Komentar Bos BCA Soal Market Cap, Stock Split dan Rencana Akuisisi
Bernilai Rp610 triliun, saham BBCA kini memiliki market cap terbesar di Bursa Efek Indonesia
Bernilai Rp610 triliun, saham BBCA kini memiliki market cap terbesar di Bursa Efek Indonesia
Bareksa.com – Manajemen PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) punya pandangan atas pencapaian saham BBCA yang menguasai market cap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saat ini, saham BBCA memiliki market cap lebih dari Rp610 triliun dan menduduki posisi pertama sebagai saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia.
BBCA kokoh sebagai penguasa market cap di BEI dengan porsi 9 persen dari total market cap IHSG yang mencapai Rp6.777 triliun.
Pertumbuhan market cap BBCA sejalan dengan pergerakan harga sahamnya yang sepanjang tahun ini naik 14,61 persen dari posisi akhir tahun 2017 Rp21.900.
Promo Terbaru di Bareksa
Hingga 22 November 2018, gerak saham BBCA bervariasi. Mulai dari menyentuh level terendah Rp20.600 pada 3 Juli 2018 hingga menyentuh level tertingginya Rp25.100.
Kepada Bareksa, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menuturkan, performance harga ditentukan pada analisa investor. Jahja juga menanggapi pertanyaan mengenai apakah manajemen berencana melakukan stock split saham BBCA.
“Stock split sampai saat ini belum ada rencana,” ungkap Jahja, Jumat, 23 November 2018.
Di sisi lain, respon investor terhadap saham BBCA sempat muncul atas rumor mengenai rencana BCA yang akan mengakuisisi dua bank kecil. Namun hingga kini, rencana tersebut pun tak kunjung terealisasi.
Jahja pun masih enggan menjelaskan lebih detail atas rencana itu. “Sementara, saya tidak beri komentar, nanti timbul rumor yang akan rugikan investor,” ujarnya.
Hingga pukul 15:13 WIB hari ini, saham BBCA sedang dalam posisi turun. Saham BBCA melemah 0,1 persen ke level Rp25.075 dari hari sebelumnya Rp25.100.
Bank terafiliasi dengan Grup Djarum itu mencatatkan laba bersih periode Januari - September 2018 tumbuh 9,5 persen menjadi Rp18,5 triliun. Pertumbuhan laba ini didorong dari pendapatan operasional BCA yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya Rp45,9 triliun atau meningkat 10 persen.
Penyaluran kredit BCA tumbuh 17,3 persen menjadi Rp516 triliun secara year on year. Pertumbuhan ditopang kredit korporasi yang tumbuh 23,3 persen menjadi Rp199,2 triliun, kredit komersial dan usaha kecil menengah (UKM) yang naik 17,6 persen menjadi Rp176,4 triliun, kredit konsumer yang naik 9 persen jadi Rp139,9 triliun, kredit pemilikan rumah yang naik 9,4 persen jadi Rp86,3 triliun serta kredit kendaraan bermotor yang tumbuh 7,7 persen jadi Rp41,5 triliun. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.