Berita Hari Ini: Anggaran Vaksin Gratis Rp54 T; Pasar Obligasi Negara Turun
Wall Street dibayangi jenis baru virus corona; Penerapan Bea Materai Rp10 ribu mundur; Rencana reshuffle kabinet
Wall Street dibayangi jenis baru virus corona; Penerapan Bea Materai Rp10 ribu mundur; Rencana reshuffle kabinet
Bareksa.com - Berikut sejumlah berita dan informasi terkait ekonomi, investasi yang disarikan dari berbagai media dan keterbukaan informasi, Selasa 22 Desember 2020.
Anggaran Vaksin
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah mengamankan anggaran senilai Rp54,44 triliun untuk pemenuhan vaksin corona atau covid-19 secara gratis kepada masyarakat pada 2021. Dana itu berasal dari berbagai pos anggaran.
Anggaran sebanyak Rp18 triliun sudah dicadangkan khusus untuk vaksinasi gratis yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021. Sisanya sebesar Rp34,44 triliun berasal dari estimasi sisa anggaran sektor kesehatan di program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Promo Terbaru di Bareksa
Proyeksinya, dana sebesar itu tidak akan terpakai dari total pagu anggaran PEN sektor kesehatan mencapai Rp99,5 triliun sampai tutup tahun. "Ini dana yang tidak bisa dieksekusi tahun ini, akan digunakan untuk vaksinasi. Jadi dari Rp18 triliun dan Rp36,44 triliun ini sudah dicadangkan," ungkap Ani dikutip CNN Indonesia, Senin (21/12).
Bendahara negara memastikan pemerintah masih bisa 'mengorek' sumber-sumber lain dari APBN yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan anggaran vaksinasi gratis. Hanya saja, nominal pastinya belum bisa diungkap ke publik karena masih terus diutak-atik.
Harga Obligasi Negara
Harga obligasi pemerintah Indonesia kompak terjerembab pada perdagangan Senin (21/12/2020), dengan imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar kembali surut ke level psikologis 6 persen.
Dikutip dari CNBC Indonesia, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) seri FR0082 naik 6,2 basis poin (bp) dengan bertengger pada level 6,038 persen. Sebagai perbandingan, yield SBN seri tersebut akhir tahun lalu berada di level 7,098 persen.
Imbal hasil obligasi berjatuh tempo 30 tahun juga kembali ke level psikologis 7 persen, tepatnya 7,008 persen setelah menguat 6,5 bp. Kenaikan imbal hasil ini merupakan yang terbesar di antara SBN lain yang kompak terkoreksi.
Imbal hasil bergerak berlawanan dari harga, sehingga penguatan yield mengindikasikan harga surat utang yang melemah. Demikian juga sebaliknya. Penghitungan imbal hasil menggunakan acuan basis poin (bp), yang setara dengan 1/100.
Pelemahan surat utang ini terjadi di tengah reli Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang justru melesat 1 persen atau 61,3 poin ke 6.165,625 menjadi jawara Asia. Sementara itu, rupiah melemah 0,14 persen ke level Rp 14.100 per dolar Amerika Serikat (AS).
Koreksi mata uang nasional yang terjadi bersamaan dengan pelemahan harga SBN tersebut mengindikasikan bahwa pelaku pasar melihat ada risiko yang kembali mengintai di perekonomian global, sehingga mereka meninggalkan aset negara berkembang seperti Indonesia dan kembali berburu aset di negara maju berbasis dolar AS.
Bea Materai Rp10 Ribu
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pemberlakuan bea materai Rp10.000 untuk transaksi surat berharga pada tanggal 1 Januari 2021 kemungkinan belum akan diberlakukan karena persiapannya akan membutuhkan waktu. Dia menegaskan pengenaan bea materai terhadap dokumen tersebut akan dilakukan dengan mempertimbangkan batas kewajaran nilainya.
