Harga Emas Naik Turun, Kapan Waktu Tepat untuk Investasi Logam Mulia?
Usahakan beli emas ketika harga sedang turun
Usahakan beli emas ketika harga sedang turun
Bareksa.com - Harga emas baik di pasar global maupun di dalam negeri, untuk ketiga kalinya dalam pekan ini kembali kompak mengalami penurunan. Dengan kondisi demikian, kapan kah waktu yang pas untuk membeli emas baik untuk diversifikasi investasi maupun menambah pundi-pundi emas?
Seperti dilansir Bisnis.com, di pasar global pada hari ini (26/8/2020), pada pukul 14.34 WIB, harga emas spot tercatat terkoreksi 0,53 persen ke level US$1.917,98 per troy ounce. Adapun, harga emas Comex kontrak Desember 2020 turun 0,09 persen menuju US$1.921,4 per troy ounce.
Sementara itu harga emas batangan di dalam negeri khususnya keluaran PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, pada hari ini turun Rp11.000 per gram menjadi Rp1.011.000 per gram. Menurut catatan Kontan.co.id, jika ditinjau dari tujuh hari lalu (19 Agustus 2020), harga emas Antam ini turun Rp47.000 per gram, dari harga sebelumnya Rp1.058.000.
Promo Terbaru di Bareksa
Di sisi lain harga pembelian kembali atau buyback emas Antam hari ini menjadi menjadi Rp907.000 per gram, turun Rp10.000 dibandingkan harga buyback kemarin.
Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting, Tejasari Assad mengatakan kenaikan harga emas yang sempat mengalami tren kenaikan harga, memang cukup menarik. Menurutnya, bagi investor emas khususnya pemula, untuk tidak terburu-buru memburu emas.
Ia berpendapat, harga emas di dalam negeri yang sempat menembus Rp1 juta per gram, bukanlah waktu yang kurang tepat dijadikan momentum untuk berinvestasi. Sebaliknya, ia menyampaikan, justru lebih baik masyarakat menunggu harga emas mereda dulu sebelum akhirnya nanti bisa naik lagi.
Tejasari menyampaikan satu hal yang perlu diingat jika seseorang ingin investasi emas adalah bahwa investasi emas itu sifatnya jangka panjang. Ia menggambarkan, kalau sekarang beli emas dengan harga tinggi, tapi justru pas jual dalam waktu dekat, harganya jualnya bisa saja tidak sama.
"Jadi usahakan beli ketika harga beli lagi turun," kata Tejasari kepada Bareksa beberapa waktu lalu.
Dua Harga Emas
Bagi yang ingin berinvestasi emas, sebaiknya juga perlu memperhatikan dua harga yang berlaku pada emas khususnya emas batangan. Yakni harga beli emas dan harga jual kembali atau buyback emas.
Jangan sampai, karena tidak memperhitungkan perbedaan dua harga tersebut, investor emas jadi salah menghitung potensi untung dan rugi. Kembali, adanya potensi selisih harga jual dan harga beli (spread), emas hanya cocok untuk investasi dalam jangka panjang.
Secara jangka panjang tentu kita berharap harga emas naik jauh lebih tinggi sehingga mampu menutup selisih harga beli dan harga buyback, sekaligus memberikan laba.
Potensi Ambles
CNBC Indonesia menyebutkan pergerakan harga emas tahun ini setelah mencapai rekor tertinggi di US$2.072,49 per troy ounce, kemudian langsung merosot. Tiga hari setelahnya, emas menyentuh level US$1.863,66 per troy ounce, ambles lebih dari 10 persen.
Pada 2011, setelah gagal kembali ke atas US$1.800 per troy ounce, emas akhirnya memulai tren penurunan sejak Oktober 2012. Dalam tren penurunan tersebut CNBC Indonesia mencatat, titik terendah yang dicapai yakni US$1.045,85 per troy ounce pada 3 Desember 2015.
Artinya, jika dilihat dari rekor tertinggi hingga ke level terendah tersebut, harga emas dunia ambrol 45,54 persen dalam tempo empat tahun. Maka, jika sejarah tersebut berulang, setidaknya pergerakan saat ini sudah sangat mirip, emas hingga saat ini belum mampu kembali ke atas US$2.000 per troy ounce. Sehingga, CNBC Indonesia menyimpulkan, ada risiko amblesnya harga emas di depan mata.
Dibandingkan beberapa tahun lalu, harga emas emas pada tahun ini juga dipengaruhi oleh dampak dari adanya pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Kantor berita ini juga menyimpulkan, nasib emas saat ini akan ditentukan si virus corona, apakah berhasil diredam, ataukah akhirnya vaksin ditemukan sehingga semua perlahan kembali normal, atau malah semakin mengganas yang dapat memicu resesi panjang.
Jika virus corona berhasil diredam bahkan dilenyapkan, perekonomian AS dan global tentunya perlahan akan bangkit. Sama seperti sebelumnya, The Fed atau Bank Sentral Amerika tentunya perlahan akan mengurangi quantitative easing (QE) hingga akhirnya dihentikan, dan selanjutnya suku bunga akan dinaikkan. Maka investor harus bersiap, risiko kemerosotan emas bisa terulang lagi.
Sebaliknya, jika virus corona masih 'menghantui' dunia hingga tahun depan, harga emas dunia berpotensi kembali terbang tinggi, sebab QE kemungkinan akan dipertahankan dalam waktu yang panjang.
Jadi, sudah bersiap untuk menambah dan atau memulai berinvestasi emas?
Bareksa Emas
Ingin juga melakukan investasi emas atau justru ingin diversifikasi investasi ke emas batangan? Nah, Jika tidak ingin repot membeli emas batangan atau logam mulia, bisa memanfaatkan fitur jual beli emas secara online kini sudah tersedia di BareksaEmas, yang bisa diakses melalui aplikasi Bareksa yang tersedia untuk ponsel (handset) berbasis iOS dan Android.
BareksaEmas, Bareksa telah bermitra dengan Indogold, yaitu pedagang emas online yang menyediakan fasilitas titipan. Indogold sudah mendapat izin OJK sebagai salah satu usaha pergadaian (untuk penitipan emas).
Selain itu, emas yang diperjualbelikan Bareksa melalui fitur BareksaEmas adalah logam mulia dengan kadar 99,99 persen yang diproduksi oleh ANTAM dan UBS. Emas batangan produksi ANTAM dan UBS sudah sering dijadikan alat investasi sehingga tidak perlu diragukan lagi keasliannya.
Sebagai tambahan informasi, BareksaEmas hadir bagi investor yang sudah terdaftar di Bareksa yang bisa membeli emas mulai dari ukuran 0,1 gram.
(AM)
***
Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.