Budi Hikmat Bahana TCW: SBN Investasi Seksi di Tengah Pandemi
Meski outlook rating Indonesia dari S&P direvisi jadi negatif, masih banyak pujian
Meski outlook rating Indonesia dari S&P direvisi jadi negatif, masih banyak pujian
Bareksa.com - Akhir pekan lalu lembaga pemeringkat kredit internasional Standard & Poor (S&P) merilis penegasan terhadap peringkat utang Indonesia di BBB, tetapi merevisi outlook menjadi negatif dari stabil. Hal ini bukan melulu kabar buruk, tetapi justru bisa menjadi potensi untuk berinvestasi di surat utang negara.
Outlook negatif artinya ekspektasi atas keuangan pemerintah Indonesia memburuk dan S&P bisa menurunkan peringkat ratingnya pada kebijakan selanjutnya. Pandangan ini diberikan menyusul naiknya risiko finansial seiring besarnya belanja pemerintah dalam menangani wabah corona.
Apakah pandangan negatif di tengah kondisi pandemi ini membuat prospek investasi surat berharga negara (SBN) Indonesia jadi makin terpuruk? Belum tentu.
Promo Terbaru di Bareksa
Budi Hikmat, Chief Investment Strategist & Direktur PT Bahana TCW Investment Management memandang masih banyak poin positif dari rilis afirmasi rating S&P tersebut.
"Ekonomi di seluruh dunia juga jatuh, tetapi mereka tetap pertahankan rating Indonesia. Jangan hanya baca judulnya, isinya banyak pujian kepada Indonesia," ungkapnya dalam video conference bersama Bareksa Sabtu, 19 April 2020.
Dalam rilis Jumat, 17 April 2020, S&P menegaskan peringkat kredit Pemerintah Indonesia jangka panjang masih tetap di 'BBB' dan jangka pendek di 'A-2'.
'BBB' merupakan rating peringkat investasi terendah kedua sebelum menyentuh level lebih tinggi lagi yani BBB+ lalu 'A-' kemudian 'A', dan seterusnya hingga mencapai paling tinggi yakni 'AAA'. Level 'BBB' ini setara dengan peringkat 'Baa2' versi Moody's dan 'BBB' versi Fitch Ratings.
Menurut S&P, peringkat ini mencerminkan pengaturan kelembagaan negara yang stabil, prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, dan pengaturan kebijakan fiskal yang bijaksana secara historis.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan outlook negatif ini diyakini bukan cerminan dari permasalahan ekonomi yang bersifat fundamental, tetapi lebih dipicu oleh kekhawatiran S&P terhadap risiko pemburukan kondisi eksternal dan fiskal akibat pandemi COVID-19 yang bersifat temporer.
SBN di Tengah Pandemi
Wabah Covid-19 tidak hanya mengganggu sektor kesehatan masyarakat tetapi juga ekonomi, hingga menekan kinerja investasi di pasar keuangan. Pasar saham dan obligasi melemah sejak awal tahun hingga akhir kuartal pertama tahun ini.
Sepanjang Maret 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi acuan pasar modal Indonesia terkoreksi 16,76 persen dan telah turun 27,95 persen sejak awal tahun. Indeks obligasi pemerintah juga telah turun 2,5 persen secara year to date (YTD).
Grafik Pergerakan Yield SUN Tenor 10 Tahun
Sumber: Bareksa.com
Budi menilai bahwa di tengah kondisi ini investasi Surat Berharga Negara (SBN) justru bisa menarik karena memiliki risiko yang kecil, terlebih lagi pokok dan bunga (kupon) sudah dijamin oleh negara.
"Dulu orang menganggap SBN tidak seksi, sekarang bisa seksi. Investor asing sudah keluar dari SBN sekitar Rp165 triliun, sehingga yield meningkat," katanya.
Sebagai informasi, pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, sehingga yield yang naik mengindikasikan penurunan harga akibat berkurangnya permintaan di pasar.
Budi percaya keadaan ekonomi Indonesia akan membaik, dan pasar obligasi juga akan menguat. Bila kita sebagai investor sudah membeli SBN di harga murah, ketika investor asing akan kembali, kita akan bisa mengikuti peningkatan harga SBN tersebut.
Sembari menunggu pasar obligasi membaik, tidak ada salahnya kita bisa menikmati yield atau imbal hasil yang lumayan tinggi, lebih besar daripada yang ditawarkan oleh deposito perbankan. Contoh, Sukuk Ritel 012 (SR012) yang diterbitkan bulan lalu menawarkan kupon 6,3 persen per tahun yang dibayarkan secara bulanan.
Investor tidak perlu khawatir rugi bila membeli SBN, sebab risikonya nyaris tidak ada. Pembayaran kupon dan pokok SBN sudah dialokasikan dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).
"SBN itu tergantung pemerintah. Selama rating masih bagus, SBN itu pilihan awal paling bagus untuk investor milenial dengan risiko zero. Bahkan, lima tahun terakhir keuntungannya lebih bagus daripada indeks reksadana saham," jelasnya.
Kemudian, Budi juga menyambut baik kemungkinan penerbitan pandemic bond, yakni SBN yang dana hasil penerbitannya akan digunakan pemerintah untuk mengatasi akibat dari pandemi Covid-19. Menurutnya, penerbitan utang ini yang sering dipersepsikan sebagai hal negatif justru bisa digunakan oleh masyarakat sebagai sarana investasi.
"Kita jangan nyinyir terus. Kita gunakan ini sebagai sarana investasi," ujarnya.
Dia pun menegaskan kembali bahwa prospek SBN Indonesia masih bagus, karena akan ada permintaan dari investor asing di saat kondisi tren suku bunga global yang mendekati nol. SBN Indonesia menawarkan imbal hasil menarik, didukung dengan kondisi makro yang baik sehingga bisa menjadi daya tarik investor global.
***
Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?
SBN untuk ritel hanya bisa dipesan online selama masa penawaran saja di Bareksa. Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi SBN? Segera daftar di sbn.bareksa.com sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP. Baca panduannya di sini.
Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di sbn.bareksa.com untuk memesan SBN.
Bila sudah memiliki akun Bareksa untuk reksadana sebelumnya, segera lengkapi data Anda berupa NPWP dan rekening bank yang dimiliki.
Kalau belum punya NPWP, tapi mau beli SBN? Kita juga bisa meminjam NPWP punya orang tua atau suami.
PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.