Ekonomi Q3 2020 Resesi, Ini Strategi Sri Mulyani Dorong Pembalikan Arah di Kuartal IV
Di kuartal IV, pemerintah akan mendorong pelaksanaan belanja APBD dan program pemulihan ekonomi nasional
Di kuartal IV, pemerintah akan mendorong pelaksanaan belanja APBD dan program pemulihan ekonomi nasional
Bareksa.com - Badan Pusat Statistik hari ini (5/11) mengumumkan ekonomi Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan III 2020 mencapai Rp3.894,7 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.720,6 triliun.
Ekonomi Indonesia pada triwulan III 2020 terhadap triwulan sebelumnya meningkat 5,05 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan yang mencapai 24,28 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pengeluaran konsumsi pemerintah (PK-P) yang tumbuh 16,93 persen.
BPS menyatakan ekonomi Indonesia triwulan III 2020 terhadap triwulan III 2019 mengalami kontraksi 3,49 persen (year on year/YoY). Dari sisi produksi, lapangan usaha transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam 16,7 persen. Darisisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam yakni 10,82 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Kontraksi YoY ini merupakan yang kedua kali setelah pada kuartal II 2020, ekonomi Indonesia minus hingga 5,32 persen. Artinya ekonomi Indonesia telah masuk ke jurang resesi pada triwulan III tahun ini, atau merupakan pertama kali sejak 1999.
Sumber : BPS
BPS menyatakan struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan III 2020 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang menyumbang 58,88 persen, dengan kinerja ekonomi yang mengalami kontraksi pertumbuhan 4 persen (YoY). Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2020 pada seluruh kelompok pulau di Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan, dengan penurunan terdalam dicatatkan Pulau Bali dan Nusa yang minus 6,8 persen.
Sumber : BPS
Pembalikan Arah
Menanggapi pengumuman BPS tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pada kuartal III 2020, ekonomi Indonesia yang minus 3,49 persen secara tahunan (YoY), masih lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya atau triwulan II 2020 yang negatif hingga 5,32 persen YoY. Hal ini menunjukkan proses pemulihan ekonomi dan pembalikan arah (turning point) dari aktivitas ekonomi nasional menunjukkan ke arah zona positif. Seluruh komponen pertumbuhan ekonomi baik dari sisi pengeluaran mengalami peningkatan maupun dari sisi produksi.
"Perbaikan kinerja perekonomian didorong oleh peran stimulus fiskal atau peran instrumen anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dalam penanganan pandemi Covid-19 dan program pemulihan ekonomi nasional," ungkapnya dalam keterangannya secara virtual di Jakarta (5/11/2020).
Menurut Sri Mulyani, penyerapan belanja negara mengalami akselerasi pada kuartal III 2020, sampai dengan akhir September tumbuh 15,5 persen. Terutama ditopang oleh realisasi bantuan sosial dan dukungan untuk dunia usaha, terutama usaha kecil dan menengah (UKM). "Rilis BPS juga mengonfirmasi percepatan realisasi belanja yang meningkat sangat pesat pada triwulan III, telah membantu peningkatan atau pembalikan dari pertumbuhan konsumsi pemerintah yang mengalami pertumbuh 9,8 persen YoY. Angka pertumbuhan 9,8 persen dari konsumsi pemerintah meningkat sangat tajam apabila dibandingkan triwulan II yang negatif 6,9 persen. Atau turning pointnya melebihi 17 persen," Sri Mulyani menjelaskan.
Konsumsi Rumah Tangga Menengah Atas
Dilihat dari sisi pengeluaran atau permintaan, kata Sri Mulyani, konsumsi rumah tangga menunjukkan tren pembaikan di triwulan III. Sebelumnya pada triwulan II mengalami negatif 5,5 persen, pada triwulan III membaik dengan minus 4 persen. Kondisi ini didukung oleh belanja pemerintah dalam rangka perlindungan sosial yang meningkat sangat tajam. Konsumsi rumah tangga kelas menegah atas masih terbatas. Ini dikarenakan kondisi Covid-19 memang belum berakhir. Dan karakter dari konsumsi rumah tangga menengah atas didominasi oleh barang dan jasa yang sensitif terhadap mobilitas.
"Dengan adanya Covid-19 di mana mobilitas menjadi terbatas, maka konsumsi kelas menengah atas juga menjadi tertahan," ungkapnya.
Karena itu, menurut Sri Mulyani, upaya pemerintah untuk perbaikan penanganan Covid-19 dari berbagai indikator dan juga upaya untuk penemuan vaksin dan pemberian vaksin, diharapkan akan mampu mengembalikan tren konsumsi rumah tangga, terutama kelompok menengah atas. Sehingga perbaikan diharapkan akan terjadi pada kuartal IV dan seterusnya.
