Berita Hari Ini: Obligasi ISAT Raih idAAA, Aset WNI Rp1.300 T di LN Diverifikasi
JSMR siap ambil porsi tol Sumo, ADRO perbesar produksi coking coal, EXCL gelontorkan dana besar
JSMR siap ambil porsi tol Sumo, ADRO perbesar produksi coking coal, EXCL gelontorkan dana besar
Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin, 18 Maret 2019 :
PT Indosat Tbk (ISAT)
Pefindo menegaskan peringkat idAAA terhadap obligasi berkelanjutan II tahap III tahun 2018 seri A Indosat Rp1,21 triliun yang akan jatuh tempo pada 13 Mei 2019. Perseroan akan dapat melunasi obligasi tersebut dengan menggunakan fasilitas kredit yang belum digunakan dari beberapa bank.
Promo Terbaru di Bareksa
Per 31 Desember 2018, perseroan memiliki fasilitas kredit yang belum digunakan dengan total nilai Rp3,5 triliun dari tiga bank dan saldo kas Rp1 triliun.
Efek utang dengan peringkat idAAA memiliki peringkat utang paling tinggi yang diberikan Pefindo. Kemampuan obligor untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang atas efek utang tersebut, relatif dibanding emiten Indonesia lainnya, adalah superior.
Pajak
Pemerintah akan mengusut temuan aset warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri senilai lebih dari Rp1.300 triliun. Kementerian Keuangan (Kemkeu) siap menjatuhkan sanksi bagi wajib pajak yang menyembunyikan aset tersebut dari Direktorat Jenderal Pajak.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, tahap pertama pengusutan aset tersebut adalah meneliti kebenaran data tersebut. "Saat ini prosesnya kami sedang meneliti data tersebut," jelas Sri.
Aset senilai Rp1.300 triliun itu merupakan hasil kerja sama pertukaran informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan alias Automatic Exchange of Information (AEoI) tahun 2018. Pada kerjasama itu, Ditjen Pajak menerima laporan dari 66 negara.
Dalam penelitian ini, jajaran Ditjen Pajak akan mencocokkan dengan data di internal pajak maupun di Ditjen Bea dan Cukai. Pajak akan membandingkan data dengan apa yang dilaporkan oleh Wajib Pajak, di surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT), lalu laporan pengelolaan dana di program pengampunan pajak (tax amnesty) hingga data keuangan nasabah yang dikirim lembaga keuangan ke kantor pajak.
Saham Tol
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) berencana menjual kepemilikan sahamnya di ruas tol Surabaya-Mojokerto (Sumo) lewat PT Jasamarga Surabaya Mojokerto (JSM). Menyikapi rencana itu, PT Jasa Marga Tbk siap mengambilalih porsi saham WIKA di ruas tol Sumo.
Di ruas tol tersebut, WIKA memiliki 20 persen saham, sementara Jasa Marga menguasai 55 persen saham dan PT Moeladi 25 persen saham. Corporate Secretary PT Jasa Marga Tbk (JSMR), Agus Setiawan menyebutkan, saat ini masih dalam proses terkait pembelian saham itu. "Sudah dilakukan penawaran," kata dia.
Sesuai mekanisme, penjualan saham jalan tol Sumo memang melalui penawaran terlebih dulu kepada pemegang saham lain di ruas itu. "Jasa Marga sudah melakukan evaluasi atas penawaran saham tersebut," ujar dia.
Ruas tol Surabaya-Mojokerto sepanjang 36,27 kilometer beroperasi secara bertahap, mulai dari 2011, 2016 dan 2017.
PT Adaro Energy Tbk (ADRO)
Pada tahun ini, emiten berkode saham ADRO di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu memasang target pertumbuhan produksi. ADRO memiliki dua anak usaha yang memproduksi batu bara kokas. Pertama, Adaro MetCoal Companies (AMC) yang memasang target produksi 1 juta ton. Proyeksi tersebut sama dengan realisasi produksi pada tahun lalu. Anak usaha kedua adalah Kestrel Coal Resources Pty, yang memasang target produksi sebesar 6,5 juta ton, atau tumbuh 39 persen dibandingkan realisasi tahun lalu sebanyak 4,67 juta ton.
Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk Febriati Nadira menyebutkan pertumbuhan produksi batu bara kokas pada tahun ini didorong oleh permintaan baja pada tahun ini.
"Kami memperkirakan produksi baja akan tumbuh moderat karena peningkatan pertumbuhan ekonomi global," ungkap dia seperti dikutip Kontan.
Bukan hanya di dalam negeri, manajemen ADRO juga mengharapkan peningkatan permintaan batu bara kokas dari pasar ekspor seperti India, Eropa, Brazil, Vietnam dan Jepang.
Nadira menilai, India merupakan motor utama permintaan batubara kokas lantaran adanya peningkatan sektor konstruksi dan manufaktur.
"Produksi batubara dari Adaro MetCoal dijual ke para pelanggan di Jepang, Thailand, Indonesia, India, China dan Eropa," kata dia. Adapun produksi Kestrel akan dijual ke Jepang.
PT XL Axiata Tbk (EXCL)
Perseroan semakin gencar berekspansi di 2019. Kali ini sasarannya adalah luar Pulau Jawa. Perusahaan telekomunikasi ini pun getol mencari dana eksternal. Sekretaris Perusahaan XL Axiata Tri Wahyuningsih mengatakan, XL Axiata akan menerbitkan obligasi atau penambahan modal via rights issue.
"Kami selalu assessment untuk mendapatkan hasil pendanaan yang optimal dari kombinasi fixed dan floating fund. Kami terbuka untuk pendanaan perbankan, obligasi, sukuk, dan lainnya yang dirasa sesuai," ujar dia.
Bulan lalu, EXCL telah menerbitkan obligasi Rp634 miliar dan sukuk senilai Rp640 miliar. Dana tersebut akan digunakan ekspansi jaringan 4G.
Sebelumnya Direktur Jaringan EXCL Yessie D Yosetya mengatakan, di 2019, EXCL menargetkan agar 92 persen jaringan XL Axiata tahun ini sudah mencakup 4G. Terkait dengan jaringan 4G, EXCL menganggarkan belanja modal Rp7,5 triliun.
"Alokasinya 70 - 80 persen setara dengan Rp6 triliun untuk pembangunan infrastruktur layanan data khususnya di luar pulau Jawa juga peningkatan kualitas layanan data di pulau Jawa," papar Tri.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.