"Karena banyak yang bereaksi, terutama investor generasi milenial yang sedang mau belajar membeli saham seolah-olah semua akan kena bea materai. Saya akan mendorong dan saya senang generasi milenial sekarang menjadi generasi yang sangat sadar terhadap investasi. Kita senang mereka berinvestasi di saham dan Surat Berharga Negara Ritel yang diterbitkan pemerintah selama ini," Sri Mulyani menjelaskan.
Sri Mulyani menegaskan pemerintah tidak berkeinginan dan tidak bertujuan untuk menghilangkan minat atas bertumbuhnya jumlah investor, terutama investor generasi baru yang akan terus berinvestasi di berbagai surat berharga. "Pemerintah pasti akan mempertimbangkan batas kewajaran yang tercantum dalam dokumen, dan juga dalam UU ini akan memperhatikan kemampuan masyarakat. Jadi dalam hal ini saya harap masyarakat tidak perlu bereaksi berlebihan, apalagi sampai dengan ekspresi bermacam-macam," ujarnya.
Sri Mulyani menambahkan pemerintah akan terus melaksanakan program ini berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) guna meningkatkan inklusi keuangan dan pendalaman sektor keuangan. Termasuk pemerintah akan terus mendorong minat masyarakat untuk berinvestasi.
Wall Street Dibayangi Sentimen Corona
Bursa saham Amerika Serikat (AS) menutup perdagangan Senin (21/12/2020) dengan pergerakan variatif, dicekam kekhawatiran kasus Covid-19 bakal kian kompleks menyusul temuan strain baru virus Corona di Inggris.
Dikutip CNBC Indonesia, Indeks Dow Jones Industrial Average yang sempat ambles 200 poin pada pembukaan berbalik menguat jadi 37,4 poin (0,1 persen) ke 30.216,45. Indeks S&P 500 surut 14,5 poin (0,1 persen) ke 3.694,92 dan Nasdaq minus 13,1 poin (-0,1 persen) ke 12.742,52.
Saham Nike lompat nyaris 5 persen mencetak rekor tertinggi menyusul kuatnya laba perseroan. Saham JPMorgan dan Goldman lompat masing-masing 3,8 persen dan 6,1 persen setelah bank sentral (Federal Reserve/The Fed) mengizinkan lagi pembelian kembali saham (buyback) bank pada kuartal I-2021.
Sebaliknya, saham Tesla yang resmi menjadi konstituen indeks S&P 500 dengan bobot 1,7 persen anjlok lebih dari 6 persen setelah Apple dikabarkan menjadi penantang perseroan dengan menggarap mobil listrik.
Sentimen pemodal sempat terpuruk diterpa kekhawatiran seputar temuan mutasi virus Corona di Inggris yang memicu karantina wilayah (lockdown) London dan beberapa bagian Tenggara Inggris, serta pembatasan aktivitas kumpul-kumpul untuk merayakan Natal.
Kemunculan jenis baru Covid-19 yang sangat menular di Inggris telah menimbulkan kekhawatiran lockdown tambahan, dan mendorong negara-negara di seluruh dunia untuk menutup pintu bagi para pelancong dari Inggris.
Reshuffle Kabinet
Istana memberikan sinyal kocok ulang Kabinet Indonesia Maju akan dilakukan Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat. Hal ini setelah Jokowi berencana memanggil calon Menteri pada Selasa (22/12).
Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono membenarkan hal tersebut. Meski belum menyebut kepastian waktu, Heru mengatakan calon Menteri kemungkinan diperkenalkan oleh Presiden besok.
“Besok bisa, tapi (apakah) pagi, siang, sore tergantung Bapak Presiden,” kata Heru dalam pesan singkat kepada Katadata.co.id, Senin (21/12).
Meski demikian, Heru belum bisa memastikan apakah pelantikan Menteri baru akan dilakukan dalam waktu dekat.
Sementara itu, nama yang menjadi kandidat kuat untuk masuk dalam kabinet adalah Walikota Surabaya Tri Rismaharini dan Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono.
* * *
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.