Untuk komponen agregat demand atau sisi permintaan yang kedua yaitu pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB) mengalami perbaikan, dari kuartal II minus 8,6 persen, menjadi negatif 6,5 persen di kuartal III 2020. Sri Mulyani menyatakan kondisi itu didukung oleh berbagai indikator investasi, seperti penjualan semen, kendaraan niaga dan import barang modal yang mengalami perbaikan. Komponen bangunan masih sedikit melambat, meskipun keberlanjutan proyek-proyek pembangunan fisik yang sempat tertunda, saat ini secara bertahap mulai berjalan lagi.
"Dengan langkah-langkah tersebut, kita harapkan PMTDB atau investasi akan terus membaik seiring dengan upaya pemerintah dalam memperbaiki iklim investasi dan perbaikan berbagai regulasi yang memudahkan dunia usaha," dia mengungkapkan.
Indeks Manufaktur
Sri Mulyani menekankan perbaikan kinerja ekonomi nasional baik dari sisi konsumsi dan investasi diharapkan akan terus berjalan meningkat dan diakselerasi. Hal ini juga diindikasikan oleh beberapa indikator utama seperti purchasing manager index (PMI) dari sektor manufaktur Indonesia dan juga data penjualan sektor ritel. PMI manufaktur Indonesia pada triwulan III 2020 meningkat signifikan ke level 48,3, setelah pada kuartal II di level 31,7. Indeks penjualan ritel, juga menunjukkan pemulihan dengan minus 9,6 persen di kuartal III, atau jauh lebih baik dibandingkan kontraksi di triwulan II yang sangat dalam yakni negatif 18,2 persen.
"Berbagai kebijakan baik pada sisi fiskal, yang dengan terus menerus melakukan upaya pemilihan melalui insentif dari sisi perpajakan, belanja negara pemerintah pusat dan daerah, dan dukungan dari pembiayaan diharapkan akan terus mendorong berbagai kegiatan sektoral dan daerah," dia memaparkan.
Menurut Sri Mulyani, kebijakan moneter bersama dengan pemerintah terus melakukan upaya pemulihan ekonomi nasional. Sektor keuangan yang stabil akan terus dijaga didalam mendukung pemulihan ekonomi. Kemudahan-kemudahan berusaha dan berbagai upaya dalam program struktural akan dilakukan dalam rangka memperbaiki kinerja perekonomian, terutama di sektor riil dan jasa.
Komponen yang berhubungan dengan pemerintah, dari sisi permintaan adalah konsumsi pemerintah yang pada kuartal III mengalami pertumbuhan sangat tinggi, yaitu 9,8 persen. ini adalah rebound yang sangat kuat, dibandingkan kuartal II yang negatif 6,9 persen. Sri Mulyani menyatakan tren pemulihan ekonomi yang menunjukkan pembalikan bisa terus berjalan.
"Kita berharap masyarakat terus melakukan disiplin dalam protokol kesehatan dan pemerintah akan tetap menjalankan testing, tracing dan treatment, di dalam mendukung pengendalian penyebaran Covid-19. Dalam hal ini upaya persiapan untuk pelaksanaan vaksinasi juga terus ditingkatkan," ungkap Sri Mulyani.
Belanja APBD
Menurut dia, akselerasi pemulihan ini akan terus didorong melalui kebijakan fiskal, dengan mengakselerasi belanja pemerintah pusat dan daerah. Potensi dari belanja pemerintah masih sangat besar, mengingat realisasi dari belanja APBD hingga kuartal III baru 53,3 persen dari total anggaran APBD senilai Rp1.080,71 triliun.
"Dengan demikian di kuartal IV, kita akan mendorong agar pelaksanaan belanja di daerah melalui APBD dan pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional yang saat ini juga terus diakselerasi, akan terus didorong untuk momentum pembalikan ekonomi di kuartal IV. Realisasi PEN mencapai 67,2 persen, sehingga masih ada lebih dari 30 persen yang bisa dibelanjakan dari program PEN untuk mendorong ekonomi di kuartal IV," Sri Mulyani menambahkan.
Sumber : materi presentasi Sri Mulyani saat forum CMSE 2020
Berdasarkan proyeksi Kemenkeu pada September, ekonomi Indonesia sepanjang 2020 diprediksi minus 0,6 persen - 1,7 persen, atau lebih dalam dari proyeksi sebelumnya yang minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen. Senada Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia juga telah mengoreksi turun proyeksinya terhadap ekonomi Indonesia.
IMF memprediksi ekonomi RI di 2020 akan minus 1,5 persen di 2020, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya minus 0,3 persen. Senada Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia tahun ini minus 1,6 persen hingga minus 2 persen, dari prediksi sebelumnya stagnan atau 0 persen.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.