BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Kongres AS Sahkan Kemenangan Joe Biden, Indeks Saham Berpeluang ke 6.200

Abdul Malik08 Januari 2021
Tags:
Kongres AS Sahkan Kemenangan Joe Biden, Indeks Saham Berpeluang ke 6.200
Joe Biden. (Akun Twitter Official @JoeBiden)

Rilis global bond untungkan SBN dan rupiah, OJK rilis aturan dana Tapera, PSBB Jawa Bali tekan rupiah, harga emas rebound

Bareksa.com - Berikut adalah perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 8 Januari 2021 :

Pemilu AS

​Kongres Amerika Serikat (AS) mengesahkan kemenangan Presiden AS terpilih Joe Biden berdasarkan pemungutan suara Electoral College alias Dewan Elektoral. Pengesahan tersebut diputuskan pada Rabu (6/1/2021) malam waktu setempat sebagaimana dilansir dari CNN. Biden berhasil memperoleh 306 electoral votes atau suara elektoral, melampaui 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk melenggang ke Gedung Putih.

Sementara itu, calon presiden (capres) petahana dari Partai Republik Donald Trump hanya meraup 232 suara elektoral. Senat dan DPR AS menolak keberatan untuk membuang suara elektoral Georgia dan Pennsylvania untuk Biden. Partai Republik juga keberatan dengan suara elektoral Arizona, Nevada, dan Michigan, tetapi mosi itu gagal sebelum mencapai perdebatan.

Promo Terbaru di Bareksa

Dilansir Kompas.com, pengesahan kemenangan Biden dalam pilpres AS tersebut terjadi setelah perusuh pendukung Trump menyerbu Capitol Hill pada Rabu pagi waktu setempat. Sesi gabungan Kongres, yang biasanya merupakan langkah seremonial, dihentikan selama beberapa jam ketika perusuh mencapai Gedung Capitol. Proses hukum dilanjutkan sekitar pukul 20.00 waktu setempat dengan Wakil Presiden Mike Pence mengatur kembali sesi Senat AS.

"Ayo kembali bekerja," kata Pence. Dengan demikian, Biden bakal dilantik menjadi Presiden AS pada 20 Januari mendatang. Dia akan dilantik bersama Wakil Presiden AS terpilih Kamala Harris.

Dilansir Kontan, saham-saham di Wall Street mencapai rekor tertinggi pada Kamis (7/1) waktu setempat. Investor bertaruh Kongres yang dikendalikan Demokrat akan memberikan lebih banyak pengeluaran stimulus untuk membantu ekonomi AS mengatasi penurunan tajam yang disebabkan pandemi.Dow Jones Industrial Average naik 211,73 poin atau 0,69 persen menjadi 31.041,13. Indeks S&P 500 naik 55,65 poin,atau 1,48 persen menjadi 3.803,79. Nasdaq Composite bertambah 326,69 poin, atau 2,56 persen menjadi 13.067,48.

Dow, S&P 500, dan Nasdaq semuanya mencapai level tertinggi baru di tengah meningkatnya seruan untuk pencopotan Presiden Donald Trump, satu hari setelah pendukung Trump menyerbu Capitol AS dalam serangan mengerikan terhadap demokrasi Amerika.Ketua DPR AS Nancy Pelosi mendesak Trump segera dicopot dari jabatannya. Presiden terpilih Joe Biden menuduh Trump mengobarkan kekerasan dan mengatakan Rabu adalah salah satu hari paling gelap dalam sejarah AS.

"Pasar sekarang melihat periode setelah Trump dan mengharapkan kepresidenan Biden lebih banyak struktur dan stimulus," kata Dennis Dick, seorang pedagang di Bright Trading LLC kepada Reuters.

Dia mengatakan Kongres Demokrat jelas akan lebih memperhatikan bisnis kecil dan mainstreet. Indeks sektor keuangan terkait ekonomi naik 1,5 persen. Sementara sektor industri dan material mencapai rekor baru karena ekspektasi Biden akan membariskan paket fiskal yang lebih besar dan meningkatkan belanja infrastruktur dengan Kongres di bawah kendali Demokrat.

Saham bank yang sensitif terhadap suku bunga naik 2,6 persen, mengikuti lonjakan lain dalam patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun di atas 1 persen. Tiga indeks utama di Wall Street ditutup pada rekor dan indeks lainnya juga mencapai tertinggi baru, termasuk indeks kapitalisasi kecil Russell 2000 dan indeks MSCI global, yang mengukur kinerja saham global.

IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan alias IHSG hari ini Jumat (8/1/2021) masih berpeluang menguat. IHSG berhasil ditutup menguat signifikan 1,44 persen di level 6.065,68 pada Kamis 7 Januari 2021. Dilansir Kontan, Nafan Aji Analis Binaartha Sekuritas mengatakan, pergerakan IHSG hari ini berdasarkan indikator MACD masih menunjukkan sinyal positif meskipun telah menunjukkan pola deadcross.

Sementara itu, stochastic maupun RSI mulai bergerak ke atas menuju ke area overbought. Di sisi lain, pergerakan IHSG hari ini (8/1) terlihat pola upward bar yang mengindikasikan adanya potensi bullish continuation. Pergerakan IHSG hari ini berpeluang menuju ke resistance terdekat. Menurut Nafan, pergerakan IHSG hari ini berdasarkan rasio fibonacci adapun support maupun resistance berada pada 6.009,10 hingga 6.248,67.

SBN

Keputusan pemerintah untuk menerbitkan global bond pada awal tahun disebut akan memberi dampak positif. Tak hanya menguntungkan pasar Surat Berharga Negara (SBN), penerbitan global bond kali ini juga akan menguntungkan rupiah.

Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana menjelaskan, penerbitan obligasi global berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) dan euro justru memberikan dua keuntungan sekaligus bagi Indonesia. Pertama, dengan bertambahnya aliran dana dalam bentuk dolar AS dan euro tentunya akan membuat pasar SBN jadi lebih stabil.

“Kedua, obligasi global ini bisa jadi natural hedging bagi rupiah yang belakangan dalam tren penguatan. Dengan demikian, keberadaan dolar AS dan euro yang semakin banyak akan membuat risiko lebih terukur dan tersebar sehingga secara tidak langsung rupiah pun diuntungkan,” jelas Fikri dilansir Kontan.co.id, Kamis (7/1).

Fikri melihat adanya kepercayaan yang tinggi dari investor terhadap ekonomi Indonesia sehingga penerbitan kali ini bisa oversubscribed. Dari segi yield pun dipandang Fikri sangat prospektif seiring yield yang ditawarkan masih lebih tinggi dibandingkan benchmark US Treasury.

Keberhasilan pemerintah dalam menekan yield seri-seri pada global bond ini juga disebut Fikri perlu diapresiasi. Pasalnya, dengan yield yang lebih rendah, risiko di masa mendatang untuk pembiayaan utang tersebut pun jadi lebih ringan. Terlebih, seri-seri kali ini juga bertenor panjang sehingga memberi ruang lebih bagi APBN di masa mendatang.

Sebagai informasi, seri RI0331 yang bertenor 10 tahun memiliki yield 1,9 persen dengan kupon 1,85 persen. Lalu seri RI0351 yang bertenor 30 tahun memiliki yield sebesar 3,1 persen dengan kupon 3,05 persen. Sementara seri RI0371 yang bertenor 50 tahun memiliki yield 3,4 persen dengan kupon 3,35 persen.

Adapun, untuk 1 seri SUN berdenominasi euro, yakni RIEURO0333 yang bertenor 12 tahun memiliki yield 1,174 persen dengan kupon 1,1 persen. Dalam penerbitan global bond kali ini, pemerintah berhasil mengantongi dana segar senilai US$3 miliar dan Eur1 miliar. Pricing date untuk keempat seri obligasi global ini adalah 5 Januari 2021 dengan tanggal setelmen 12 Januari 2021.

Dana Tapera

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi menerbitkan aturan mengenai pemupukan dana Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). Regulasi ini lebih rinci mengatur mengenai pelaksanaan pemupukan dana Tapera oleh manajer investasi (MI) dan bank kustodian melalui skema Kontrak Investasi Kolektif (KIK). Kontrak Investasi Kolektif Pemupukan Dana Tapera adalah kontrak antara MI dan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan di mana MI diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif yang hanya diperuntukkan bagi pengelolaan investasi pemupukan Dana Tapera.

Aturan ini diterbitkan dalam POJK Nomor 65/POJK.04/2020 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Pemupukan Dana Tabungan Perumahan Rakyat dan sudah ditandatangani Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso pada 29 Desember 2020. OJK menyebutkan, pengelolaan dana Tapera merupakan amanat dari lahirnya UU Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat.Tapera, pada prinsipnya merupakan penyimpanan yang dilakukan oleh peserta secara periodik dalam jangka waktu tertentu yang hanya dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan perumahan dan/atau dikembalikan berikut hasil pemupukannya setelah kepesertaan berakhir.

Dalam aturan ini juga disebutkan, KIK pemupukan dana Tapera ditandatangani oleh MI dan bank kustodian yang ditunjuk oleh Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera). Selanjutnya, pemupukan dana Tapera dilakukan dengan menempatkan dana pada KIK Pemupukan Dana Tapera sesuai dengan komposisi persentase tertentu yang telah ditetapkan oleh BP Tapera.

