BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Rumor Divestasi Bikin Saham BNLI Lompat Dua Kali Lipat, Reksadana Ini Ikut Cuan

20 Maret 2019
Tags:
Rumor Divestasi Bikin Saham BNLI Lompat Dua Kali Lipat, Reksadana Ini Ikut Cuan
Ilustrasi investor pria sedang bermain memegang ponsel smartphone dengan wajah terkejut

HPAM Flexi Plus memiliki saham BNLI sebagai salah satu aset terbesar dalam portofolionya

Bareksa.com - PT Bank Permata Tbk (BNLI) sedang ramai dikabarkan akan berpindah kepemilikan, dan salah satu calon investor barunya disebutkan adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Rumor ini membawa harga saham BNLI melonjak dua kali lipat dalam empat bulan terakhir dan memberikan keuntungan bagi investornya di Bursa Efek Indonesia, termasuk reksadana yang memegangnya dalam portofolio.

Harga saham BNLI ditutup di Rp980 pada perdagangan 18 Maret 2019, sudah naik dua kali lipat dibandingkan Rp454 pada penutupan 3 Desember 2018. Data Bursa mencatat, hingga saat ini saham BNLI masih dikuasai oleh dua entitas besar yang memiliki porsi kekuatan berimbang, yakni PT Astra International Tbk (ASII) dan Standard Chartered Bank dengan kepemilikan masing-masing 44,56 persen. Sementara itu, sisa 10,88 persen dipegang oleh masyarakat.

Rumor rencana perubahan kepemilikan di Bank Permata ini sudah berkembang sejak akhir tahun lalu. Sebelumnya, dikabarkan juga Standard Chartered Bank sebagai pihak yang paling ngotot akan melepas saham Bank Permata. Kinerja Bank Permata yang cenderung stagnan sangat sulit tanpa suntikan modal lagi.

Promo Terbaru di Bareksa

Sementara itu, pihak Astra disebut-sebut tidak bersedia menambah modal lagi untuk menyehatkan kondisi keuangan. Ini menyulitkan bagi kedua pemegang saham tersebut untuk memperbaiki kinerja Bank Permata dan Astra tidak punya kompetensi dalam menangani bank.

Grafik Pergerakan Harga Saham PT Bank Permata Tbk (BNLI)

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Sebelumnya, dikabarkan Mizuho Financial Group menjadi pembeli potensial Bank Permata, karena salah satu raksasa keuangan asal Jepang itu memang tengah berupaya untuk membeli bank di Indonesia. Terbaru, Bank Mandiri diberitakan sedang mengincar bank untuk diakuisisi, dan Bank Permata menjadi salah satu kandidatnya.

Berdasarkan kinerja keuangan, Bank Permata pada sembilan bulan 2018 membukukan laba bersih Rp494,15 miliar, turun 30,16 persen dibandingkan Rp707,51 miliar pada periode sama 2017. Penurunan laba bersih ini disebabkan oleh penurunan pendapatan operasional sebesar 25,3 persen menjadi Rp1,98 triliun. Padahal, pendapatan bunga bersih Bank Permata tercatat sebesar Rp4,17 triliun untuk periode Januari-September 2018, atau naik 2,7 persen dari Rp4,06 triliun pada periode sama 2017.

Kinerja Reksadana

Seiring dengan pertumbuhan harga saham BNLI, reksadana yang memiliki saham ini dalam portofolionya juga ikut menguat. Di marketplace investasi Bareksa, setidaknya ada satu reksadana yang memegang saham BNLI sebagai salah satu aset terbesar dalam portofolionya dan ikut menguat sepanjang tahun berjalan ini.

Reksadana tersebut adalah HPAM Flexi Plus yang dikelola oleh PT Henan Putihrai Asset Management.

Reksadana campuran ini secara year to date (per 18 Maret 2019) sudah membukukan keuntungan 8 persen. Pada saat yang sama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai acuan pasar modal mencatatkan pertumbuhan 5,08 persen. Sementara itu, Indeks Reksadana Campuran Bareksa yang mencerminkan kinerja reksadana sejenis hanya tumbuh 3,45 persen.

Grafik Perbandingan Return NAB Reksadana HPAM Flexi Plus dengan IHSG dan Indeks Reksadana Campuran Bareksa

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Bila dilihat dalam jangka waktu lebih panjang, reksadana campuran ini punya kinerja yang juga cemerlang. Dalam tiga tahun terakhir, imbal hasil (return) yang dibukukan mencapai 34,31 persen dan dalam lima tahun terakhir return-nya 64,98 persen. Sejak peluncuran (inception) sekitar hampir delapan tahun lalu, reksadana ini sudah tumbuh 95,59 persen.

Namun, dalam setahun terakhir, reksadana campuran ini masih melemah 2,95 persen. Per 18 Maret 2019, reksadana saham ini memiliki nilai aktiva bersih/unit (NAB/unit) sebesar Rp1.955,89.

Reksadana yang meluncur sejak 18 Juli 2011 ini kini telah memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) sebesar Rp142,36 miliar per Februari 2019. Bank Kustodian reksadana ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Tujuan investasi HPAM Flexi Plus adalah untuk memperoleh pertumbuhan nilai investasi yang optimal dalam jangka panjang dengan melakukan investasi ke dalam instrumen investasi secara aktif pada Efek Saham yang telah dijual dalam Penawaran Umum dan/atau dicatatkan di Bursa Efek dan/atau Efek bersifat utang dan/atau instrumen Pasar Uang dan/atau Kas dan setara Kas.

Menurut fund fact sheet per Februari 2019, kebijakan investasi reksadana ini adalah minimum 2 persen dan maksimum 79 persen pada Efek bersifat ekuitas, minimum 2 persen dan maksimum 79 persen pada Efek bersifat utang, minimum 2 persen dan maksimum 79 persen pada instrumen pasar uang yang berjangka waktu kurang dari 1 tahun serta Kas dan setara Kas.

Per Februari 2019, selain memiliki saham BNLI, reksadana ini juga memegang sejumlah saham sebagai aset terbesar dalam portofolio investasinya. Aset tersebut adalah saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), dan saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT).

Perlu diingat, reksadana campuran ini memiliki mayoritas portofolio yang berupa saham sehingga berfluktuasi tinggi dalam jangka waktu dekat. Maka dari itu, jenis reksadana ini disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi dan sebaiknya untuk investasi jangka panjang.

Untuk kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai

* * *

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua