Harga Emas Tetap Punya Risiko Penurunan, Ini Tips Diversifikasi Investasi
Penting bagi seorang investor untuk melakukan diversifikasi investasi
Penting bagi seorang investor untuk melakukan diversifikasi investasi
Bareksa.com - Harga emas baik di pasar internasional maupun dalam negeri tengah di fase tren kenaikan harga. Namun demikian, investor khususnya investor emas pemula baiknya tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Terlebih, sifat investasi emas merupakan untuk investasi jangka panjang.
Direktur PT Panin Asset Management (Panin AM), Rudiyanto menilai harga emas saat ini naik karena stimulus yang terus ditambah. Maka, begitu penambahan stimulus berhenti, kemungkinan momentum kenaikan harganya juga terhenti.
Sementara itu George Gero, Direktur Utama RBC Wealth Management seperti dikutip Bloomberg yang dilansir Kontan.co.id menyatakan "Saya tidak bisa memikirkan sesuatu yang lebih mendukung kenaikan harga emas selain suku bunga yang rendah dan berita utama terkait pandemi."
Promo Terbaru di Bareksa
Ia melanjutkan suku bunga rendah akan membuat dolar AS melemah, dan jika dolar melemah akan sangat membantu menopang harga emas karena membuatnya jauh lebih terjangkau.
Harga emas di pasar spot pada Kamis (30/7) pukul 14.11 WIB berada di level US$1,952,24 per ons troi, atau melemah 0,96 persen. Sementara harga emas berjangka Comex untuk pengiriman Desember 2020 melemah 0,31 persen ke level US$1.970,6 per ons troi.
Di sisi lain harga emas di dalam negeri khususnya yang keluaran Logam Mulia Antam pada hari ini, baik harga jual maupun harga pembelian kembali (buyback) mengalami kenaikan Rp3.000 per gram. Mengutip laman resmi Logam Mulia, harga satu gram emas Antam hari ini dipatok Rp1.016.000, dari sebelumnya Rp1.013.000 per gram pada kemarin (29/3/2020). Sementara itu harga pembelian kembali atau buyback emas Antam menjadi Rp913.000 per gram.
Tips Diversifikasi Investasi
Sebuah prinsip investasi menyebutkan, "don't put your eggs in one basket" atau, "Jangan meletakkan telur-telur Anda dalam satu keranjang." Salah satu kegunaan diversifikasi investasi ialah untuk mengurangi risiko investasi dari instrumen berikut jenis investasi yang Anda pilih.
Sebaiknya jangan menempatkan seluruh dana investasi (eggs/telur) Anda dalam satu jenis instrumen investasi (basket), karena jika instrumen investasi Anda (basket) jatuh, maka seluruh dana (eggs/telur) Anda akan turun nilainya (pecah).
Maka, tempatkanlah dana Anda dalam beberapa jenis instrumen investasi dengan melakukan diversifikasi. Tempatkanlah telur Anda dalam beberapa keranjang maka dengan begitu, jika salah satu keranjang investasi Anda jatuh, maka Anda masih memiliki cadangan keranjang investasi di tempat lain, yang harapannya dapat menopang keseluruhan jenis investasi Anda agar tidak jatuh nilainya secara keseluruhan.
Berikut tips agar Anda bisa menentukan bentuk-bentuk diversifikasi investasi, salah satunya di reksadana :
1. Tujuan Investasi
Investasi bisa dikatakan menyisihkan sejumlah "uang nganggur" atau idle money, untuk kebutuhan jangka panjang dan bukan merupakan uang yang digunakan untuk kebutuhan lainnya, apalagi kebutuhan sehari-hari. Di sisi lain pada kenyataannya, banyak orang yang ingin berinvestasi jangka pendek dengan tingkat likuiditas yang tinggi, namun mengharapkan tingkat imbal hasil yang optimal.
Sebagai gambaran, bagi Anda yang baru memulai investasi reksadana, maka sangat penting untuk menentukan tujuan investasi yang akan dicapai. Jika tujuan investasi jangka panjang, maka komposisi reksadana saham akan lebih tinggi dibandingkan dengan reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap, yang nilai imbal hasilnya tidak sebesar reksadana saham.
Tapi, jika tujuan investasi untuk jangka pendek hingga menengah, maka komposisi reksadana pasar uang dan pendapatan tetap akan lebih tinggi dibandingkan dengan reksadana saham, agar mampu tumbuh stabil dan likuiditas terjaga.
2. Kenali Karakter Risiko
Berkaitan dengan tujuan yang telah dipilih, profil risiko sangat menentukan komposisi pembagian investasi reksadana. Sebagai informasi, terdapat empat jenis kategori profil risiko yakni :
- Konservatif, profil risiko ini investor sangat mengutamakan keutuhan nilai pokok investasi dengan risiko fluktuasi yang sangat rendah, terutama untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bulanan. Komposisi yang tepat untuk profil risiko ini ialah reksadana pasar uang di kisaran antara 80 persen hingga 90 persen, kemudian sisanya pada reksadana pendapatan tetap antara 10 persen hingga 20 persen.
- Konservatif moderat, pada profil risiko ini, investor masih tetap mengutamakan tingkat keutuhan nilai pokok investasi, namun masih bersedia menerima fluktuasi investasi jangka pendek untuk mendapatkan hasil investasi yang lebih baik dibandingkan dengan produk perbankan. Komposisi yang tepat untuk profil risiko ini ialah 60 persen hingga 70 persen pada reksadana pasar uang, dan 30 persen hingga 40 persen pada reksadana pendapatan tetap.
- Moderat agresif, pada profil risiko ini, ciri utamanya adalah investor mulai berani mencoba alternatif untuk mendapatkan hasil investasi yang relatif tinggi, dan bersedia menerima risiko fluktuasi investasi yang juga relatif tinggi. Jenis profil risiko moderat agresif, komposisi yang tepat adalah 40 persen hingga 50 persen pada reksadana pasar uang atau reksadana pendapatan tetap, dan 50 persen hingga 60 persen pada reksadana campuran atau saham.
- Agresif, pada profil risiko ini, ciri utamanya ialah investor sangat mengutamakan hasil investasi yang tinggi dalam jangka panjang dan siap menerima tingginya risiko investasi. Jenis profil risiko agresif, komposisi yang tepat ialah 70 persen hingga 80 persen pada instrumen reksadana saham, dan 20 persen hingga 30 persen pada reksadana pendapatan tetap atau reksadana campuran.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(AM)
***
Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.