"Ketentuan mengenai kebijakan investasi dalam Kontrak Investasi Kolektif Pemupukan Dana Tapera sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BP Tapera," bunyi aturan tersebut, dikutip CNBC Indonesia Kamis (7/1/2021).

Dalam berinvestasi pada KIK Pemupukan Dana Tapera, investasi peserta Dana Tapera diwakili oleh BP Tapera. Sedangkan, transaksi unit penyertaan KIK Pemupukan Dana Tapera dilarang dilakukan sebelum KIK Pemupukan Dana Tapera memperoleh pencatatan dari OJK. Tak hanya itu, manajer investasi KIK yang ditunjuk oleh BP Tapera tidak boleh terafiliasi dengan bank kustodian kecuali hubungan afiliasi yang terjadi karena kepemilikan atau penyertaan modal pemerintah.

Sebelumnya, OJK menegaskan, pengelolaan dana Tapera harus sesuai dengan kaidah tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG) dan aturan pemerintah. Pasalnya, pemerintah telah memberikan insentif untuk mempermudah beroperasinya pengelola dana ini melalui BP Tapera. Aturan pengelolaan perusahaan yang baik ini sama dengan aturan yang ditetapkan kepada lembaga keuangan lainnya. Untuk itu pengelola harus menaati aturan tersebut.

Rupiah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah seiring dengan langkah pemerintah memberlakukan penerapan pembatasan kegiatan masyarakat alias PPKM. Berdasarkan data Bloomberg, berdasarkan, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 15 poin atau 0,11 persen di posisi Rp13.910 per dolar AS.

Sedangkan indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap enam mata uang utama dunia lainnya terpantau naik 0,01 persen ke level 89,538. Selanjutnya, data yang diterbitkan Bank Indonesia menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp13.938 per dolar AS, melemah 12 poin atau 0,08 persen dari posisi Rp13.926 pada Rabu (6/1/2021).

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya menyebutkan, salah satu faktor penekan nilai rupiah adalah pemberlakuan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Jawa dan Bali. Pengetatan PSBB yang dilakukan oleh pemerintah, juga dilakukan oleh berbagai negara di dunia, tujuannya agar pandemi virus corona dapat dikendalikan.

Namun, pengetatan ini dapat berpengaruh fatal terhadap konsumsi masyarakat yang berujung terhadap kontraksi pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2021 di kisaran 1 persen hingga 2 persen. “Artinya, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang di gadang-gadang oleh pemerintah 5 persen kemungkinan tidak akan tercapai dan pemerintah kemungkinan akan merevisi pertumbuhan ekonominya di kuartal I 2021,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Kamis (7/1/2020) dilansir Bisnis.com.

Harga Emas

Harga emas menguat setelah kemarin terjerembap dari level tertinggi dalam dua bulan terakhir. Dilansir Kontan, pada Kamis (7/1) pukul 6.55 WIB, harga emas spot berada di US$1.923,77 per ons troi. Harga emas spot menguat 0,27 persen ketimbang harga pada penutupan perdagangan kemarin pada US$1.918,61 per ons troi.

Sedangkan harga emas berjangka kontrak Februari 2021 di Commodity Exchange berada di US$1.923,30 per ons troi, menguat 0,77 persen ketimbang penutupan perdagangan kemarin. Emas jatuh lebih dari 2 persen pada Rabu, terpukul oleh rebound dalam dolar karena imbal hasil Treasury AS melonjak, dengan investor bertaruh pada kemenangan Demokrat dalam pemilihan putaran kedua Senat AS di Georgia.

"Imbal hasil (US Treasury) yang lebih tinggi telah mengangkat dolar dan memicu aksi jual emas yang dipercepat dengan berhenti di bawah US$ 1.935-US$ 1.940," kata Tai Wong, kepala perdagangan derivatif logam dasar dan mulia di BMO. "US$1.900 adalah poros penting yang perlu dipertahankan untuk mempertahankan narasi bullish jangka pendek," ujar Wong.

Imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik di atas 1 persen untuk pertama kalinya sejak Maret. Kenaikan yield US Treasury ini meningkatkan opportunity cost untuk memegang emas yang tidak memiliki bunga. Indeks dolar menguat setelah turun ke posisi terendah 2,5 tahun, membuat emas kurang menarik bagi mereka yang memegang mata uang lainnya. Tapi Wong dari BMO mengatakan ini adalah kesempatan membeli. "Kongres Demokrat dengan Biden di Gedung Putih adalah izin untuk berbelanja, dan itu bukan lingkungan emas yang lebih rendah," kata dia.

(*)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua