S&P Revisi Outlook Utang Indonesia Jadi Negatif Akibat Wabah Corona
Outlook negatif artinya ekspektasi atas keuangan pemerintah Indonesia memburuk
Outlook negatif artinya ekspektasi atas keuangan pemerintah Indonesia memburuk
Bareksa.com - S&P Global Ratings merevisi outlook utang Indonesia dari stable jadi negatif pada Jumat (17/4/2020), meskipun peringkatnya masih BBB, menyusul naiknya risiko finansial seiring besarnya belanja pemerintah dalam menangani wabah corona. Sebelumnya pada Mei 2019, S&P telah menaikkan rating Indonesia jadi BBB atau di level investment grade senada dengan peringkat yang diberikan oleh Fitch dan Moodys.
Outlook negatif artinya ekspektasi atas keuangan pemerintah Indonesia memburuk dan S&P bisa menurunkan peringkat ratingnya pada kebijakan selanjutnya.
"Posisi eksternal Indonesia telah melemah seiring pelemahan rupiah, beban utang pemerintah secara material lebih tinggi dalam beberapa tahun ke depan, karena kebijakan counter-cyclical yang kuat," ujar S&P dilansir New York Times (17/4).
S&P menyatakan akan menurunkan rating negara Indonesia jika perlambatan ekonomi makin dalam atau lebih lama, dalam 2 tahun ke depan, atau jika posisi fiskal atau eksternal memburuk. Di sisi lain, rating juga bisa direvisi kembali jadi stable jika kondisi Indonesia membaik.
Nilai tukar rupiah turun tajam bulan lalu. Pelemahan rupiah sudah sekitar 10 persen sepanjang tahun dan ditutup di level Rp15.400 per dolar AS pada Jumat.
Sementara pemerintah telah mengalihkan anggaran belanja secara signifikan untuk program kesehatan dan kesejahteraan guna mengatasi wabah corona. Pada Jumat, kasus corona di Indonesia telah menginfeksi 5.293 orang dengan korban tewas 407 orang.
Pemerintah Indonesia juga telah merilis kebijakan darurat dengan melebarkan target defisit anggaran dari sebelumnya maksimal 3 persen terhadap produk domestrik bruto jadi 5,07 persen pada 2020. S&P memprediksi defisit akan berada di angka 4,7 persen terhadap PDB Indonesia tahun ini, dan kemungkinan akan berlanjut di atas 3 persen dalam jangka 2 tahun lagi.
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini 2,3 persen, namun S&P memproyeksi hanya 1,8 persen, atau merupakan level terburuk sejak 1999.
Meski begitu, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyatakan S&P menekankan beberapa hal positif tentang Indonesia, terutama pada pengelolaan ekonomi yang sangat hati-hati.
"Tentu saja ada beberapa catatan negatif tentang itu karena kondisi jangka pendek," kata Perry.
Dia menambahkan BI dan Kementerian Keuangan berkomitmen untuk memastikan kebijakan pemerintah untuk mengatasi wabah Covid-19 akan tetap prudent.
(*)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.