab Saudi yang sedang mempertimbangkan untuk bergabung, telah secara aktif mempromosikan penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan dan transaksi mereka.
Dalam periode yang sama, China telah memperluas sistem pembayaran alternatifnya kepada para mitra dagangnya dan berupaya meningkatkan penggunaan yuan secara internasional, “Proyek ini membuat BRICS menjadi tantangan potensial bagi status dolar karena niat masing-masing anggota untuk lebih banyak berdagang dalam mata uang nasional dan meningkatnya pangsa BRICS dalam PDB global. Di antara mata uang negara anggota BRICS, yuan berpotensi untuk bersaing dengan dolar sebagai mata uang perdagangan dan cadangan dunia.” ungkap peneliti Atlantic Council dalam laporannya.
Meskipun yuan merupakan ancaman terbesar bagi posisi dolar AS, namun kesulitan yang dialami Negara Panda akhir-akhir ini, seperti pasar real estate yang ambruk, telah mengakibatkan yuan kehilangan sebagian kekuatannya terhadap dolar AS dalam cadangan mata uang asing. “Pada kuartal terakhir 2023, pangsa renminbi dalam cadangan mata uang asing global turun menjadi 2,3% dari puncaknya 2,8% pada 2022,” sebut laporan itu.
Berdasarkan enam kualitas penting mata uang cadangan yang diidentifikasi oleh Atlantic Council, euro dianggap paling cocok untuk menjadi mata uang cadangan dunia di belakang dolar AS, diikuti oleh yuan.
Bank Sentral Ramai-ramai Borong Emas
Sementara mata uang lain berjuang untuk bisa menguat melawan dolar AS, Atlantic Council mencatat ada satu komoditas yang sangat digemari oleh negara-negara anggota BRICS, yakni emas. Negara-negara berkembang telah telah mendorong lonjakan pembelian emas baru-baru ini. “Sejak 2018, semua negara anggota BRICS meningkatkan kepemilikan emas di tingkat yang lebih cepat dari negara-negara lain di dunia, meskipun harganya sedang tinggi,” ungkap laporan itu.
Para peneliti Atlantic Council mengungkapkan porsi emas dalam portofolio cadangan internasional mulai meningkat pada 2019 dan naik pesat setelah dimulainya pandemi, dari sebelumnya 10% menjadi hampir 16% saat ini. Bank-bank sentral saat ini secara kolektif memegang lebih dari 35.000 ton emas, hampir 20% dari semua emas yang pernah ditambang.
Alasan bank-bank sentral negara berkembang membeli emas adalah untuk mengantisipasi risiko geopolitik, lindung nilai terhadap inflasi dan dianggap sebagai aset safe haven, terutama di saat-saat kemerosotan ekonomi. Emas telah mempertahankan nilainya selama berabad-abad dan tidak menanggung risiko kredit apa pun, serta memberikan lindung nilai terhadap perubahan nilai dolar AS, Pembuatan perhiasan juga jadi pendorong utama naiknya permintaan emas.
"Emas juga digunakan sebagai alat investasi oleh agen non-institusional dalam bentuk batangan, koin dan exchange traded fund (ETF),” kata laporan tersebut.
Bank-bank sentral meningkatkan permintaan mereka terhadap emas sejak 2022. Kenaikan ini bertepatan tidak hanya dengan invasi Rusia ke Ukraina, tetapi juga dengan lonjakan inflasi di seluruh dunia, kekuatan dolar dan meningkatnya ketidakpastian geopolitik. Hampir sepertiga dari semua bank sentral dunia berencana untuk meningkatkan cadangan emas mereka pada 2024.
Laporan bulan Juni 2024 oleh IMF menguatkan hasil riset Atlantic Council, yang menemukan ada penurunan bertahap yang berkelanjutan porsi dolar dalam alokasi cadangan devisa bank sentral dan pemerintah negara-negara di dunia. Yang mengejutkan, berkurangnya peran dolar AS selama dua dekade terakhir tidak diimbangi oleh peningkatan porsi mata uang empat besar lainnya seperti euro, yen dan poundsterling.
Laporan IMF juga menyebut meningkatnya minat terhadap emas oleh bank-bank sentral menyusul sanksi keuangan yang dijatuhkan AS kepada Rusia setelah negara itu menginvasi Ukraina. Permintaan emas oleh bank-bank sentral untuk merespons ketidakpastian kebijakan ekonomi dan risiko geopolitik global. “Faktor-faktor ini mungkin menjadi penyebab akumulasi emas lebih lanjut oleh sejumlah bank sentral negara berkembang,” ungkap laporan itu.
Investasi Emas di Bareksa Emas
Negara ramai-ramai memborong emas guna mengantisipasi risiko ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global. Kamu juga ingin mengoleksi emas batangan? Salah satu cara mudah investasi emas adalah dengan memanfaatkan fitur Bareksa Emas yang tersedia di Bareksa.
Kamu bisa berinvestasi emas dari manapun dan kapanpun. Dalam menyediakan fitur Bareksa Emas, Bareksa bekerja sama dengan Pegadaian, Treasury, dan Indogold. Bareksa Emas sebagai alternatif pilihan investor untuk memiliki emas fisik yang bisa dibeli secara digital atau emas online.
Mitra pengelolaan emas di Bareksa Emas yaitu Treasury berlisensi sebagai pedagang emas digital dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka dan Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan. Sementara Pegadaian dan Indogold juga memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Investasi emas secara online bukan berarti tidak ada wujudnya. Sekarang, setelah membeli emas digital di Bareksa Emas, Smart Investor juga bisa memiliki wujud fisiknya yang diantar langsung ke rumah dengan fitur Cetak Fisik.
Emas batangan yang tersedia di Bareksa Emas adalah emas murni dengan kadar 99,99%. Smart Investor dapat memilih emas Antam ataupun emas UBS untuk Tarik Fisik di Bareksa Emas. Jangan tunda lagi, terus tingkatkan investasi emas kamu dan raih potensi keuntungannya.
(AM)
***
Ingin investasi emas dan reksadana di Bareksa?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Fitur Bareksa Emas dikelola oleh PT Bareksa Inovasi Digital, berkerja sama dengan Mitra Emas berizin.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.