BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Berita Hari Ini: UU Ciptaker Bisa Diperbaiki; Harga SBN Menguat

Hanum Kusuma Dewi06 November 2020
Tags:
Berita Hari Ini: UU Ciptaker Bisa Diperbaiki; Harga SBN Menguat
Layar menampilkan pergerakan Indeks Obligasi Negara Indonesia yang mengikuti harga dan yield obligasi surat utang negara seri benchmark acuan di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (26/5/2020). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Biden cetak rekor dalam Pilpres AS; Vaksin Covid dari Oxford diharap luncur akhir 2020; BoE tambah stimulus

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita dan informasi terkait ekonomi, investasi, pasar modal yang disarikan dari berbagai media dan keterbukaan informasi Jumat, 6 November 2020.

UU Ciptaker

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyatakan, Undang-Undang (UU) Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja mempunyai tujuan baik. Karena tujuan tersebut, kata dia, UU Cipta Kerja memberi ruang untuk dilakukan perbaikan ketika muncul kesalahan.

"Yang jelas UU Cipta Kerja itu tujuannya baik, sebuah tujuan yang baik pasti tidak menutup kemungkinan untuk diperbaiki," ujar Mahfud dikutip Kompas.com, Kamis (5/11/2020).

Promo Terbaru di Bareksa

Mahfud mengatakan, pemerintah telah membentuk tim kerja yang mempunyai fungsi untuk menampung dan mengolah permasalahan yang timbul di aturan sapu jagat tersebut. Tim kerja tersebut dipastikan netral karena diisi oleh akademisi hingga tokoh masyarakat.

Menurut dia, pembentukan tim kerja ini juga supaya kesalahan yang ada di dalam UU Cipta Kerja bisa benar-benar terakomodasi. "Agar nanti dalam proses perbaikan, baik judicial review, baik legislatif review, baik penuangan di dalam peraturan-peraturan turunan itu semuanya bisa terakomodasi," kata dia.

Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengatakan, kekeliruan pengetikan dalam Undang-Undang (UU) No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja hanya sebatas permasalahan administrasi.

Pilpres AS

Bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street naik untuk sesi keempat berturut-turut pada penutupan perdagangan Kamis (5/11//9/2020). Kenaikan ini terjadi di tengah penghitungan surat suara pemilihan presiden yang belum selesai hingga kini.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 542.52 poin atau 1,95 persen menjadi 28.390,18. S&P 500 juga naik 67,01 poin atau 1,95 persen menjadi 3.510,45. Sedangkan indeks NASDAQ Composite melonjak 300,15 poin atau 2,59 persen menjadi 11.890,93.

Calon Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, telah memecahkan rekor Barack Obama untuk suara terbanyak dari semua kandidat presiden AS dalam sejarah. Bahkan, diperkirakaan perolehan suara Joe Biden akan meningkat karena ada negara bagian yang belum selesai menghitung suara.

Mengutip Kompas, dari Mirror, Kamis (5/11/2020), Partai Demokrat saat ini memiliki sekitar 71,2 juta suara. Mantan Wakil Presiden AS tersebut memiliki 50,3 persen dari semua suara yang dihitung sejauh ini, dibandingkan dengan 48,1 persen dari Presiden petahana Donald Trump.

Angka tersebut melampaui rekor Barack Obama pada pilpres 2008 yang mengumpulkan 69,4 juta suara untuk menang. Setidaknya 65 persen warga Amerika yang memenuhi syarat telah memberikan suara pada pilpres tahun ini.

Pilpres Amerika Serikat 2020 pun disebut sebagai pemilu terbesar dalam satu abad ini. Meski digelar di masa pandemi, tak menyurutkan antusias warga Amerika untuk campur tangan dalam pilpres.

Vaksin Covid

Meningkatkan harapan Inggris bisa meluncurkan vaksin pada akhir Desember 2020 atau awal 2021, Universitas Oxford berharap untuk mempresentasikan hasil uji coba tahap akhir pada kandidat vaksin virus corona baru tahun ini.

Vaksin yang berhasil dipandang sebagai pengubah permainan dalam pertempuran melawan virus corona, yang telah menewaskan lebih dari 1,2 juta orang di seluruh dunia, memukul sebagian besar ekonomi global dan mengubah kehidupan normal bagi miliaran orang.

"Saya optimis, kami bisa mencapai titik itu sebelum akhir tahun ini," kata Chief Investigator Uji Coba Vaksin Oxford Andrew Pollard kepada anggota parlemen Inggris, Rabu (4/11), seperti dikutip Reuters.

Pollard mengatakan, keputusan apakah vaksin virus corona berhasil atau tidak, kemungkinan akan datang tahun ini. Setelah itu, data harus ditinjau dengan hati-hati oleh regulator, kemudian keputusan politik tentang siapa yang harus mendapatkan vaksin lebih dulu.

Harga SBN Menguat

Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada Kamis (5/11/2020) mayoritas ditutup menguat di tengah peluang kemenangan kandidat penantang Joe Biden dalam pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS).

Pada Kamis, mayoritas SBN ramai dikoleksi oleh investor, kecuali SBN tenor 15 tahun yang cenderung dilepas oleh investor. Dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami penurunan yield.

Mengutip CNBC Indonesia, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara turun 2 basis poin ke level 6,609 persen pada Kamis. Hanya untuk yield SBN berjatuh tempo 15 tahun yang naik 0,2 basis poin ke level 7,177 persen.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik, dan demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1 persen.

Pergerakan harga SBN yang menguat kembali lebih karena potensi menangnya Biden di pilpres AS kali ini, meski dari dalam negeri Indonesia baru diumumkan mengalami resesi. Pelaku pasar sudah mengekspektasi sebelum PDB dirilis, sehingga pelaku pasar sudah lebih menerima dari hasil laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut.

Stimulus Inggris

Nilai tukar poundsterling menguat melesat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (5/11/2020), setelah bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) mengumumkan tambahan stimulus moneter guna menanggulangi pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Tetapi melawan rupiah, poundsterling masih merosot tajam.

Melansir data Refinitiv dari CNBC Indonesia, pada pukul 16:25 WIB, poundsterling menguat 0,35 persen melawan dolar AS ke US$ 1,3032 di pasar spot. Padahal sebelumnya, poundsterling melemah 0,44 persen di US$ 1,2928, artinya dari level terendah tersebut mata uang Inggris ini berbalik melesat 0,8 persen

Sementara melawan rupiah, pounsterling masih melemah 0,81 persen ke Rp 18.726,98/GBP, tetapi posisi tersebut membaik dibandingkan pada pagi hari Rp 18.577,51/GBP, yang merupakan level terendah sejak 27 Juli.

Dalam pengumuman rapat kebijakan moneter siang tadi, BoE mengumumkan menambah nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) sebesar GBP150 miliar (Rp 2.820 triliun, kurs Rp 18.800/GBP), menjadi total GBP895 miliar.

* * *

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua