Berita Hari Ini : Pemerintah Kurangi Utang Rp80 T, Anak Usaha AISA Minta PKPU
TINS dan ANTM siapkan proyek pengolahan bijih mineral, PBRX target penjualan naik 15 persen, MARK dapat pinjaman
TINS dan ANTM siapkan proyek pengolahan bijih mineral, PBRX target penjualan naik 15 persen, MARK dapat pinjaman
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 6 Desember 2018 :
Utang Pemerintah
Pemerintah optimistis dapat mengurangi beban utang sekitar Rp70 triliun-Rp80 triliun pada tahun ini seiring dengan perkiraan realisasi defisit APBN 2018 yang berada di bawah 2 persen dari Produk Domestik Bruto.
Promo Terbaru di Bareksa
Angka tersebut diperoleh dari selisih antara target nominal defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2018 yang sebesar Rp325,9 triliun dan perkiraan realisasi nominal defisit akhir tahun Rp245,9 triliun. Mengecilnya defisit APBN tersebut sejalan dengan realisasi defisit keseimbangan primer yang ditargetkan mendekati Rp0.
Pada tahun ini pemerintah bahkan memperkirakan defisit keseimbangan primer bisa turun menjadi Rp20 triliun atau jauh di bawah outlook awal Rp64,8 triliun. Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani mengatakan optimisme catatan defisit yang kian mengecil tersebut didasarkan pada perkembangan penerimaan dan belanja negara hingga November 2018.
“Angka pastinya belum bisa saya sampaikan tapi yang jelas dari sisi kinerja penerimaan perpajakan bisa tumbuh dua digit (14-15 persen). PNBP diuntungkan harga minyak tinggi,” jelasnya.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA)
Anak usaha perseroan yakni PT Putra Taro Taloma dan PT Balaraja Bisco Paloma berkeyakinan dapat membuat rencana perdamaian yang optimal jika diberikan perpanjangan waktu PKPU selama 120 hari.
Kedua anak usaha Tiga Pilar Sejahtera Food itu berharap agar Hakim Pemutus Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk merestrukturisasi utangnya senilai Rp495,8 miliar selama 120 hari.
Kuasa hukum Putra Taro Taloma dan Balaraja Bisco Paloma (debitur), Andi Simangungsong, mengatakan waktu 120 hari itu dinilai yang paling optimal bagi perusahaan untuk membenahi kinerja keuangan agar menjadi lebih baik.
Pasalnya, kondisi manajemen perusahaan berkode saham AISA itu dan anak usahanya saat ini mengalami persoalan yang rumit. Menurut dia, kebutuhan waktu 120 hari itu juga sudah ditetapkan oleh direksi perusahaan bersama dengan Deloitte, yakni sebuah perusahaan konsultan keuangan dari Singapura.
PT Timah Tbk (TINS) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Dua perusahaan bersaudara ini akan memacu proyek pengolahan bijih mineral pada 2019. Mengutip Bisnis Indonesia, Sekretaris Perusahaan Timah Amin Haris menyampaikan perusahaan sedang mengerjakan dua fasilitas pengolahan, yakni fuming dengan kapasitas 31.000 ton per tahun dan ausmelt berkapasitas 35.000 ton per tahun.
“Sekarang masih on progress pembangunannya, awal 2019 pembangunan fuming selesai,” tuturnya.
Pembangunan fasilitas ausmelt sudah dimulai pada Oktober 2018 dan diharapkan rampung pada akhir 2020. Tujuan pembuatan dua fasilitas baru untuk mengolah kembali timah kadar rendah untuk menjadi produk komersial melalui fuming yang dilanjutkan dengan ausmelt.
Pabrik ausmelt memiliki kapasitas 35.000 ton per tahun dengan nilai investasi US$56 juta. Sumber pendanaan berasal dari kas internal dan pinjaman. Namun, tidak menutup kemungkinan PT Timah akan mencari pendanaan melalui penerbitan obligasi dan sukuk.
PT Pan Brothers Tbk (PBRX)
Perseroan menargetkan kenaikan penjualan 15 persen pada tahun depan. Pada tahun ini, target penjualan yang dipatok emiten bersandi PBRX itu mencapai US$610 juta.
Corporate Secretary PT Pan Brothers Tbk, Iswar Deni, menjelaskan target kenaikan penjualan 15 persen disesuaikan dengan kapasitas produksi yang dimiliki perseroan. Saat ini kapasitas induk dan anak perusahaan sebanyak 90 juta potong garmen. Jika realisasi penjualan lebih dari 15 persen, katanya, ada dua strategi yang disiapkan.
Pertama, melakukan pemesanan ke perusahaan lain. Kedua, menerapkan jam kerja tambahan di pabrik induk dan anak usaha.
“Kapasitas dan target penjualan kami, memang kami jaga pada kisaran itu. Sederhana jadinya, karena ini berkaitan dengan keseimbangan dan kapasitas produksi,” katanya seperti dikutip Bisnis Indonesia.
PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK)
Perseroan baru saja memeroleh fasilitas pinjaman dari PT Bank Permata Tbk dengan jumlah plafon revolving loan US$6,5 juta dengan tingkat bunga 4,25 persen per tahun jangka waktu 12 bulan serta term loan US$8,1 juta dengan tingkat bunga 4,25 persen per tahun.
Fasilitas pinjaman ini menjadi strategi perseroan untuk membeli belanja barang modal kebutuhan pabrik baru cetakan sarung tangan dalam rangka penambahan kapasitas produksi.
Agar lebih meyakinkan, perseroan menjaminkan tanah dan bangunan pabrik, mesin dan peralatan serta piutang dagang sebagai jaminan fasilitas pinjaman tersebut.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.379,53 | 1,02% | 5,18% | 7,30% | 8,82% | 19,45% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.089,71 | 0,44% | 5,40% | 6,62% | 7,08% | 2,64% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.837,78 | 0,53% | 3,93% | 6,27% | 7,42% | 17,19% | 40,03% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,16 | 0,66% | 3,97% | 6,64% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.257,46 | 0,72% | 3,68% | 5,94% | 6,95% | 19,66% | 35,50% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.